Vingt: The Air That I Breathe

767 136 33
                                    

"So this the night, Bro." Ernest melihat refleksi dirinya di cermin. Tubuhnya sudah dibalut setelan jas hitam dan dasi dengan warna yang senada. Sharp. Hanya tinggal menambahkan aksesoris di pergelangan tangannya, then he's ready to go.

"Gila seger banget mas-nya kayak nutrisari dingin!!" Bagas yang tadinya sedang sibuk main PS4 menengok ke arah Ernest.

Ernest menaik-naikkan alisnya, sambil menarik simpul di dasinya.

"Eh gue mau ngomong sesuatu nih, tapi lo jangan geer ya!"

"Ngomong apaan?" Tanyanya santai masih sibuk dengan dasinya.

"Kayaknya Alex udah mulai suka sama lo deh."

Matanya kemudian melebar, "Ah serius lo?!"

"Iya kok keliatan." Jawab Bagas yang kembali sibuk dengan controller PS-nya.

Senyum tersungging di bibirnya. "Of course she likes me."

"Don't be so cocky. You never know what's inside her head."

"Alex buat gue kayak open-book, Gas. I know what's inside her head."

"Gak usah belaga dukun lo, bro! Hahaha."

"Heh elo tuh yang dukun bukan gue! Lo sendiri kan yang bilang kalo lo turunan mama Lauren." Ernest lalu tertawa, yang diikuti oleh tawa Bagas setelahnya.

Bagas lalu mematikan power PS4 Ernest dan sekarang berjalan ke arah pantry.

"Lo sendiri mau kemana malam ini, Gas?"

Bagas memajukan bibirnya seperti berpikir. "Abis ini gue mau balik, FaceTime an sama Tasya. Terus tidur sampe besok." Jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Gas, lo kok bisa tahan sih LDR-an kayak gini, maksud gue ketemu cuma dari layar handphone atau laptop gitu."

"Hmm, gimana ya, bro. LDRan tuh ngajarin gue untuk never take anyone for granted, especially Tasya. Disaat dia ada kadang-kadang gue sebagai cowo suka seenaknya. Eh pas dia lagi jauh, baru kerasa deh gak enaknya gimana.

"Ya jadi, gue belajar untuk setiap saat ngehargain dia. Walaupun kalo dia balik atau gue yang kesana berantem-berantem sih tetep ada. Tapi walaupun berantem, I'm still grateful sih gue sama dia masih sama-sama sampe sekarang, despite this whole ldr thing."

Ernest lalu menganggukkan kepalanya. Salah satu hal yang Ernest salut terhadap Bagas adalah walaupun dari luar he looks like a crazy ass man, tapi Bagas itu memegang prinsip hidup yang sangat kuat. And he's fearless, tidak peduli apa yang orang katakan tentang dirinya. It's my life, i know what I'm doing.

"Anyway, lo pake parfum apa sih?"

Ernest jadi insecure dan mengendus tubuhnya sendiri. "Dyptique!" Jawabnya dengan tersinggung.

Bagas pun tertawa kencang, "Kirain minyak nyongnyong!"

"Ah serius lo! Gue jadi insecure gara-gara lo!" Ernest mendelik kesal.

"Becanda gue, Nest! Iya lo wangi - " Ujar Bagas sambil cekikikan. "Wangi alam barzah! Gue balik ya, bye!" Lanjutnya masih tertawa kemudian cepat-cepat menutup pintu apartment Ernest.

---

Sardana Pacific Hotel, Ballroom.

"Nest, lo jangan tegang gitu dong." Alex melirik Ernest yang tidak biasanya terlihat tegang. Mereka sekarang sedang berjalan menuju lift setelah mobil Ernest di bawa oleh valet.

Ernest, Alex, and Kanig : Healer (#2)Where stories live. Discover now