•Part Twenty Seven•

Start from the beginning
                                    

"Yaudah up to you. Apapun keputusan lo gue dukung-dukung lo aja deh Rel."

Seketika Dilan menggebrak meja membuat semua aktivitas di kantin terhenti termasuk Beatriz dan teman-temannya yang sedang bercanda dan tertawa terbahak-bahak terhenti karena gebrakan meja yang diciptakan oleh Dilan.

"MAKSUD LO NGOMONG GITU APA REL?! LO KALO PUNYA MULUT DI JAGA YA! DIA SEENGGANYA MASIH MASIH HARGAIN LO DAN ADA BUAT LO SEMENTARA YANG LAIN APA?! YANG LAIN CUMA MANFAATIN LO DOANG ANJ*NG! MIKIR DONG LO!! OTAK LO DIMANA TO*OL!!"

Darrel pun ikut menggebrak meja, ia ikut terbawa suasana.

"HEH INI HIDUP GUE! HAK GUE BUAT MILIH SIAPA YANG PANTES JADI PACAR GUE! TERSERAH KEK GUE MAU MILIH DIA ATAU YANG LAIN KENAPA JADI LO YANG SEWOT ANJ*NG!!" pekik Darrel sambil menarik kerah baju Dilan.

"AH ANJ*NG LO EMANG DASAR LAKNAT!!" Dilan pun langsung memukul pipi dan rahang Darrel. Darrel terjatuh, namun ia langsung bangun dan kembali meninju Dilan sampai ia tersungkur. Terjadi pertengkaran antara dua sahabat juga most wanted itu.

Randy segera pergi ke arah Darrel sementara Dilan menghentikan aksinya yang berusaha memukul kembali Darrel. Dilan dan Darrel kini sudah dicegat oleh Babams dan Randy walau mereka masih berusaha untuk kembali saling meninju.

Randy membawa Darrel pergi ke rooftop sementara Babams membawa Dilan ke taman belakang sekolah.

Beatriz yang melihat kejadian itu begitu shok. Terlebih saat melihat Darrel meninju Dilan.

"Be? I-itu kenapa D-Dilan?" Tanya Lauren dengan isakan.

Mendengar isakan dari Lauren segera Beatriz memutar mejanya dan memeluk Lauren dengan erat sambil mengusap-usap rambutnya dengan lembut.

"Udah udah, ssh. Jangan nangis. Gue yakin cuma salah paham doang kok. Biasa kalo cowo mah emang emosian gitu Ren. Paling nanti kalo ketemu lagi baikkan lagi. Percaya deh,"

Lauren hanya mengangguk-angguk mengiyakan ucapan Beatriz. Satu sisi Beatriz juga khawatir dengan keadaan Darrel yang memiliki wajah lebam. Usai menenangkan Lauren, Beatriz mendapat notif pesan dari Randy dan Babams.

Randy
Be, Darrel ada di rooftop. Dia pengen lo kesini

Babamsketjeh
Be, bilangin ke Lauren suruh ke taman belakang sekolah. Tenangin Dilan gitu. Bisa aja kalo dia dateng Dilan lebih tenang. Dia udah kaya kerasukan gitu, nyeremin parah.

"Ren, si Babams nyuruh lo ke taman belakang sekolah. Nenangin si Dilan. Lo bisa kan ke sana sendiri? Soalnya gue mau ke rooftop tempatnya Darrel."

Lauren mengangguk sambil menghapus kedua air matanya. Ia pun segera bergegas ke tempatnya Dilan sementara Beatriz masih berdiri di tempatnya sembari menatap kepergian Lauren. Setelah tubuh Lauren menghilang Beatriz berbalik sambil menyentuh bagian jantungnya yang berdetak begitu kencang dengan ponselnya yang masih berada di dalam genggamannya.

Setelah yakin, ia pun mulai berjalan ke rooftop tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.

💥

"Udah Rel udah lo jangan emosi terus, gue tau lo--"

"Misi?" Tiba-tiba suara manis itu terdengar di telinga dua orang lelaki yang sedang berada di atas gedung sekolah itu.

"Eh Be--um Rel tuh ada Beatriz. Bukannya tadi lo bilang mau ngomong sama Beatriz? Gue bakalan kasih kalian privasi buat bicara empat mata." Ucap Randy seraya pergi meninggalkan Beatriz dan Darrel yang kini hanya berdua. Beatriz mendekat ke arah Darrel yang sedang terduduk dengan tatapan dingin dan menusuk. Wajahnya dipenuhi dengan amarah. Bukan hanya karena Dilan tadi, tapi juga karena gadis yang kini yang sedang berjalan dekat padanya.

Beatriz menyatukan kedua lututnya di atas bangunan itu. Satu tangannya berusaha menggenggam pipi Darrel yang mulai membiru tapi tiba-tiba tangannya dicekal kuat oleh Darrel.

"Da-Rell, sakit..." rintih Beatriz. Darrel tersenyum sinis.

"Oh iya? Sakitan mana sama gue yang udah lama berusaha baik sama lo? Yang berusaha ungkapin cinta gue ke lo tapi lo nya acuh aja? Sakitan mana sama lo yang selalu gantungin gue? BAYANGIN SAKITAN MANA SAMA GUE BEATRIZ NOTTINGHAM!!"

"DARREL LEPAS!!"

Segera Darrel pun melepas cekalannya dan menatap ke bawah dan pastinya bukan ke Beatriz dengan tatapan tidak percaya. Apa yang sudah ia lakukan? Ia sudah menyakiti seorang gadis yang berusaha kembali membuka pintu hatinya hanya untuknya namun lelaki itu malah membuatnya kembali menutup pintu itu.

Setetes

Dua tetes

Tiga tetes

Empat tetes

Buliran air mata kini sudah mempijakkan di atas bangunan itu. Beatriz menatap Darrel tak percaya. Kenapa ia bisa begitu lupa kalau ini sudah menjadi sifat yang melekat di raga Darrel? Kenapa ia bisa begitu larut padanya? Kenapa ia bisa begitu bodoh dan dibodohi?

Beatriz menggeleng-geleng, "Rel, gue benci sama lo. Jangan harap lo bisa ketemu lagi sama gue. By the way, makasih ya udah nutup kembali pintu hati gue yang padahal udah gue buka lagi cuma buat lo. Makasih banyak udah nunjukkin sifat asli lo hari ini. Untung aja lo udah nunjukkin jadi gue, gue, gue..." Beatriz pun bangun dan segera berlari meninggalkan Darrel yang masih mematung di tempatnya. Ia begitu tidak peduli dengan ucapan Beatriz tapi apakah benar yang diucapkan Beatriz saat dirinya mulai kembali membuka pintu hatinya hanya untuknya? Hanya untuknya? Hanya untuk seorang Darrel William?

Entah harus menyebut dirinya begitu bodoh atau tolol tapi Darrel sangat cocok disebut keduanya karena menyia-nyiakan gadis yang rela membuka hatinya kembali untuk kedua kalinya. Karena membuka kembali lembaran baru dengan seseorang yang dulu pernah bersama kita tidaklah mudah dan butuh langkah-langkahnya.

💥

Don't forget to comment and vote. Salam dari author terterter😎✌

@tunanganmanurios ⬅follow akun ini thancu💕💕💕


Finesse (1) {Completed}Where stories live. Discover now