Neuf: Perfect People Next Door

858 144 15
                                    

Ernest - Office, Lunch Time

"Tikungan tajam bos!!" Suara Bagas yang seperti toa terdengar seperti sirine di siang bolong.

"Apaan sih lo ga jelas banget nelepon gue tiba-tiba!" Balas Ernest. Ia bertanya-tanya sambil menyuap bakmie ayam yang baru saja di belikan salah satu OB di kantornya.

"Ti-ku-ngan ta-jam." Bagas mulai mengeja kata-katanya tadi.

"Iya gue tau lo ngomong tikungan tajam." Ujarnya sabar. "Ini lo lagi di sentul apa gimana sih?"

Ernest jadi semakin bingung. Percakapan mereka yang tidak jelas ini seperti sebuah adegan di film Dumb & Dumber yang tidak ada poinnya. Muter-muter gak jelas.

Kemudian Bagas terdengar menghela napasnya.

"Nih ya dengerin gue dulu," Bagas memulai, "Tadi kan gue turun ke foodcourt kantor gue buat makan siang. Tadinya gue mau ngebungkus buat gue makan di meja gue. Pas gue sampe kebawah gue liat Alex."

"Ya udah sih namanya juga sekantor pasti ketemu. Pamer banget lo." Ujar Ernest santai.

"Belum beres woy." Bagas mulai tidak sabar. "Gue liat Alex sama Kanig gitu lagi makan. Gue kan bingung ya, gue yang salah gedung apa gimana. Atau tiba tiba Dyaksa Energy pindah gedung."

Lah Kanig? "Terus terus?" Ernest mulai penasaran.

"Ya terus gue kepo lah. Ternyata mereka kenal udah lama gitu. Jadi Alex tuh kenal Arik dari Kanig. Kanig tuh temen deket kakaknya Alex pas kuliah."

"Cuma kan gue masih penasaran gitu, Bro. Seorang Kanig tumben-tumbennya bareng cewe berduaan kecuali pacarnya atau siapanya. Inget ga sih jaman dulu juga gitu kan?"

Bener juga. Tapi kok perasaan gue jadi ga enak gini ya? "Iya bener." Ujarnya singkat.

"Terus gue keceplosan gitu, Nest. Gue bilang di depan Kanig kalo lo lagi modusin Alex, tadinya gue mau ngeledek Alex gitu," Nada suara Bagas berubah seperti tidak enak, "Dan lo tau gak sih ekspresi Kanig berubah 180 derajat. Alex sih gak nyadar, tapi gue nyadar banget."

Salah satu kelebihan Bagas adalah ia tipe-tipe orang yang sangat peka dengan keadaan di sekitarnya. He knows when or where to place his act together.

"Berubah as in?" Tanya Ernest.

"Tebakan gue sih ya, Kanig really likes Alex."

Ernest kemudian rasanya lemas mendengar apa yang dikatakan Bagas tadi. "Ah anjir, serius lo, nyet?"

"Gue masih belum tau pasti sih ya. Tapi perubahan mood Kanig di mata gue tuh keliatan banget. Lo tau lah gue, curiga gue tuh ada turunan mama lauren."

"Serius, nyet!"

"Eh iya sorry sorry. Dan pas gue pergi bentar pesen makanan dan balik, gue sempet denger Kanig kaya bete gitu ke Alex, Nest."

"Kalo bener, Arik kok gak ngasih tau gue sih."

"Ya elah, Arik juga gak ngasih tau Kanig sih feeling gue. Mereka kan udah kenal lama nih, bisa jadi sebenernya Kanig tuh suka Alex udah lama." Bagas mulai memaparkan teorinya. "Lo sempet curiga gak sih dulu Kanig tiba-tiba banget cabut ke Sydney?"

"Disuruh bokapnya bukan?"

"Kalo kata gue sih ada yang lain. Pas di pindahin ke Singapura aja setaun kemudian balik lagi gara-gara tante Risa." ujar Bagas lagi, "Biasanya kan Kanig ngelawan abis-abisan, nah pas ke Sydney dia legowo aja gitu nurut."

He's got his point. "Bener juga sih." Ernest lalu terdiam. "Terus menurut lo gue harus gimana? Gue ga enak sih jujur. Tapi ya gue ga mungkin mundur."

Ernest, Alex, and Kanig : Healer (#2)Where stories live. Discover now