001- Acacio Academy

Start from the beginning
                                    

"Jaac, kamu yakin benar lorong yang ini akan mengantarkan kita ke ruang kepala sekolah?"

Suara Alka memecah keheningan. Gadis itu adalah orang yang sangat-sangat cantik. Aalisha memang belum pernah keluar dari perkampungan dermaganya kecuali ke laut. Tetapi Aalisha yakin, tuan puteri yang ada di kerajaannya, Alka pastilah secantik dan semenawan mereka. Gaunnya tampak begitu anggun dan cara bicara Alka penuh dengan sopan santun. Bahkan, caranya berkedip saja sudah berbeda kasta dengan Aalisha.

"Tentu. Aku punya insting yang amat sangat kuat. Jarang sekali aku melakukan kesalahan jika instingku sudah bangun begini. Dan percayalah, kali ini, aku merasa sangat akurat. Sebenarnya, aku hampir tidak yakin kalau aku akan salah," jawab Jaac mantap.

Aalisha mendengar seseorang yang ada di belakangnya mendecih pelan. Hanya ada satu orang yang berjalan di belakang Aalisha dan Zeeb, seorang laki-laki yang bernama Atreo. Tidak banyak yang bisa Aalisha katakan tentangnya, selain dia punya perangai yang sedikit menyebalkan.

Agak sulit menemukan Atero tadi, karena dia sendiri sama sekali tidak memiliki inisiatif untuk mencari satu sama lain. Beruntung, Jaac berhasil menemukan dia setelah melakukan analisis singkat—yang memiliki baju aneh dan tidak cocok dengan medieval pastilah pendatang. Dan Atreo memakai pakaian yang sangat aneh. Begitu tebal, dengan celana yang begitu kaku.

Dan tebak, Atreo memicu adu mulut dengan Jaac kurang dari lima menit setelah mereka bertemu. Alasannya sedikit tidak bisa Aalisha pahami. Jaac berkata dengan semangat sesuatu semacam game, kemudian bertanya tentang sesuatu yang disebut beta tester, dan istilah-istilah asing yang tidak begitu Aalisha mengerti.

Atreo mengatakan bodoh, ini bukan game, tidak ada game senyata ini, mungkin ini akhirat, maaf, kamu sebenarnya sudah mati, dan hal-hal sangat provokatif lainnya.

Perdebatan yang akan segera berlangsung panas jika saja Elsi tidak segera menengahi. Perempuan itu, mulutnya benar-benar tajam, setajam tatapan matanya. Sekali sebuah kalimat leraian berikut ancaman meluncur keluar dari bibirnya, Atreo dan Jaac langsung terdiam dengan kecanggungan luar biasa.

Dan begitulah Jaac sekarang terpisah begitu jauh dengan Atreo meski hanya mereka berdualah laki-laki di antara para perempuan. Jauh di depan dan jauh di belakang, sengaja benar agar tidak saling berkontak mata.

Terakhir, seorang gadis yang meski tak kentara, tetapi tubuhnya terus saja gemetar. Kaori. Dia hampir tampak selalu besembunyi di balik punggung Elsi, mengintip dari sana. Dia tidak banyak berbicara, dan suaranya hampir seperti mencicit. Tatapan matanya tidak fokus, seolah jiwanya tertinggal di suatu tempat, dan terkadang dia tampak ketakutan.

Mungkin saja, Kaori masih trauma karena berpindah dunia. Segala yang baru saja terjadi adalah hal yang tidak masuk akal. Hal-hal seperti trauma memang bisa melanda orang-orang dengan tingkat rasionalitas tinggi dan menjunjung kelogisan. Jadi, mungkin saja.

Rombongan tiba-tiba berhenti ketika Jaac menunjuk sepasang daun pintu yang tinggi dan besar di sisi kanan lorong. Mereka memang sempat menemukan beberapa pintu, tetapi harus Aalisha akui, pintu yang satu ini tampak berbeda. Dan yang paling penting, terdapat tulisan ruang kepala sekolah tergantung di depan pintu.

"Yep, kita menemukannya!" Jaac berkata semangat.

Dan tiba-tiba saja, salah satu daun pintu itu terbuka tanpa ada yang membukanya.

|°|°|

Suasana yang sama sekali berbeda dengan lorong melingkupi Aalisha. Ruangan itu luas namun temaram. Ketika mengintip dari pintu yang terbuka, ruangan ini terlihat gelap, namun di dalam ternyata tidak semengerikan kelihatannya. Ruangan ini terasa nyaman dan aman.

[Para] Tentara LangitWhere stories live. Discover now