6

36 6 0
                                    


₩₩₩

Author's POV

"Saya sudah memastikannya sendiri, dan mereka sampai tempat dengan selamat," Ucap seseorang lelaki.

"Hmm.. baiklah, kau boleh pergi sekarang," Jawab seseorang dengan suara basnya.

Lelaki yang melapor tersebut menundukkan kepalanya sedikit, kemudian berbalik kearah pintu untuk keluar dari ruangan tersebut.

***

Mika's POV

Setelah sampai kami segera beristirahat. Ternyata perjalanan kami hanya mengelilingi tempat kami berkemah, dan tentu itu menyebalkan. Kami diberi waktu beristirahat selama satu jam, cukup lama menurutku.

"Mika, kemarilah! Kita makan bersama disana," Teriak Ana yang tak jauh dariku sambil menunjuk kearah siswa-siswa yang sedang bergumul.

Aku sangat tak menyukai keramaian. Apalagi harus berdesak-desakan seperti itu, membuat nafasku sesak.

Aku memandang Ana sambil menggeleng. Ana terlihat tidak puas dengan jawabanku itu, dia memaksaku lagi dengan tatapan matanya kearahku.

Hei! Aku sama sekali tidak takut dengan tatapannya itu. Sekali lagi aku menggeleng dengan tegas sambil menyilangkan kedua tanganku kedepan, menjawab bahwa aku benar-benar tak ingin kesana.

Akhirnya dengan pasrah Ana menghampiri siswa-siswa yang sedang bergumul didepan. Dia terlihat sedikit kesusahan saat ingin menerobos siswa lain.

Aku yakin pasti dia bisa menerobos, karena apa? Karena aku tahu badannya yang memang terlihat kecil tapi sekali mengeluarkan tenaga sangat besar.

Kenapa aku bisa tahu? Karena aku pernah melihatnya sendiri. Yaitu saat lomba tarik tambang disekolah, aku melihatnya bersama dengan timnya melawan tim lain.

Aku melihat dia sangat gigih saat menarik tambang itu. Keinginan untuk menang, tak ingin kalah. Ya, aku bisa lihat itu dimatanya.

"Hei! Kenapa kau melamun?"

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak kanan ku. Dan itu membuat ku sedikit terlonjak. Aku memalingkan wajahku, melihat siapa yang menepuk pundakku.

Aku menghela nafas, ternyata orang itu lagi.

"Maaf, kau jadi terkejut," Ucap orang tersebut dengan suaranya yang sedikit bass, dan dengan santai duduk disampingku.

Aku sedikit tersenyum kearahnya. Kemudian aku memalingkan wajahku kedepan, aku merasa sedikit tak nyaman jika ada orang asing ada didekatku.

"Kau tak ingin kesana? Seperti teman-teman mu yang lain," Tunjuknya kearah kerumunan tadi, aku menjawabnya dengan gelengan.

"Kenapa sedari tadi kau terdiam saja? Apa kau sakit?" Tanyanya lagi.

Sebelum aku menjawab, dia membuatku terkejut. Tiba-tiba tangan kanannya memegang dahi ku sedangkan tangan kirinya memegang dahinya sendiri.

Mataku membulat, dahiku sedikit berkerut. Aku mencoba melirik kearahnya dengan kaku.

Kemudian dia melepaskan tangannya yang berada didahiku dan dahinya. Sepertinya dia sedang berpikir, karena terlihat kerutan yang ada didahinya.

"Sshh.. hmm.." Gumamnya tak jelas.

"Sepertinya kau panas dingin, dahimu dingin dan berkeringat. Apa kau tak pernah mengikuti kegiatan seperti ini?" Lanjutnya.

Dia melihat kearahku. Aku sedikit terkejut kemudian memalingkan wajahku kedepan, tak berani menatap matanya yang terlihat sedikit tajam.

Her Imagination Gets The Best Of HerWhere stories live. Discover now