6.3

552 149 57
                                    

Kapal terung bergoyang ke sana ke mari, mengikuti arus gelombang laut yang mengamuk. Awan-awan tebal dan gelap memayungi di atas sana, dengan kilatan terang yang sesekali memberi penerangan.

Aalisha mengambil salah satu pedang yang tergeletak di dekatnya-sudah berlumur darah, entak milik siapa-lalu dengan lincah menangkis ujung pedang yang mengarah pada dirinya.

Layar-layar kecoklatan penahan angin di atas Aalisha sudah terbakar habis. Kini api mulai menggerogoti tiang-tiang panjang. Pengintai bahkan sudah melompat turun dari tempatnya sejak tadi.

Ini sudah hampir dua jam sejak darah pertama kali tumpah di sekitar Aalisha. Entah sudah berapa banyak nyawa yang melayang di dekatnya, di tangannya. Pun kapal dengan bendera tengkorak yang merupakan lawan Aalisha, benderanya sudah hangus dan jatuh ke laut. Aalisha mengenalinya bukan sebagai layar kapalnya, karena layar kapal Aalisha tidak pernah menunjukkan jati diri mereka sebagai perompak.

Aalisha bergerak mundur, lalu tangan kirinya masuk ke sebuah tong terdekat yang terbuka. Mengambil segenggam bubuk mesiu dan melemparkannya ke wajah lawan, membutakannya sementara.

Aalisha berlari, menuju geladak. Di sana, lebih banyak lagi lawan yang entah bagaimana pasukan sehatnya terus berdatangan. Seolah anggotanya tak terhitung dan tak pernah habis pasokan.

Aalisha dengan cepat mendekati Terra, menarik salah satu pedang yang masih disarungkan di pinggangnya. Pria yang tadi siang dengan abainya malah datang terlambat karena berjam-jam bimbang memilih pedang di pasar. Sementara sekarang ini, Terra sendiri sudah sibuk dengan pedang di masing-masing tangannya.

"Itu pedang baruku. Jangan sampai lecet." Terra meloncat ke balik punggung Aalisha.

"Kehormatan bagiku menodai pedang suci ini untuk pertama kalinya," balas Aalisha. Mereka berputar perlahan, masih saling memunggungi. Menatap, mengamati musuh yang juga memperhatikan mereka dengan intens.

"Aku membayar mahal. Kalau sampai patah, ganti dua kali lipat," ujar Terra. Dia menyingkirkan poni panjang-yang selama ini menutupi salah satu matanya-dengan punggung tangan, menampakkan sebuah mata dengan bekas luka bakar di sekitarnya.

"Minta gantinya pada Kapten," balas Aalisha lagi. Dia menyeringai, kemudian keduanya sigap melompat. Mengambil tempat untuk melawan musuh yang semakin banyak berdatangan.

Aalisha lincah memainkan pedang. Pun kakinya lincah berputar, berkelit. Rok coklatnya sudah dia robek setinggi lutut sejak entah kapan, menyisakan kaki dengan perban membalut salah satu kakinya dari lutut hingga ke bawah, sedangkan kaki lain di balut kain di lututnya.

Bruk.

Aalisha melompat pelan saat sebuah tubuh jatuh hampir menimpa tubuh kecilnya. Dia menoleh, lalu menemukan Aezer masih mengarahkan busur ke arah Aalisha. Penutup salah satu mata pria itu sudah hilang, memperlihatkan sebuah mata dengan luka lama berupa tanda silang bekas goresan pedang. Aezer lalu fokus ke arah lain, menangkis hunusan pedang dengan busur kuat miliknya.

Aalisha mengangguk pelan, meski tau Aezer tidak melihatnya. Mengucapkan terima kasih tersirat, lalu kembali fokus menghabisi lawannya. Sudut matanya menangkap Soewo yang masih bergulat sengit di depan pintu ruang pertemuan. Menjaga ruangan itu yang digunakan Airin dan Geo untuk mengobati kawan mereka yang terluka. Mengobati kawan mereka yang selamat dari tercebur ke amukan lautan.

Aalisha melompat ke dinding kayu geladak, menghindari lemparan tombak dengan cairan hijau lumut di ujungnya. Racun. Sebuah hunusan pedang kembali menyerangnya, yang dengan sigap Aalisha tendang dengan salah satu kaki hingga pedang itu sekaligus pemegangnya terjungkal.

Tapi mendadak kaki Aalisha terpeleset saat akan kembali berpijak. Salah satu tangan Aalisha dengan refleks melemparkan pedangnya ke arah seorang musuh yang akan menusuk Terra dari belakang di saat terakhir, sebelum tubuhnya terjun bebas berdebum keras menabrak air.

Aalisha menahan napas, tapi ombak yang ganas membuat tubuhnya berguling tak karuan kesana kemari. Tangan kiri Aalisha menggenggam erat pedang milik Terra, menahan kesadaran.

Mata Aalisha kemudian secara ajaib menangkap sesosok bayangan pria. Dia juga tenggelam dalam air dan berada di atas Aalisha. Bedanya, pria itu tersenyum seolah dadanya tidak sesak seperti yang Aalisha rasakan.

Aalisha mengulurkan tangan kanannya dengan susah payah, menyambut uluran tangan pria itu. Air di sekitar mereka berdua kemudian berputar semakin ganas, membentuk sebuah pusaran air yang mengacaukan segala usaha Aalisha untuk menahan napas.

Mulut Aalisha terbuka, mengeluarkan beberapa gelembung udara. Sebelum air asin mulai berebut masuk mengisi rongga mulutnya.

Tapi kemudian Aalisha merasa dirinya dalam keadaan duduk. Napasnya juga normal meski terengah, diselingi beberapa batuk kecil. Yang masih dia rasakan hanya basah, dan kemudian angin berembus membuat sekujur tubuh Aalisha merinding dingin.

Aalisha mengejap beberapa kali, memperbaiki fokus matanya, terganggu oleh air laut yang singgah di pelupuk. Dia menatap pria di depannya yang berada dalam keadaan berjongkok dengan tangan masih terulur menggenggam tangan Aalisha. Pria itu pun masih tersenyum, meski bajunya basah kuyup dan rambutnya kini meneteskan butiran-butiran air ke wajah.

Aalisha kembali mengejap, lalu membuka mulutnya dengan tak percaya.

"Apa ... tadi itu sihir?"

|°|°|

Fun fact:
Satu orang lagi, yey!

Akhirnya, enam dari tujuh orang telah meluncur.

Mari kita sedikit review:
Alka, sang tuan putri, nakal, mencari kebebasan, tidak mau bertunangan.
Elsi, sang predator, tukang risak, broken home.
Kaori, dari jaman perang, keturunan Jepang, seluruh keluarganya tewas dibantai.
Jaac, ilmuwan gila, mencoba menyalahi keberadaan tuhan, sinting dan kekanak-kanakan.
Zeeb, pemburu, pendiam, udah gitu aja.
Aalisha, perompak, calon kapten tapi tidak mau jadi kapten.

Hmm ....

Rasanya nggak ada yang normal
= ̄ω ̄=

Omong-omong, mungkin akan butuh waktu untuk perkenalan terakhir, karena dia ... saya punya banyak rencana revisi untuknya khukhukhu

Bukan berarti buruk, kok. Tapi saya terdoktrin! Banyak pembaca lama yang menyukai eksistensinya, jadi saya sedikit terpengaruh untuk membuat dia jadi memiliki lebih banyak pemuja HAHAHAHA!!!

Oke, sekian saja dari saya.

Sampai jumpa ketika kita jumpa!

130420-rev

[Para] Tentara LangitΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα