003 - Acacio Academy

Start from the beginning
                                    

"Aku sama sekali tidak manis," gerutu Atreo.

Jaac membentuk sebuah senyuman miring tanpa sadar, geli sendiri melihat wajah mengerut Atreo.

Jaac sangat tidak ingin mengakui ini, tetapi jujur saja, Atreo memiliki wajah yang mirip sekali dengan wajah Akra. Bedanya, wajah bocah tujuh tahun itu tertempel nyaris sempurna pada seorang anak laki-laki dengan umur mungkin sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun. Benar-benar aneh melihat wajah polos bayi satu itu di tubuh seorang remaja belasan tahun.

Sebenarnya, Jaac mungkin saja akan menobatkan Atreo sebagai teman baiknya untuk menjelajah di tempat ini. Terutama ketika dia nyaris mengira bahwa Atreo adalah Akra yang sudah dewasa—semirip itulah penampakan mereka—sebelum dia mengingat kalau mereka punya nama yang berbeda.

Sebelum kemudian, di wajah polos keponakannya itu, Atreo menunjukkan wajah yang super duper mengesalkan. Kesombongan dan keangkuhan luar biasa yang entah darimana datangnya. Ditambah bonus lagi, Atreo benar-benar begitu amat sangat egois dan keras kepala. Oke, itu berlebihan. Tapi anak itu sungguhan tidak tampak tertarik pada apapun di sini, selain pada dirinya sendiri.

Haduh, amit-amit saja kalau Akra tumbuh menjadi besar dan menjelma menjadi Atreo. Akra terlalu manis dan polos untuk menjadi si sombong Atreo.

"Hei, Jaac, kenapa aku tidak melihat kalian datang ke kantin untuk sarapan?"

Pertanyaan Aalisha mengalihkan perhatian Jaac dari Atreo, membuatnya kembali menatap ke depan, ke arah para anak perempuan.

"Hah? Ada sarapan?" tanya Jaac bingung.

Itu hal baru. Jaac hampir tidak pernah sarapan, karena baginya siang dan malam tidak memiliki perbedaan. Dia bekerja ketika harus bekerja, dan tidur ketika butuh tidur. Jaac nyaris tidak membutuhkan penanda waktu lagi selama hidupnya, kecuali jika dia harus menghadiri pertemuan-pertemuan tertentu yang mengharuskannya datang di waktu tertentu.

"Kalau kamu mendengar bel sekitar satu atau satu setengah jam yang lalu, itu adalah bel penanda waktu sarapan, Jaac." Alka yang menjawab.

Jaac mengingat-ingat, kemudian bersumpah serapah pelan.

"Jadi itu kenapa anak laki-laki sialan itu keluar dari kamar ketika mendengar bunyi bel." Jaac mengusap rambutnya yang rapi tergelung. "Kenapa dia begitu menyebalkannya!" geram Jaac gemas.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Aalisha. Matanya membola penuh perhatian, bersinar-sinar ingin tahu. Ah, Aalisha memiliki mata yang sangat mirip dengan Akra, benar-benar polos, penuh rasa ingin tahu, dan selalu takjub.

Bisa tidak mata Aalisha ditukarkan dengan mata Atreo?

"Yah, well. Sepertinya kami melewatkan sarapan. Kami masih berkutat dengan seragam aneh ini dan tidak ada yang memberi tahu kalau bel itu adalah penanda waktu sarapan." Jaac sedikit menarik baju seragamnya.

Itu juga tidak bohong. Jaac dan Atreo memang sempat mengalami masalah dengan seragam. Sudah lama sejak terakhir kali Jaac memakai seragam selain jas lab, itu salah satu alasannya. Alasan yang lain adalah karena seragam ini mempunyai model yang sangat unik. Dan yang lebih parah, Atreo malah tampak seperti baru pertama kalinya melihat seragam.

Jaac terpaksa harus memperhatikan anak-anak yang berlalu lalang di depan kamarnya selama beberapa lama sampai akhirnya mampu memutuskan bagaimana seragam itu seharusnya dipakai. Terima kasih pada teman sekamar menyebalkan yang semuanya tidak berguna. Entah Atreo, entah anak laki-laki peduli-setan-siapa-namanya yang di mata Jaac punya reputasi lebih buruk dari Atreo.

"Tidak ada yang memberi tahu kalian bagaimana seragam itu dipakai? Teman sekamar kalian?" tanya Lea prihatin.

"Tidak, dia sangat menyebalkan," jawab Jaac sambil memanyunkan bibir. "Rasanya aku ingin menonjoknya," lanjut Jaac dalam gerutuan.

[Para] Tentara LangitWhere stories live. Discover now