"19" Verdino Satya Anggara

1.6K 98 9
                                    

Rintikan hujan jatuh mengenai tanah, tak hentinya menghujani bumi dengan segala keajaibannya.

Sepasang kaki berjalan dengan santainya di koridor sekolah, Anji, pria itu berjalan dengan ciri khasnya yang berbeda dari kedua sahabatnya Vallan dan Cakra.

Masih dengan tampang tengil, Anji berjalan tanpa memperhatikan sekitarnya dan sibuk memperhatikan para siswi yang lewat disekitarnya.

Bruk...

Tanpa sengaja Anji menabrak tubuh seorang gadis yang menatapnya dengan wajah marah.

"Lo kalau jalan itu pakai mata bukan kaki!" Gadis itu masih terduduk di lantai sambil memegang lututnya yang berdarah.

"Jalan itu dimana-mana pakai kaki Renata Revania kalau ngeliat baru pakai mata." Jawab Anji dengan tampang cengengesan seperti tanpa dosa yang membuat Rena ingin memakannya hidup-hidup.

"Sini gue tolongin." Anji menarik tangan Rena untuk berdiri kemudian gadis itu berdiri dan menatap Anji dengan wajah kesal.

"Lo itu nyolot banget sih dikasik tahu!"

"Lo kan gak ada ngasik gue tahu." Senyum pepsodent milik Anji mulai nampak, bukannya menghilangkan rasa jengkel milik Rena, namun gadis itu semakin jengkel dan kesal.

"Dasar raja mesum!" Gerutu Rena pelan.

"Apa lo bilang hah?! raja mesum?" Anji tersenyum evil.

"Lo mau jadi korban kemesuman gue selanjutnya?" Rena membulatkan matanya, yang benar saja demi apapum hal itu tidak akan terjadi!

"LO GILA HAH?!" dengan kesal Rena ingin pergi dari hadapan pria bertegangan mesum tingakat dewa itu namun tiba-tiba ketika hendak melangkahkan kakinya ternyata dewi fortuna sedang tidak berada di pihaknya.

"Aww," ringis Rena yang masih dapat di dengar oleh Anji.

"Kaki lo luka, sini gue obatin dulu!" Anji berjalan ke arah Rena lalu membopongnya menuju salah satu kursi yang berada di dekat mereka.

Dengan lihai Anji mengambil hansaplast dan juga betadine dari dalam tasnya lalu memasangkan ke lutut Rena.

"Udah gak sakit kan?" Rena menganggukan kepalanya lalu menatap rintikan air hujan yang jatuh dari langit.

Bertepatan dengan itu, sebuah sekolah dasar di depan Aditama High School telah membuka pintu gerbangnya yang berarti para muridnya telah diijinkan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

Sama seperti dulu Rena selalu merasakan perasaan iri setiap melihat hubungan antara ibu dan anak, dari arah sana Rena dapat melihat dengan jelas seorang wanita yang menggenggam tangan seorang anak kecil.

Di dalam hatinya, Rena merasakan perasaan yang sama lagi.

Sakit, Benci, Rindu, dan Kecewa.

Semua perasaan itu terkumpul dan menayangkan kembali rentetan memori di masa lalu yang sepantasnya menciptakan senyuman namun malah menciptakan sebuah tangisan dan kebencian.

Anji menatap ke arah anak laki-lai yang berusia sekitar 6 tahun yang sedang di jemput oleh ayahnya, perlahan muncul perasaan rindu di dalam hatinya.

Rindu akan seseorang yang selama ini mungkin menganggapnya tak ada dan satu-satunya penyemangat Anji dalam menjalani kehidupannya.

Satya, satu-satunya keluarga yang masih Anji miliki namun Satya pergi bersama ayahnya entah kemana dan dari sejak itu Anji selalu mencari keberadaan adiknya yang mungkin berusia sama seperti anak laki-laki itu.

"Lo pernah rindu sama seseorang disaat orang itu menganggap lo gak pernah ada?" Entah dari mana Anji mulai membuka topik di antara mereka.

Beberapa detik setelah pertanyaan itu lolos dari bibirnya, hanya tercipta kesunyian dan suara derasnya air hujan.

Milan [Completed]Where stories live. Discover now