Tujuh

65 35 45
                                    

-----
Jikalau bisa,
Ingin rasanya kuhapus sebagian memori ini.
-----

"Lo mau pesen apa, Nay?" tanya Erin sembari melihat papan menu yang terpajang di warung mang Kuncung tersebut.

Siang ini Erin sangat lapar. Setelah berbagai ulangan selesai dalam beberapa jam, akhirnya mereka bisa menikmati salah satu surganya dunia, makan.

"Nggg.. Gue nasi goreng sama es teh. Lo sendiri?"

"Gue mau bakso sama es jeruk. Kayanya seger tuh," ucap Erin. Matanya masih setia menatap papan menu itu.

Mereka segera antri di belakang salah seorang siswa bertubuh gempal tersebut.

Erin mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Saat ini, cacing di perutnya sudah mulai berteriak meminta makan.

Sedang di belakangnya, tampak Nayla tengah asyik dengan ponselnya. Membalas puluhan chat yang menghinggapi ponselnya. Gadis itu mulai tersenyum gaje. Jari-jarinya terlihat lincah mengetikkan baris kalimat demi kalimat.

Duh, mulai deh kumatnya .

Erin menatap bosan ke arah Nayla, sebosan dirinya menunggu antrian yang tak kunjung usai.

Beberapa menit berlalu, Erin membelalakkan kedua matanya senang. Pasalnya, cowok bertubuh gempal itu telah menerima pesanannya, hendak beringsut pergi.

Erin mulai membasahi bibirnya. Lapar. Gadis itu benar-benar ingin segera duduk guna menyantap pesanannya.

Memikirkannya saja sudah bisa membuat air liurnya hampir menetes.
Kuah bakso yang gurih akan luruh ke dalam mulutnya, meluber bersama air liurnya ditambah segarnya es jeruk sudah pasti mampu membuat moodnya membaik.

Namun alih-alih segera memesan, kedua matanya malah nyaris keluar tatkala siswa cowok bertubuh gempal itu telah pergi dan tergantikkan oleh siswa lainnya.

Tubuhnya tinggi, tidak kurus, tidak gemuk. Berisi lebih cocok untuknya. Ia memakai seragam yang dibalut jaket hitamnya, kentara sekali ia memakai celana OSIS. Wajahnya tertutup masker.

Tunggu, masker??

Sialan!!! Cowok itu? Satu sekolah dengannya?

Sadar akan kelalaiannya, Erin segera menarik ujung jaket dari cowok itu.

"Apa?" sahut cowok itu cuek.

What the....?

"Hah?"

"Lo barusan nyrobot antrian gue," jelas Erin tak terima, kedua alis gadis itu turut bertautan. Namun, seakan tak mendengar, cowok itu tak peduli dan berbalik menghadap mang Kuncung.

"Mang, saya pesan..."

"Eh nggak bisa!! Setelah apa yang lo lakuin ke gue tadi pagi, gue nggak akan ngalah kali ini."

"Enak aja lo baru dateng langsung nyrobot antrian orang!!"

"Lah siapa juga yang nyrobot? Orang gue cuma berdiri di tempat yang kosong kok." elak cowok itu.

"Ehh... Nggak bisa! Nggak bisa!! Pokoknya gue dulu!!" ujar Erin kukuh seraya berusaha mendorong tubuh tinggi cowok itu menyingkir dari hadapannya.

"Asal lo tau yaa! Gue udah nunggu dari tadi. Hampir 20 menit." jari telunjuk Erin terulur ke depan wajah cowok itu.

"Yeee... Siapa juga yang mau tahu. Gue kan pengin pesen makan," ralat cowok itu di depan Erin.

Cowok ini!! Bener-bener yaah!!

PromiseWhere stories live. Discover now