Cinta 4

21 1 0
                                    

Hari telah berlalu, begitu juga tentang gue sama Rafa. Sekarang gue sama Rafa seperti biasa, tidak mengenal dan tidak menyapa sekali pun.

Sekarang Rafa mungkin sudah melupakan gue dan menemukan yang baru yaitu tasya. Tapi untuk saat ini Rafa dan Tasya hanya deket biasa. Aku tak tahu harus melakukan apa. Yang aku lakukan saat ini hanya melakukan seperti biasa, mengikuti pelajaran dengan baik.

Dua hari lalu, gue gak masuk sekolah karena gue sakit. Hari ini gue masuk sekolah lagi seperti biasa.

Gue melangkahkan kaki menuju kelas dengan malas, seperti tidak ada nyawa. Setiap hari gue sekolah begitu begitu saja, membuat gue bosan. Sejak kejadian gue sama Rafa telah usai ada rasa yang beda setelahnya. Padahal emang dari dulu gue gak ada penyemangat ketika sekolah. Tapi ini beda.

Gue sudah tahu gue akan duduk didepan, jadi tujuan gue hanya berjalan ke tempat duduk itu, tanpa melihat sekeliling kelas. tempat duduk itu mengingat kan gue saat Rafa duduk di kursi itu dan gue memperhatikannya diseberang. Gue hanya melihat ke bawah saat melangkah, karena saking malasnya kesekolah.

Gue menegakkan kepala gue ke depan, gue mengerutkan kening gue.
” ko ada IREN sih ditempat duduk gue ” ucap gue dalam hati.
Pas iren menyadari gue datang, iren langsung menarik tangan gue dan disuruh duduk sama dia.

" Nina.. sini deh duduk.. " ucapnya.

” ya emang gue mau duduk, kan ini tempat duduk gue ” ucap gue dalam hati.

Gue menurut dan gue duduk disampingnya.

" Nina.. ada yang suka sama lo.." ucap iren.

" Hah.. "
” ya Allah, gue males dengan yang kayak gini ” ucap gue dalam hati.

" Si.. si.. siapa?" Tanya gue gugup dan ragu.

" Irfan. Irfan suka sama lo, waktu lo gak masuk sekolah dia bilang kalau dia suka sama lo dan....... " iren menceritakan semua.

Gue hanya menyimak, sebenarnya gue gak tahu Irfan itu siapa, padahal gue satu kelas sama dia, tapi gue gak memperhatikan orang orangnya. wajahnya pun gak tau kayak gimana. Sebenarnya gue mau nanya sama iren, Irfan itu orang nya seperti apa, tapi gue malu karena masa satu kelas gue gak tau orangnya.

Dengan ragu gue nanya "Irfan itu kayak gimana"

" Ya ampun nin.. jadi lo gak tahu Irfan. OMG " ucapnya lalu ia melanjutkannya.
" Irfan itu yang itu, coba deh lo ngeliat kebelakang " ucapnya lagi

Gue menengok kebelakang " yang mana..

" Itu.. tu.. yang itu..

" Yang mana.. " gue gak tahu siapa yang iren maksud. Sebenarnya gue gak bisa lihat wajah cowok secara langsung dan menatapnya.

" Itu tu.. ya ampun. Yang sedang berjalan ke depan " ucapnya.

Setelah gue tau orangnya, gue hanya bilang " Oh.., yang itu orangnya.

” ko gue lihat orang nya biasa biasa aja, seperti tidak menganggap gue ada, kalau dia suka pasti dia memperhatikan gue ” ucap gue dalam hati.

" Masa sih dia suka sama gue " ucap gue.

" Iya.. dia suka sama lo.. cie.. cie.. " ucapnya.

" Apaan sih ren, gue gak percaya, bohong kali ya lo " ucap gue.

" Terserah lo deh kalo lo gak percaya, tapi yang gue ucap itu bener lo, Irfan suka sama lo " ucapnya.

Tiba tiba teman sebangku gue yang nyebelin itu datang.

" Awas gue mau duduk.. " ucapnya.

”Dia gak lihat apa gue sama iren lagi ngomong” ucap gue dalam hati.

Iren pun tanpa kata pergi ketempat duduknya.

" Emang dasar tuh orang, nyebelin banget plus bikin gue jengkel aja tiap hari, apa salah gue sih " ucap gue dalam hati.

Skip

Teettttttt.. bel pulang sekolah berbunyi.

Gue berjalan dengan berdesakan desakan dengan teman teman gue. Siapa yang tidak senang saat bel pulang sekolah berbunyi, lantas semua siswa pun berhamburan keluar kelas dan pulang kerumah masing masing tak terkecuali gue juga.

Saat berdesakan, tiba tiba teman gue sejak SD yang bernama Rio memanggil gue dari belakang.

" Nina... " ucapnya.

Lantas gue pun nengok kebelakang, dan melihat ia bersama temannya. Gue tahu siapa nama temannya itu karena teman cewek gue suka membicarakan nya.

" Nina.. Regi suka sama lo.. " ucap Rio.

Gue kaget, dan hanya menatap dua orang itu. ” dia bercanda kali ya, gue gak percaya, masa begitu mudahnya mengatakan suka” ucap gue dalam hati.

" Rio, lo apaan sih.. " ucap Regi ke Rio sambil menyenggol lengan Rio.

"  Nin.. ko lo diam saja sih.. jawab dong, lo gak punya mulut ya.. " ucap Rio.

”ya ampun ucapannya menusuk banget dihati gue, gue gak nyangka Rio teman SD gue bilang kayak gitu” ucap gue dalam hati.

Gue hanya diam, memalingkan wajah gue dan berjalan ke depan tanpa memperdulikan dan membalas omongan Rio.

”bisa bisanya Rio bilang gue gak punya mulut, harusnya yang gak punya mulut itu temannya yang namanya Regi itu, dia yang suka ko yang bilang Rio bukan dia sendiri.” umpat gue dalam hati sambil berjalan pulang kerumah gue.

perjalanan cinta seorang pelajarWhere stories live. Discover now