Vingt-quatre: A Choice

925 144 76
                                    

This chapter is dedicated for you who experienced one-sided love. For you who's having a hard time watching someone you love, love somebody else.

Everything's gonna be okay. You're gonna be okay. Just breath.

Selamat membaca :)

---

Menjelang long weekend, biasanya mall-mall di Jakarta yang memang sudah penuh sekarang semakin penuh. Begitulah yang dirasakan Alex sejak menginjakkan kakinya di Plaza Senayan sehabis pulang kantor.

Alex sudah kembali ke Jakarta sejak beberapa hari yang lalu. Pulang-pulang saat Alex menyalakan ponsel yang ia sengaja tinggalkan di Jakarta, bejibun message masuk ke ponselnya. Mulai dari Kaya, Kanig, Ernest, Bagas. Kemudian sahabat laki-lakinya Didi, Bara, dan Reiza yang menanyakan keberadaannya.

Semuanya sudah ia baca, kecuali dari Kanig dan Ernest. Setelah melihat nama kedua orang itu di ponselnya, that's when reality hits her. Realita yang harus ia telan, sesaat setelah menginjakkan kakinya kembali di Jakarta.

Ketika kembali ke kantor, mungkin Tuhan sedang berada di pihaknya. Karena saat Alex menginjakkan kakinya di Starbucks kantor, ia tidak bertemu dengan Bagas. Alex sengaja datang ke kantor lebih pagi dari biasanya untuk menghindari Bagas. Jujur, sebenarnya ia lumayan kangen dengan ocehan paginya dengan Bagas, namun rasanya ia masih belum siap mendengar ocehan Bagas apalagi kalau tentang Ernest. Di tambah lagi, Bang Togar sempat bercerita kalau saat dirinya sedang cuti Bagas mendatangi kantornya.

Tidak lain dan tidak bukan pasti disuruh Ernest.

Sebenarnya Alex sempat tidak sengaja bertemu Raje di basement kantornya kemarin malam. Kebetulan mereka pada saat itu sama-sama akan pulang. Tapi typical Raje yang lempeng dan tidak suka gosip jadi dirinya tidak khawatir. Saat berpapasan mereka hanya saling menyapa dan mengobrol sebentar sebelum berlalu ke mobil masing-masing.

"Eh, Lex." Sapa Raje sambil tersenyum lelah.

"Hai, Ray. Baru pulang?" Tanya Alex basa-basi.

"Iya nih. Cape banget gue. Kangen Kaya."

Alex mendengus kemudian terkekeh, "Ya elah, weekend juga ketemu kali, Ray."

Raje kemudian tertawa, "How are you? Udah lama gak liat lo nih."

"Hehehe I'm fine. Thanks for asking."

"Glad you're fine, Lex." Jawab Raje sambil tersenyum hangat. Kemudian setelah itu mereka berpamitan dan pulang.

"Ini Mba pesanannya – " Lamunannya terpecah saat mba-mba Wingstop membawa pesanannya. "Garlic parmesan, teriyaki, sama atomic blast ya."

"Ooh iya. Makasih ya, Mba." Ujar Alex sambil tersenyum.

Hari ini sepulang kantor Alex sengaja mengunjungi Plaza Senayan karena kebetulan concealer nya habis. Jadi mau tidak mau ia harus mampir sebentar ke Sephora. Setelah itu karena Kenji mengetahui dirinya sedang di PS, adiknya itu minta tolong di belikan Wingstop.

Setelah mengecek pesanannya lagi dan memastikan bahwa pesanannya sudah benar, Alex kemudian berjalan keluar dari area food court di lantai 3 tersebut. Tapi ketika sedang berjalan, langkahnya terhenti saat ia menangkap wajah familiar yang sedang menatapnya balik.

Alex berdiri membeku di tempatnya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Shit. Jackpot banget gak sih. Lari apa ya gue? Tapi gak mungkin gue lari.

Ernest, Alex, and Kanig : Healer (#2)Where stories live. Discover now