Treize: Paris in the Rain

816 132 25
                                    

Kanig memberontak, tapi rasanya orang yang membekapnya sekarang badannya jauh lebih besar dari badannya. Tinggi badannya yang sekitar 184 cm, rasanya masih kurang untuk bisa melawan orang ini. Ia kemudian digiring ke balik pilar beton diantara mobil-mobil yang masih terparkir.

Tidak beberapa lama ia lalu mendengar suara tawa khas yang sudah lama ia tidak dengar.

"Ed, enough enough." Ujar orang itu yang sekarang seperti menahan tawanya. Suaranya kental dengan logat Singlish yang dulu hampir setiap hari ia dengar.

Kanig kemudian merasa mulutnya dan badannya sudah terlepas dari rengkuhan orang tidak dikenal itu. Dengan kesal yang ia membalikkan badannya ke arah sumber suara itu.

"Dan, becandaan lo tuh gak lucu!" Kanig menatap Daniel dengan ekspresi antara lega dan kesal.

Daniel Ong kemudian tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi teman dekatnya ini.

"Hahahaha dude, you should see your face. It was priceless!" Daniel masih tertawa sekarang sambil memegangi perutnya.

"Yeah, right." Kanig mendengus kesal.

Daniel kemudian menghentikan tawanya dan berjalan menghampiri Kanig. Kemudian Daniel memeluk Kanig dengan erat.

"Chill, bro. Makin ganteng aja lo ya," sekarang Daniel berbicara dgn Bahasa Indonesia, "Lo gak seneng liat temen lo ini?" Daniel kemudian menepuk-nepuk bahu Kanig.

Kanig lalu sekarang ikut tertawa, "You've never changed. Do you?" Ia menggeleng gelengkan kepalanya.

"Hardly." Daniel kemudian tersenyum lebar sambil menaikkan bahunya.

Ia lalu memperhatikan Daniel dengan lekat. Teman dekatnya ini tidak banyak berubah. Wajah orientalnya tetap kental terlihat. Sekarang bentuk wajahnya terlihat semakin tirus. Rambut hitamnya disisir kebelakang dengan rapih. Setelan jas hitam membalut tubuhnya yang ramping dan sedikit berotot. Dan tidak ketinggalan, 2 orang kepercayaan Daniel yang selalu mengikutinya sejak dulu. Ia tahu yang tadi membekapnya adalah Eddie dan yang satu lagi ia belum pernah lihat sebelumnya.

"Kok lo udah di Jakarta, Dan? Terus lo gak ngasih tau gue lagi!"

Daniel kemudian menaikkan alisnya, "Changed of plan. Gue ada urusan nih di bank tetangga, makanya gue disini. Terus gue liat lo lagi jalan dengen lempengnya, sekalian aja gue jailin." Daniel kemudian nyengir.

Di Dyaksa Building memang ada sebuah bank asing yang menempati beberapa lantai dari gedung pencakar langit ini.

Mereka sekarang bersandar di sebuah mobil SUV putih yang daritadi terparkir di dekat mereka.

"Glad to see you though." Kanig lalu tersenyum.

"Me too. Gimana dengan Alex Alex lo itu? Got the girl yet?" Tembak Daniel tanpa basa-basi.

Kanig menggelengkan kepalanya sekali, "Not yet." Jawabnya singkat.

"Mau sampe kapan lo kaya gini terus, man. Disabet orang kaya dulu mau kabur kemana lagi nanti." Daniel tertawa kecil.

Kanig lalu tersenyum kecut, "Ga akan kabur lagi gue."

"Lo bakal di Jakarta sampe kapan?" Tanyanya lagi.

"Sebenernya gue disini cuma sampe besok. Abis itu gue balik dulu ke SG bentar. Nah baru deh ke Jakarta rada lama bareng bokap. Makanya gue ga ngabarin lo dulu."

"Lagi nge-handle apa lo sekarang, Dan?" Tanyanya dengan hati-hati.

Daniel lalu tertawa, "Lo ga usah tau deh. Ntar lo kebawa-bawa. Dapetin Alex dulu baru gue kasih tau lo, Nig!"

Ernest, Alex, and Kanig : Healer (#2)Where stories live. Discover now