Dan yang lebih penting lagi, Atreo tidak sudi mati di luar sana dengan mengenaskan. Mati dehidrasi terpanggang matahari, dan jasadnya akan begitu saja tergeletak hingga waktu menggerogoti seluruh tubuhnya dan menyisakan tulang belulang. Bahkan itu akan jauh lebih baik jika masih ada burung pemakan bangkai untuk memakan mayatnya, memanfaatkan. Tetapi tidak. Tidak ada makhluk hidup di luar sana, dan kematian benar-benar adalah sebuah kesia-siaan.

Di luar atmosfer adalah neraka dunia yang sesungguhnya.

"Ateleeoo!"

Atreo menghentikan langkah saat mendengar suara yang dia kenali.

"Ateleo, kapan hujan?!"

Pemuda itu mengembuskan napas melihat seorang bocah perempuan berkuncir dua berlari-lari kecil ke arahnya.

"Lia, kenapa di sini? Kamu main terlalu jauh dari rumah," kata Atreo.

"Enggak jauh, kok. Lali-lali bental nanti lumah Lia udah kelihatan," kata bocah itu. "Ateleo, kapan hujan? Lia mau main hujan-hujan."

Atreo lagi-lagi mengembuskan napas. Laplace's Demon memang bisa menghitung dan memprediksi, tetapi hanya itu yang bisa dia lakukan. Di sinilah tugas Atreo sebenarnya selain mengawasi atmosfer. Dia juga menurunkan hujan dan menjadikan kemarau sesuai apa yang dia baca dari hasil perhitungan Laplace's Demon. Atreo mengumumkan kapan waktu bertanam dan kapan panen. Kapan harus menebang pohon dan kapan harus menanam pohon baru. Jika Laplace's Demon adalah Tuhan, maka Atreo adalah malaikatnya.

Tidak. Atreo adalah raja, dan Laplace's Demon adalah jin penasihatnya.

"Aku akan memberitahumu kalau akan turun hujan. Sebaiknya kamu pulang, ini sudah terlalu sore."

"Okeee, besok Lia akan lajin main ke lumah Ateleo. Papa balu panen, jadi mama akan banyak masak makanan enak."

Oh, jadi pemilik sawah di sebelah utara sana adalah papanya Lia.

Gadis kecil itu kemudian berlari-lari lagi, tapi tetap saja dia tidak menuruti perkataan Atreo. Alih-alih kembali pulang seperti yang Atreo bilang, Lia malah berlari ke arah sawah yang berada tak jauh dari tempat Atreo berdiri.

Atreo tiba-tiba saja merasa sesak ketika mengenali orang-orang yang disapa Lia dengan ceria. Napasnya terengah-engah dan keseimbangan tubuhnya mendadak goyah. Cepat-cepat pemuda itu berlari sebelum ketiga orang teman bicara Lia yang baru itu menyadari bahwa Atreo melintas. Tiga orang yang sedang duduk-duduk di pinggiran salah satu sawah yang tersebar di kota. Mungkin istirahat setelah seharian bekerja. Mungkin. Atreo tidak mau tahu.

Atreo langsung menutup pintu rumah dengan kasar begitu tiba. Dia bergegas menuju ke kamar dan segera menutup jendela kayunya yang besar, membuat kamar gelap seketika.

Pemuda malang itu menaiki ranjang, kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Tubuhnya bergetar hebat sementara dia menggigil entah karena apa.

Kilasan bayangan tiga tahun lalu kembali berkelebat, mewujud sebagai halusinasi. Pagi ketika Atreo tidak menemukan kakak lelakinya. Pagi ketika dia nekat keluar kota dan menemukan kakaknya yang tinggal jasad. Pagi ketika dia berhasil diseret paksa dan kembali ke kota dengan tubuh sudah dehidrasi akut, sama seperti keempat orang yang menyusul dirinya.

Hari di mana, tiga orang terkutuk itu menunduk di hadapannya, bersujud, menangis sesal. Orang-orang yang pernah Atreo anggap sebagai ayah, ibu, dan juga kakak perempuan.

Benar, yang bisa menggantikan pengorbanan seseorang adalah dia yang memiliki total perhitungan kehidupan yang mirip. Dan itu terbukti dengan apa yang terjadi tiga tahun lalu.

Saat kakak laki-laki kesayangan Atreo, menjadi tumbal kematian pengganti pengorbanan kembarannya.

|°|°|

Fun facts:

Saya lagi-lagi lupa dapat dari bahasa mana, tetapi nama Atreo berarti Raja.

Dulu, saat umur saya lebih muda, saya pernah kepingin jadi ilmuwan. Waktu itu lagi santernya kabar tentang penipisan dan kelubangan lapisan ozon, pemanasan global, efek rumah kaca, dan sebangsanya. Sampe sekarang masih jadi masalah sih, tapi mungkin karena pelajaran di sekolah berkisar ttg itu, saya jadi kepikiran terus.

Nah, di waktu yang tidak terlalu jauh, saya baca novel Tere-Liye yang Hujan. Kalau temen-temen baca, kalian pasti tahu endingnya seperti apa. Bumi memanas, tidak lagi turun hujan. Bumi akan mengering, memulai ulang evolusi dari jaman kerak bumi benar-benar masih tampak seperti kerak.

Daaan, saya membayangkan diri saya ada di masa itu. Saya kepingin jadi ilmuwan dan membuat atmosfer buatan. Meski tidak bisa menyelamatkan semua orang, tetapi saya ingin melindungi orang-orang yang tersisa di bumi dan menjaga keturunannya.

Dari situlah konflik utama Atreo dikembangkan. Dan karena namanya berarti raja, saya membuat dia berkuasa layaknya raja meski tidak memiliki kekaisaran.

Begitulah ~~

Sekian.

°˖✧◝(⁰▿⁰)◜✧˖°


26Apr20-rev

[Para] Tentara LangitUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum