Dua puluh dua

30 14 10
                                    

-----
Cinta itu rumit.
Cinta tak hanya dapat membuat seseorang terbang tinggi,
Namun juga dapat menjatuhkan sampai ke dasar.
-----

Pagi itu, suasana yang seharusnya tenang mendadak menjadi kacau. Seorang anak laki-laki terlihat panik saat melihat sosok yang sangat dicintainya sama seperti ia mencintai ibu kandungnya sendiri tergeletak tak berdaya.

“Bu ... Ibu ... Bangun, Bu....”

“Ibu ... Ibu kenapa?” Anak laki-laki itu terus mengguncang-guncangkan tubuh wanita tersebut.

Tak ada respon meski sekuat tenaga ia mencoba membangunkan. Wajah itu pucat, nyaris membiru. Bahkan tangan mungilnya telah lama menggenggam tangan wanita itu, meski perlahan ia sadar bahwa tangan wanita itu semakin mendingin. Ia takut, ia benar-benar merasa takut.

Keringat dingin perlahan membasahi pelipisnya. Raut kecemasan jelas terlihat di wajahnya. Cepat, diedarkan pandangannya menelusuri kamar yang menjadi saksi tak berdayanya Sandra Kusumawati, ibu dari kakak tirinya, Arga. Dan anak laki-laki tadi adalah Farrel Pratama.

“Ibu!!!” Pintu itu terbuka, menampilkan sosok anak laki-laki yang terpaut beberapa tahun lebih tua dari Farrel.

Arga mendekati sosok Sandra yang tak bergerak sedikitpun, melihat wajah pucat itu pilu. Di sampingnya, Farrel masih menggenggam tangan Sandra, menyalurkan kehangatan meski pada akhirnya semua hanyalah sia-sia.

Keringat dingin kembali membasahi tubuh Farrel, sekilas ia menatap Arga sebelum akhirnya Arga mendorong Farrel menjauhi sosok ibunya.

“KAMU APAIN IBU AKU, REL????” teriak Arga tepat setelah tubuh Farrel membentur meja besar yang berada di kamar itu, membuat vas bunga terjatuh tak jauh darinya.

“JAWAB, REL!” kedua mata Arga menatap tajam, membuat Farrel merasa lebih takut dari sebelumnya.

Tak ada siapapun di rumah itu. Dani, ayah mereka telah berangkat ke kantornya pagi-pagi buta tadi, guna menyelesaikan proyek yang akan dikembangkan oleh perusahaannya. Asisten rumah tangga pun sedang keluar untuk membeli beberapa bahan makanan.

“Bukan aku, Kak. Ibu ... Ibu....”

“KAMU JAHAT, REL. KAMU TEGA BUNUH IBU AKUU!!!”

“KAMU JAHAT, REL. JAHAT!!!”

“KAMU PEMBUNUH!!”

Arga kembali berteriak, menggemakan kepiluan di kamar tersebut. Masih di tempatnya, Farrel menekuk lututnya yang lemas, menatap Arga yang dengan cepat menelpon ambulance.

Kejadian itu kembali terulang, melihat sosok wanita yang disayanginya tergeletak tak berdaya di depan matanya. Farrel lemas, ingatan yang benar-benar ingin ia hapus kembali memenuhi alam pikirannya.

Dalam kesunyian itu, Farrel menatap Arga. Peluh terlihat menetes di pelipis kakak satu-satunya tersebut. Raut kecemasan yang terlihat benar-benar membuat napasnya sesak.

Farrel tahu, seberapa kuatnya ia mengharapkan, takdir tetap tak akan memihaknya. Dan untuk kedua kalinya, ia kehilangan sosok ibu. Bahkan dadanya semakin sesak kala melihat wajah ceria kakaknya yang memudar.

“Bukan Farrel, Kak,” ucap Farrel lirih. Perlahan diangkat kepalanya menatap Arga yang masih bersimpuh di hadapan Sandra, memeluk tubuh yang beberapa menit lalu telah mendingin.

“Kakak benci kamu, Rel.”

Farrel sontak kembali menengadahkan kepalanya, menatap manik mata Arga yang telah kehilangan cahayanya. Mata itu, telah berubah. Memancarkan kepiluan yang mendalam.

PromiseWhere stories live. Discover now