Dix-Huit: One Spare or Strike, One Secret

817 136 21
                                    

Ernest - Ara's Kindergarten and Gelato Parlor.

"Halo, iya Tante. Adit udah di sekolahnya Ara nih." Ernest berbicara di telepon sambil terduduk di kursi panjang di pekarangan sekolah Ara, adiknya.

"Abis ini Adit ngajak Ara makan es krim boleh kan?" Tanyanya sambil memperhatikan jam tangannya.

"Oke, Tan. See you!" Ernest menyudahi telepon itu sambil tersenyum lebar.

Hari ini ia lah yangmenjemput adiknya Ara di sekolahnya. Sebenarnya hari Sabtu biasanya adiknya itu libur, tapi karena ada acara di sekolahnya maka adiknya itu sekarang masuk sekolah. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 siang, seharusnya sebentar lagi adiknya itu keluar dari kelasnya.

Setelah itu pada sore hari ia akan pergi dengan Alex, dalam rangka dinner date mereka. Well, tadinya Ernest hanya akan mengajak Alex untuk dinner saja tapi ia mempunyai sebuah ide yang lebih bagus setelah mereka makan malam nanti.

Tidak lama kemudian, satu persatu anak kecil keluar dari sebuah ruangan kelas yang merupakan ruang kelasnya Ara. Ernest kemudian mengalungkan kartu pick up pass nya dan berdiri dari tempat duduknya. Setelah beberapa anak yang seumuran dengan adiknya keluar, akhirnya ia melihat seorang anak ber pipi chubby keluar dari kelas. Ara berjalan sambil menggendong tas ransel bergambar Thor-nya.

"Ara!" Panggil Ernest sambil melambai-lambaikan tangannya.

Lalu Ara yang mendengar namanya dipanggil, langsung berlari ke arah Ernest. "Mas Adit!"

Ernest lalu berjalan ke arah Ara dan berjongkok agar posisinya sejajar dengan adiknya itu dan memeluknya.

"Wah jagoan Mas Adit abis gambar apa tuh?" Tanya Ernest kepada Ara yang membawa kertas bergambar di tangan kanannya.

Ara kemudian menunjukkan gambarnya. "Ini gambar aku sama Alea, mas Adit." Ara menjelaskan gambarnya yang dibuat dengan crayon berwarna biru dan pink.

"Alea itu siapa?" Ernest bertanya lagi sambil melihat gambar seorang anak perempuan yang kata Ara bernama Alea.

"Pacar aku, Mas." Jawab Ara dengan polos.

Ernest lalu tertawa renyah, "Aduh kalah nih Mas Adit sama kamu kalo kayak gitu."

Ara kemudian tertawa kecil. Lalu telunjuk Ara yang gendut menunjuk seseorang dari kejauhan. "Nah itu tuh, Mas, Alea. Cantik kan?"

Ernest lalu mengarahkan pandangannya ke arah yang Ara tunjuk. Ia melihat anak kecil perempuan seumuran Ara dengan dress putih, sedang berjalan bersama ibunya. Ia pun lalu tersenyum hangat saat melihatnya.

"Cantik ya pacar kamu. Pacar Mas Adit nanti juga cantik loh gak kalah sama Alea." Ernest berkata kepada Ara sambil bercanda.

"Oh ya kayak siapa, Mas?" Mata Ara membesar karena penasaran.

Ia kemudian berpikir mencari perumpamaan yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Alexandra Sardana.

"She's just like a song, Ra. Setiap lagu itu dibuat dengan melody yang berbeda dan beragam. Awalnya memang terdengar memusingkan. But when we put them all together, its creates a beautiful harmony." Pandangannya menerawang dan senyum kecil pun merekah di wajahnya. Karena itu adalah sebuah kata yang tepat untuk mendeskripsikan Alex.

Ara lalu menatap Ernest dengan bingung. Mungkin kata-katanya tadi terlalu membingungkan untuk diserap oleh anak kecil berumur 4 tahun.

"Bingung ya?" Tanya Ernest sambil mencubit lembut pipi Ara. Ara pun mengangguk.

"Ya udah yuk kita pulang." Ernest lalu berdiri dan menggandeng tangan Ara. "Tapi sebelumnya Mas Adit traktir es krim mau gak?"

"Mau, Mas Adit!" Jawab Ara sambil melompat-lompat kecil dengan senang.

Ernest, Alex, and Kanig : Healer (#2)Where stories live. Discover now