Zz (Zonk)

394 16 9
                                    


"Izinkan ku isi harimu
Usir mendung kelabu"

Lalahuta - Tunggu Apa Lagi

Dikta duduk sambil menggerakkan kursinya dengan pantat ke kiri dan ke kanan secara berulang-ulang. Ponselnya yang berdaya setengah mati menjadi satu-satunya yang ingin Dikta perhatikan sore ini-selain senja di langit.

Dikta menghela nafas saat ponsel yang ada di atas meja belajar itu tak kunjung bersuara-mati segan, hidup tak mau. Andai saja ia dapat berbicara, Dikta ingin ponsel itu menyampaikan ke Keira bahwa ada orang yang sedang menunggunya di sini.

Kemaren, ada beberapa adik kelas yang nanya mengenai catatan Dikta sewaktu kelas sepuluh. Dari tampang mereka, Dikta sebenarnya tidak yakin. Tapi kata banyak orang, jangan lihat sesuatu dari sampulnya.

Ia jongkok di depan rak bukunya dan memeriksa catatannya terdahulu yang tersimpan di rak terbawa. Dikta mencari dengan teliti lalu menemukan satu catatannya. Tanganya menarik salah satu catatan yang tersusun rapi. Setelah memastikan bahwa itu catatan yang benar, ia pun berdiri namun perhatiannya teralihkan ke sebuah drawing book yang terselip dan sedikit keluar akibat tarikan buku catatan tadi.

Dikta meletakkan catatan itu di atas meja lalu kembali jongkok dan mengambil drawing book itu. Dahinya berkerut saat memperhatikan drawing book tersebut terdapat nama Keira Larasati.

Dan dengan rasa penasaran yang menghampiri, Dikta mulai membuka drawing book tersebut. Matanya membulat saat sebuah sketsa wajah terpampang di depannya. Hampir semenit ia memperhatikan sketsa itu dan menyadari kalau sketsa itu tampak tidak asing. Kalau ia perhatikan baik-baik terlihat seperti duplikat dirinya dalam dua dimensi.

Dikta membawa drawing book keluar. Segera ia memakai helm kemudian mulai menghidupkan mesin motornya.

Selama perjalanan, di dalam kepala Dikta timbul berbagai pertanyaan. Berbagai asumsi bermunculan, tapi satu hal yang harus pastikan, apa Keira itu termasuk penggemar rahasianya?

Beberapa menit setelahnya, Dikta sampai di depan rumah Keira. Ia pun masuk ke dalam halamannya menuju pintu dan mulai mengetuk.

Beberapa kali Dikta mengetuk tapi tidak ada jawaban. Ia pun melangkah pergi namun belum sampai di gerbang, Dikta berbalik setengah badan dan menatap rumah itu.

Dikta mengeluarkan ponselnya lalu mengetikkan sebuah pesan-lo di mana, gue di depan rumah lo.

Keira, sebenarnya lo siapa sih? Ada banyak rahasia tersembunyi di dalam diri lo, batinnya.

Dikta akhirnya memutuskan pergi ke rumah Zeyn, mungkin saja dia tahu mengenai drawing book ataupun sesuatu yang tidak ia ketahui selama ini. Atau secara tidak sengaja, ia mengetahui suatu rahasia Keira dari Dina.

Kali ini Dikta naik motor dengan sangat kencang, dengan rasa penasaran itu ia tidak berpikir akan keselamatan dirinya sendiri dan keselamatan pengguna jalan.

Setelah berusaha tenang, Dikta mulai mengurangi kecepatannya ke batas normal. Dan tidak menunggu lama, Dikta akhirnya sampai di depan rumah Zeyn.

Dikta mengetuk pintu namun akhirnya membuka pintu sendiri. Ia mengerutkan kening ketika melihat pernak-pernak yang di sedang dikerjakan oleh Dina, Sisil, dan Zeyn.

"Di-dikta, apa yang lo lakukan di sini?" Dina-lah yang pertama kali menyadari keberadaan Dikta. Sisil berbalik dan Zeyn menoleh ke samping. Gawat kita ketahuan!

"Kalian lagi ngapain?" tanya Dikta bingung.

"Zeyn, kita butuh lebih banyak baking soda!" teriak Dinda dari dapur menuju ruang tamu-tempat Zeyn dan yang lainnya berada. "Dikta?"

The Hidden Feeling | ✔Where stories live. Discover now