Dan jauh tertinggal di belakang, si pria berbaju hitam memijit keningnya sambil menggelengkan kepala pelan.

|°|°|

Jaac hanya mampu menahan napas di sepanjang perjalanan menuju aula ini. Seolah lobi raksasa yang berwarna putih belum cukup membuat pemuda itu merasa kagum, dia disuguhi lorong yang segelap malam namun dengan cahaya-cahaya yang bergemerlap seolah bintang, diakhiri dengan sebuah aula megah yang berwarna kuning dan seolah dipenuhi dengan pendar kehangatan.

Ini bukan pertama kalinya Jaac masuk ke aula raksasa. Di perusahaannya juga ada satu aula super raksasa yang digunakan untuk pameran mahabesar yang diselenggarakan setahun sekali. Tetapi Jaac tidak bisa menyangkal kalau aula tempat dia berpijak saat ini memiliki sesuatu yang membuat Jaac tidak bisa menutup mulutnya sendiri.

Atap yang melengkung besar, lampu gantung mewah yang tampak sangat antik, dinding-dinding kuning keemasan, dan ribuan orang-orang yang memakai pakaian-pakaian yang tampak sangat medieval. Pembuat game ini benar-benar totalitas. Setiap NPC didesain dengan sangat detail. Ini terasa sangat nyata bagi Jaac. Tidak, ini terlalu nyata.

Gaun-gaun yang berkelas, wajah-wajah yang sangat berwibawa dan ceria, cara berjalan dan berbicara yang sangat beraturan dan bertata krama, bahasa yang terdengar sangat ramah dan penuh pesona, ini seperti mimpi. Kalau saja Akra bisa datang ke sini, wah, pasti benar-benar hebat. Anak itu memiliki ketertarikan pada hal-hal berbau masa lalu seperti ini. Dan di sini, bukan hanya sekadar menonton film historical dalam theater berdimensi, Akra bahkan akan bisa merasakan dirinya sendiri seolah memang hidup di abad pertengahan!

Ini ide bagus untuk mengajak anak itu kemari saat ulang tahunnya nanti. Dia pasti akan sujud syukur di bawah kaki Jaac.

Pemuda itu berjalan perlahan sambil memutar tubuh sendiri. Aula ini mungkin titik start di mana dia akan mendapat semacam misi atau petunjuk cara bermain di game ini. Jaac benar-benar tidak sabar. Biasanya, bermain realitas maya, Jaac tidak bisa menyentuh pepohonan dan benda-benda secara nyata. Memang tersentuh, tetapi kulitnya tidak merasakan apa-apa karena sejatinya dia hanya meraba udara. Jikalau mengambil barang pun, barangnya memang terambil, tetapi tangan Jaac tidak merasakan berat apapun, karenya secara nyata, Jaac memang tidak mengambil sesuatu yang bermassa.

Tapi kali ini, Jaac bisa menyentuh pohon-pohon seolah pepohon itu sungguhan ada, bebatuan, rumput, tanah. Jaac jadi penasaran apakah dia bisa menyentuh monster juga. Bagaimana dengan darah? Jika Jaac berhasil menebas monster, apa dia akan merasakan basah yang lengket dan berbau amis dari darah monster yang terciprat ke tubuhnya?

Waah, ini benar-benar gila.

Duk.

Jaac terjengkang ke depan ketika punggungnya menabrak sesuatu yang keras. Dia cepat-cepat kembali berdiri sebelum tersungkur sungguhan, kemudian berbalik hanya untuk mendapati seorang perempuan yang berperawakan mengerikan dengan tubuh tinggi besar.

Perempuan itu terlihat sangat gagah. Kedua bahunya tampak sangat kuat dengan kedua lengan yang panjang. Kulitnya gelap dengan tato warna ungu menghias di wajah. Rahangnya tajam dan rambutnya lurus sepinggang. Dengan baju kain cokelat yang dijahit seadanya, perempuan ini lebih mirip dengan tarzan versi lebih rapi. Dan versi perempuan juga tentunya. Tapi maksud Jaac, untuk apa karakter semacam ini muncul di aula pesta para bangsawan? Ini bukan hutan, woi!

Kedua mata perempuan itu memiliki netra yang gelap dan kelam, menatap Jaac dengan tatapan tajam.

Apa? Apa maksudnya dengan tatapan itu?

Jaac melotot, mencoba membalas tatapan intens perempuan itu. Tapi belum apa-apa, perempuan itu tiba-tiba juga ikutan melotot. Jaac mengeraskan geraham, tidak mau kalah, berusaha menunjukkan wajah garang. Tapi perempuan itu segera membalas dengan wajah yang lebih garang.

Oke, ini konyol. Jaac mengembuskan napas, lelah memelototkan mata sampai rasanya bola matanya seperti akan meloncat keluar.

"Berhenti menatapku seperti itu," kata Jaac. Perempuan itu tidak membalas, masih tetap menatapnya dengan intens, meski wajah garangnya perlahan memudar.

"Mari kita tidak berbuat kerusuhan di sini, okay? Aku tidak mau bermusuhan. Perkenalkan saja, namaku Jaac." Jaac mengulurkan tangan. Tapi hingga beberapa lama, perempuan itu tidak juga segera membalas uluran tangannya. Dia hanya menatap tangan Jaac seolah tangan adalah sesuatu yang sangat baru yang baru pertama kali dilihatnya.

"Hei, namamu?" tanya Jaac, menggerakkan tangannya naik-turun, minta direspon.

Kali ini perempuan itu menatap Jaac, membuat Jaac jadi bingung sendiri.

Apa? Perempuan ini NPC? NPC tidak bisa berkomunikasi? Atau bagaimana?

Tapi tiba-tiba saja sebuah tangan akhirnya membalas uluran tangan Jaac—tangan perempuan itu. Tangan yang besar dan keras. Berbanding terbalik dengan tangan Jaac yang rasanya jadi selembut pantat bayi.

Perempuan itu membuka mulutnya, kemudian berkata dengan suara yang berat dan dalam, meski masih terdengar bahwa itu adalah jenis suara perempuan. Mungkin menjawab pertanyaan Jaac, dia berkata,

"Zeeb."

|°|°|

Fun Facts:

Jaac itu aslinya bener-bener sinting, saya nggak paham lagi sama dia.

Ada yang mau ngarungin? Wkwk

Omong-omong, maaf banget karna saya bener-bener lamaaaaaaa banget ngerjain revisi naskah ini //hiks.

Kalo nggak salah saya dulu pernah ijin hiatus, buat refreshing diri gitu ceritanya. Eh tapi ternyata malah kebablasan, dan butuh waktu yang yah, lumayan, buat bikin saya kembali terbiasa nulis lagi. Maaf banget ya, temen-temen.

Saya terharu banget karna masih ada yang mau nungguin dan bahkan nanyain. Makasih banyak karna udah bilang. Saya jadi terpecut buat nulis lagi TωT //sembah sungkem ke temen-temen semua yang masih baca ini.

Satu fun facts lain yang sempet bikin saya hampir jantungan:

Jarak update antara bagian 4.2 dan 4.3 adalah setengah tahun 囧

030120-rev

[Para] Tentara LangitOnde histórias criam vida. Descubra agora