Epilogue

1.6K 145 27
                                    

7 months later.

"Den Arik, bangun dong." Bi Surti menggoyang-goyangkan badan Arik yang masih tertidur lelap. Ia pun menggeliat dengan malas sambil berusaha membuka matanya.

Arik mengernyit saat cahaya matahari menyinari kamarnya. Bi Surti membuka gorden di kamarnya tanpa ampun.

What time is it? Ujarnya dalam hati sambil meraba-raba tempat tidur mencari ponselnya.

"Jam berapa sih, Bi, sekarang?" Tanya Arik dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka.

"Sudah jam 10. Ibu lagi di dandanin, sama yang lain juga lagi siap-siap. Baju aden udah bibi siapin ya." Bi Surti kemudian keluar dari kamarnya.

1 new message

Arnetta Subroto: Hari ini mau ditemenin gak? You seem date-less.

Alarik Dyaksa: No thanks, cantik. I'm fine on my own.

Arik mendesis pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Never get too personal to a girls you don't really like.

His number 1 rule.

Setelah membalas whatsapp dari Arnetta, ia pun langsung pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap. Ketika keluar dari kamar mandi ia langsung mengenakan batik lengan panjang yang sudah disiapkan. Dan tidak lupa, ia menyisir rambut kecoklatannya dengan rapih ke belakang.

Arik kemudian menuruni tangga rumahnya. Sesampainya di bawah, orang-orang sudah berkumpul dan sibuk dengan urusan masing-masing. Sudah lama rumahnya tidak se hectic ini. Dengan santai ia duduk di sebuah recliner yang berada di ruang tengah keluarganya sambil menunggu.

"Arik mana Arik?" Tanya salah satu tantenya.

"I'm here." Jawabnya.

"Rik, ke mobil duluan aja tuh kata Bunda. Udah ada kakak di dalam."

"Oke, Tan." Arik menuruti permintaan tantenya. Ia pun berjalan ke sebuah mobil sedan hitam yang sudah menunggunya di luar. Dan benar saja di dalamnya sudah terdapat Kanig yang sudah sama-sama rapi sepertinya.

"Buset, tegang amat, bro." Ujar Arik dengan usil sambil menempatkan dirinya duduk di sebelah Kanig.

"Gak usah banyak omong. Tadi malem lo abis dari mana? Gue denger mobil lo baru masuk garaso jam 3 pagi."

Arik lalu terkekeh. "Amnest."

Kanig lalu menghela napasnya dengan malas. "Tempat baru? Apa bedanya sama Carlitos atau Giorgio?"

"Jelas beda. Carlitos is more laid back. Giorgio is classier. Amnest is more on the crazy side. If you know what I mean." Jawabnya sambil tertawa renyah.

"Kampret ya lo emang!" Kanig pun ikut tertawa.

Tidak beberapa lama kemudian, mobil mereka yang disupiri oleh Pak Rusdi mulai melaju ke sebuah tempat atau ke sebuah pelataran hotel lebih tepatnya. Siang itu hotel tersebut sudah dipenuhi oleh keluarga dan teman-teman dari kedua belah pihak.

Ballroom berukuran sedang tersebut sudah di dekorasi sedemikian rupa. Tempat duduk pun sudah dibagi menjadi dua bagian yang berhadap-hadapan. Arik duduk di sebelah ayahnya, sedangkan Kanig duduk diapit oleh ayah dan bunda.

Tidak beberapa lama kemudian acara pun dimulai. Setelah mendengar beberapa sambutan, akhirnya Alex datang dari pintu masuk dengan kebaya modern berwarna biru langit dengan aksen detail di kebayanya yang terlihat sangat cantik. Dengan senyum merekah di wajahnya, ia kemudian duduk diantara kedua orang tuanya.

Ernest, Alex, and Kanig : Healer (#2)Where stories live. Discover now