Vingt et un: Confession

784 132 22
                                    

"Nih asian dolce latte titipan lo!" Alia datang-datang membawa 2 gelas kertas yang tampaknya masih panas, miliknya sendiri dan milik Alex.

"Hehehe makasih, Al. Baik banget deh." Alex nyengir saat Alia memberikan kopi pesanannya.

Alia lalu meletakkan tasnya di atas meja, kemudian menyesap kopinya. "Tadi gue di bawah ketemu temen lo yang berisik itu loh, berdua sama cowo juga yang mukanya kayak abis bangun tidur tapi ganteng."

"Ooh iya, Al, temen gue."

Alex lalu pura-pura menyesap kopinya dan sibuk membuka-buka majalah Vogue edisi terbarunya. Tidak lain dan tidak bukan itu adalah Bagas dan Raje. Hari ini sebenarnya Alex sengaja menghindari Bagas dan Raje, maka dari itu ia tidak menampakkan dirinya di Starbucks kantor. Padahal biasanya, hampir setiap pagi dirinya, Bagas, dan Raje selalu nongkrong di coffee shop tersebut.

Tapi tidak untuk hari ini dan hari-hari lainnya entah sampai kapan. Sejak kejadian kemarin dengan Ernest rasanya ia tidak tahu harus bagaimana. Malas untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan Ernest. Sebenarnya Raje dan Bagas tidak ada hubungannya dengan masalah ini, tapi pasti nanti ada pertanyaan yang keluar dari mulut Bagas yang malas ia jawab. Toh mereka pasti sudah tahu masalahnya dari Ernest sendiri, pikirnya.

Ditambah lagi, kemarin sore Kaya datang ke rumahnya untuk mengecek keadaannya dan membawa sebuah berita yang membuat kepalanya semakin pusing.

Flashback, kemarin sore.

Alex sore itu memutuskan untuk tidur saja di kamarnya sambil menonton Stranger Things yang sudah lama tidak ia ikuti. Ketika sedang serius menonton adegan yang melibatkan salah satu karakter utama yang bernama "Eleven", pintu kamarnya diketuk pelan sebanyak 2 kali.

Tok Tok!

2 ketukan kecil terdengar dari pintu kamarnya, kemudian pintu kamarnya itu terbuka dan menyembul sebuah wajah familiar.

Kaya masuk sambil membawa bungkusan yang ia tidak tahu apa isinya.

"Hai, babe." Sapa Alex sesaat setelah Kaya masuk. "Sini sini."

Ekspresi wajah Kaya saat itu tidak bisa dibaca, tapi ia dapat melihat bahwa wajah cantik Kaya tampak sedikit kelabu sore itu. Dan saat itulah ia bisa menebak bahwa Kaya sudah tahu mengenai apa yang terjadi dengan dirinya dengan Ernest.

Kaya lalu duduk di tempat tidur Alex setelah menaruh bungkusan yang ia bawa di sebuah meja.

"I know that look."Ujar Alex sambil tersenyum kecil.

Kaya tiba-tiba memeluknya dari samping. "I'm sorry for what happened between you and Ernest. Harusnya gue gak nyodor-nyodorin lo ke Ernest."

Alex lalu bangun dan memeluk Kaya balik. Ia tahu bahwa Kaya merasa bersalah. Tapi itu bukan salah Kaya sama sekali. "Gak apa-apa, Ya. Bukan salah lo kok." Alex menepuk-nepuk punggung Kaya lembut. "Gue-nya aja yang kurang beruntung."

"Bukan lo yang kurang beruntung, emang Ernest nya aja bodoh!" Ujarnya gemas.

Alex kemudian menghela napasnya. "I'm beyond furious right now. Tamparan gue ke dia sama sambitan clutch gue rasanya belum cukup."

Kemudian wajah Kaya tampak ragu. "There's something you should know, Lex." Ujar Kaya sambil menggigit bibirnya.

"What?" Alex melirik Kaya dengan penasaran.

"Tadi pas gue di apartemen Ernest, Kanig tiba-tiba datang dan dia nonjok Ernest. Terus sempet adu mulut juga, tapi gak lama soalnya Kanig keburu digiring Arik sama Raje keluar."

Ernest, Alex, and Kanig : Healer (#2)Where stories live. Discover now