•Part Twenty Six•

Start from the beginning
                                    

Gelak tawa pun terdengar di seluruh rumah itu. Walau hanya diisi oleh 3 orang tapi terasa menyenangkan bila sedang berkumpul bersama seperti ini. Rasanya begitu menyenangkan dan juga kita bisa merasakan kehangatan dan mengetahui apa arti dan makna sebuah keluarga.

Darrel tahu kini dirinya hanya masih bersama kedua orang tuanya. Tapi melihat Zidan dan Melly, Darrel jadi berpikir apakah ia akan sebahagia kedua orangtuanya itu? Apakah kehidupan berkeluarganya akan lancar? Itu semua tergantung takdir, nasib, dan jodoh kita di masa depan nanti tentunya.

Setelah berbincang-bincang Darrel izin untuk pergi ke kamarnya. Karena merasa lelah dan tak mau mandi Darrel langsung menjatuhkan dirinya di atas kasur empuk dengan hawa dingin yang membuat dirinya semakin lelap untuk tidur.

💥

Paginya Beatriz kini sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Ia sudah menunggu Darrel selama 15 menit di luar rumahnya namun tak ada tanda-tanda kedatangannya sama sekali. Semestinya sebelum Beatriz bangun Darrel sudah ada dirumahnya dan membangunkannya tapi ini tidak seperti biasanya.

Beatriz positive thinking. Mungkin saja Darrel terkena macet di jalan atau apalah. Sampai sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya membuat Beatriz sangat... entahlah. Perasaannya sekarang seperti nano-nano. Campuk aduk. Sedih, kecewa, ingin menangis karena lama menunggu, Beatriz pun meminta supirnya untuk mengantarnya ke sekolah dengan salah satu mobil milik ayahnya, Daniel.

Selama di perjalanan, Beatriz hanya melihat jalanan dimana banyak kemacetan, motor-motor yang selalu menyelip-nyelip, mobil yang mengklakson dengan kencang. Namun suara-suara itu menggema di telinganya seakan-akan tidak terdengar apapun. Ia seperti tuli. Sorot matanya memancarkan suatu kesedihan. Kembali ia melihat ke dalam ponselnya,

DarrelW: Be, lo berangkat sendiri bisa ga? Soalnya gue mau ke rumah temen gue lagi sekarang. Katanya dia kambuh lagi penyakitnya. Maaf ya, hari ini doang kok nanti pulang sekolah kita pulang bareng. Oke?

Ya, mungkin memang temannya Darrel membutuhkannya. Tapi apakah sepenting itu? Dan siapakah temannya itu? Apakah dia perempuan atau laki-laki? Beatriz tidak tahu dan tidak terlalu ingin tahu. Ingat, tidak terlalu ya.

Sesampainya di sekolahnya ia pun langsung berjalan namun bodohnya ia tidak melihat jalanan sampai akhirnya ia terjatuh.

"Aduh!" Pekik Beatriz saat bokongnya mendarat di aspal.

"Eh maaf? Lo ga apa-apa kan?" Ucap seorang laki-laki sambil menyodorkan tangannya. Beatriz melihat ke atas dengan wajah kesakitannya. Betapa terkejutnya ia dengan laki-laki dihadapannya ini.

"Elo?! Kok lo disini sih?" Tanya Beatriz pada laki-laki itu. Beatriz segera berdiri sambil menepuk-nepuk bagian belakangnya agar tidak kotor.

Lelaki itu hanya tersenyum. "Iya, mulai hari ini gue sekolah disini sekaligus gue pindahan. Gue duluan ya, see you later babe" ucapnya sambil mengerlingkan sebelah matanya membuat Beatriz merasa jijik.

Setelah itu Beatriz melanjutkan jalannya kembali menuju kelasnya yang sempat tertunda karena bertemu lelaki tadi. Iya, lelaki tadi adalah lelaki yang sama yang kemarin Beatriz temui di halte saat dirinya sedang menunggu taksi.

Beatriz segera duduk di bangkunya dengan wajah lesunya. Lauren yang duduk di sebelah Beatriz menautkan alisnya juga kedua temannya yang berada di depan bangku mereka berputar ke belakang.

"Be? Lo kenapa?" Tanya Tasya.

"Lesu amat mukanya mba," komen Amel.

"Eh lo temen lagi begini malah digituin." Ucap Lauren sambil menjitak kepala Amel. Yang dijitak pun mengaduh.

"Duh, sakit tau"

"Bodo amat"

"Masa tadi pagi gue ketemu sama satu cowo. Dia nabrak gue -eh tapi gue, ah gatau dah siapa yang nabrak siapa. Intinya gue lagi jalan terus gue ketabrak sampe jatuh gitu kan. Terus--" saat Beatriz mau melanjutkan ceritanya tiba-tiba guru masuk membawa masuk seorang murid.

Beatriz tercengang. Ini tidaklah asli dan tidak nyata kan?. Darrel pun masuk ke dalam dengan lari-larian dan ngos-ngosan.

"Eh, si ibu udah dateng ya?"

"Dari mana kamu Darrel?"

"Tadi nyariin belalang dulu bu di sawah terus nikahin belalang itu sama yang betina. Penghulunya juga ga dateng-dateng jadi saya yang gantiin penghulunya makanya lama. Maaf ya bu hehe"

Semua murid di kelas itu pun tertawa termasuk Beatriz karena mendengar alasan konyol Darrel. Guru itu menyudahi anak-anaknya untuk berhenti tertawa dan menggeleng-geleng kepala karena ulah Darrel.

"Ya udah terserah kamu aja deh. Ya udah sana kamu duduk di tempat kamu!" Titah guru itu.

"Lain kali jangan sampai telat ya Darrel" tambahnya.

"Iya buuuu"

"Baiklah anak-anak kenalkan..." sementara bu guru mengenalkan siswa baru itu Beatriz menoel-noel lengan Tasya.

"Apaan Be?"

"Itu! Itu cowo yang bikin gue jatuh tadi pagi!" Ucap Beatriz seperti bisikan tapi kencang.

Tasya terkejut, "hah? Itu? Seriusan lo?"

Beatring mengangguk mantap. Mereka berdua kembali menatap ke depan.

"Hai semua, kenalin nama gue Rian Pratama." Ucap Rian dengan senyuman manis tapi tatapannya pada gadis yang duduk di paling belakang. Senyuman itu membuat kaum hawa berteriak karena pesonanya yang luar biasa.

"Baiklah, Rian kamu bisa duduk di belakang."

Rian pun berjalan ke belakang dan duduk tepatnya di sebelah meja Beatriz. Ini sungguh rumit. Sebelah kanan ada meja Darrel, sebelah lagi ada setan nakal yang Beatriz yakin akan mengganggunya mulai sekarang dan setan itu bernama Rian Pratama.

💥

Don't forget to comment and vote. Salam dari author terterter😎✌

@tunanganmanurios ⬅follow akun ini thancu💕💕💕


Finesse (1) {Completed}Where stories live. Discover now