Prolog

134 14 7
                                    

₩₩₩

Terlihat seorang gadis duduk termangu disebuah bangku taman sambil melihat sebuah benda yang ada didepannya saat ini. Setiap saat dia memperlihatkan kerutan yang ada dikeningnya, terkadang juga memperlihatkan binar mata yang membuat gadis tersebut tampak lucu.

Matanya selalu fokus terhadap benda didepannya itu. Tak menghiraukan sekitar tempat ia duduk dan tidak sadar bahwa ada seseorang yang sedang mengawasinya sedari tadi. Seseorang tersebut terlihat sedikit kesal akan gadis didepannya itu yang tidak meresponnya kala memanggil nama gadis tersebut.

Akhirnya seseorang itupun berjalan mendekati tempat gadis yang masih tak menghiraukan akan keberadaannya itu. Dia berniat untuk mengejutkan gadis tersebut. Dan..

"Jangan pernah berencana untuk mengejutkan ku lagi, Ana. Itu tak akan pernah terjadi." Ucap gadis tersebut tiba-tiba, yang membuat Ana, seseorang dibelakangnya itu terlihat mengerucutkan bibirnya kedepan.

"Terserah! Aku kesal dengan mu, kau selalu seperti tak menghiraukan keadaan sekitar. Aku kan khawatir kepadamu, disini sepi dan sangat menakutkan! Bagaimana jika ada seorang preman yang datang? Wahh.. aku sudah tak bisa membayangkan hal tersebut!" Balas Ana antusias dengan wajah sambil membayangkan kejadian tersebut, dan membuatnya merinding seketika.

Gadis itu tak berniat untuk membalas ucapan Ana dan kembali fokus dengan benda yang ada didepannya, yang menurut gadis tersebut lebih penting.

"Yaa! Kau mulai lagii!?" Teriak Ana.

"Ok, kalau begitu aku benar-benar akan marah kepadamu, Mika!" Lanjutnya.

Ya, gadis itu bernama Mika. Lebih tepatnya Mika Alexandria Sparkle. Saat ini dia sedang menghabiskan waktunya untuk membaca. Ya, benda didepannya itu adalah sebuah buku yang bisa dibilang cukup besar. Terlihat judul buku tersebut yang tebal dan jelas, 'Werewolf and His Mate'.

Mika sangat menyukai cerita yang berbau werewolf, bahkan sangat terobsesi. Dirumahnya banyak koleksi buku tentang makhluk mitos tersebut. Dia sangat percaya bahwa didunia ini ada yang namanya werewolf, manusia setengah serigala. Sahabatnya, Ana, dia juga mengetahui hal tersebut.

Sejujurnya Ana tak menghiraukannya, akan tetapi semakin lama dia tak menyukai hal tersebut karena obsesi sahabatnya itu semakin parah. Misalnya, membuat sahabatnya itu tak menghiraukan keadaan sekitar, melupakan kondisi kesehatan sendiri karena terlalu asik membaca, bahkan dulu pernah masuk rumah sakit karena terkena asam lambung yang tinggi. Ana benar- benar sangat khawatir, tetapi sahabatnya itu nampaknya terlihat biasa-biasa saja. Dan itu membuatnya semakin marah.

Mendengar ancaman sahabatnya itu, seketika Mika melihat kearah Ana, dan memperlihatkan senyum manis beserta lesung pipi yang membuat semua orang luluh akan senyuman itu.

"Kau tak akan bisa, Ana. Kau tahu itu sendiri bukan? Hmm?" Ucap Mika.

"Terserah kau saja!"

Mika sedikit terkejut mendengar jawaban Ana, ucapan sahabatnya itu terlihat sangat meyakinkan. Tiba-tiba Ana berbalik dan pergi meninggalkan Mika yang masih diam. Seketika Mika sadar, bahwa saat ini Ana benar-benar marah kepadanya. Diapun segera memasukkan barang-barang kedalam tasnya, dan berlari mengejar Ana yang tak menghiraukannya.

"Heii.. aku minta maaf, ok? Aku sadar aku melakukan kesalahan, aku juga sadar bahwa aku ini terlalu egois. Maafkan aku, hanya saja aku-" Ucapnya tercekat, Mika tak bisa melanjutkan perkataannya.

"Aku.. akuu.." Gumam Mika. Dia terlihat bingung, tiba-tiba matanya menjadi buram. Dia menahan tangisnya supaya tidak pecah, dan menggigit bibir bawahnya cukup dalam.

Ana yang tahu akan hal tersebut langsung berbalik dan memeluk Mika haru. Yang dikatakan Mika itu memang benar, bahwa dirinya tidak bisa marah kepada Mika. Dirinya terlalu sayang kepada orang dihadapannya ini, dia sudah menganggap Mika layaknya keluarga sendiri.

"Jangan begitu, jika kau berkata seperti itu seakan-akan aku adalah manusia terjahat yang melukai sahabatku sendiri. Tidak, maksudku keluarga ku sendiri. Jangan pernah berkata egois kepada dirimu sendiri, Mika." Ucap Ana.

Mika melepaskan pelukan mereka, dia mengusap air matanya pelan. Tak lama, mereka berdua saling senyum dan bergandeng tangan sambil meninggalkan taman tersebut.

Mereka memang seperti itu, selalu bertengkar setiap harinya. Lalu berbaikan kembali dan melakukan sesuatu seperti biasanya. Seakan-akan pertengkaran tersebut tidak pernah terjadi.


₩₩₩


Ini adalah cerita yang aku buat benar-benar hasil imajinasiku sendiri. Sebelumnya aku hanya membuat cerita bergenre magic, adventure, dan romance di laptop atau dibuku (bukan novel yaa tentunya >0<).

Aku ingin menyampaikan bahwa cerita yang aku buat ini, seperti latar tempat cerita merupakan hanya sebuah karangan atau hanya imajinasiku saja.

Ini merupakan cerita dengan genre werewolf pertama ku. Maaf jika ceritaku ini tak sebagus dengan cerita-cerita yang lain, dan kata-kata yang ku tulis kurang mengena sampai hati (maksudku belum dapat feel nya). 😆

Thanks for your attention~~

Her Imagination Gets The Best Of HerWhere stories live. Discover now