KABAR (Sudah Revisi)

35.2K 1.9K 19
                                    

Azril melangkahkan kaki lebar-lebar menuju ruang operasi. Langkah kakinya terasa mantap seiring detik waktu bergulir. Apapun itu, ia tak akan pernah membuat pasiennya menunggu. Karena apa? Menunggu itu sangatlah menyakitkan.

Azril mencoba mengontrol nafas setibanya ia di depan pintu ruang operasi. Nafasnya terdengar berat dan terengah-engah. Terdengar sangat jelas sekali nada frustasi di dalamnya. Ia menggenggam handle pintu kuat, mencoba meneguhkan hatinya bahwa operasi ini akan berjalan cepat sehingga ia bisa segera menjatuhkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya. Bukan, bukan tubuhnya yang terasa lelah, melainkan hatinya. Hatinya menginginkan agar dirinya segera menjauh dari keramaian. Saat ini yang ia butuhkan hanyalah ketenangan semata.

Azril membuka pintu ruang operasi. Hawa dingin menyapu wajahnya. Ia menatap lamat pasiennya dari ambang pintu. Nampak seorang wanita tergeletak di atas brankar dengan banyak sekali lebam dan guratan kemerahan di tubuhnya. Azril meringis pelan, ia menatap pasiennya ngilu. Ia tak bisa membayangkan seberapa parah kecelakaan yang menimpanya.

Ia menatap wajah sang pasien lamat-lamat. Keningnya berkerut, mencoba mengingat-ingat sesuatu. 'Wajahnya nggak asing. Siapa dia?' Batin Azril.

"Nurse!" Panggil Azril.

"Iya dok, ada yang bisa di bantu?" Nurse itu menawarkan dirinya untuk membantu Azril.

"Tidak! Saya hanya ingin bertanya. Siapa nama pasien ini?" Azril menunjuk pasiennya yang tergeletak di atas brankar dengan selang infus yang menancap di tangan kanannya.

"Nama pasien Azka Nurul Hasna, dok!" Jawabnya.

"Azka? Hasna?" Kedua mata Azril terbelalak. Ia terkejut saat menemukan fakta bahwa wanita yang terbaring di hadapannya adalah wanita yang selama 19 tahun ini rindukan.

Entah rasa senang atau sedih yang ia rasakan, namun saat ini hati Azril menghangat. Sekelumit fakta baru yang ia ketahui, namun dapat mengubah emosinya secara drastis. Tak terasa air mata Azril menetes. Ia termat bahagia sekaligus sedih. Bayangkan saja, seseorang yang amat berarti bagimu yang telah lama menghilang dari pandanganmu tiba-tiba muncul di hadapanmu dalam keadaan yang mengenaskan.
Azril mengusap air mata yang terjatuh dari matanya. Ia tersenyum samar, akhirnya Allah mengabulkan permintaannya walaupun harus dipertemukan dalam keadaan yang tak wajar.

"Dokter Azril, kapan kita akan memulai operasinya?" Azril seakan tersadar dari alam khayalnya. Ia menatap sekeliling, beberapa perawat dan dokter menatapnya heran sekaligus jengkel. Tak biasanya seorang Azril melamun saat akan melakukan operasi. Apalagi saat di hadapkan dengan kondisi darurat seperti ini

"Dokter Azril, kita harus segera melakukan tindakan operasi. Jika tidak, maka pasien tidak akan selamat." Farhan-dokter anestesi menegurnya.

"Hmm. Ma-mari kita lakukan operasinya sekarang." Tegas Azril. Pernyataan Dokter Farhan seakan memukulnya pada kenyataan saat ini. Ia merasa gagal menjadi dokter. Ia seharusnya mengutamakan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadinya, namun apa yang ia lakukan saat ini sungguh berbeda jauh dari prinsip yang ia pegang selama ini.

🐥🐥🐥

Tak terasa waktu bergulir sangat cepat. Tiga jam berlalu sejak operasi di laksanakan. Azril mengusap keringat yang menetes di dahinya. Operasi tadi cukup membuatnya merasakan panas dingin. Ia harus berhadapan dengan susunan tulang yang rawan patah dan juga ribuan saraf yang menempel di atasnya.
Kini Azril bisa bernafas lega. Operasi yang menguras konsentrasinya telah berakhir. Ia tersenyum samar, ada rasa bahagia sekaligus rasa sedih dari mimik wajahnya. Operasi itu memang berhasil. Namun, ada masalah baru yang kini memenuhi otaknya. Azka-pasien Azril dinyatakan lumpuh. Pada saat kecelakaan menimpanya, terdapat beberapa ruas tulang belakang mengalami keretakan. Kondisi ini akan mengakibatkan hilangnya kemampuan sensorik dan pengendalian gerak akibat cedera pada saraf tulang belakang. Kondisi ini disebut dengan Paraplegia, yaitu kelumpuhan yang dapat terjadi pada setengah tubuh bagian bawah.

Azril mengusap wajahnya gusar. Ia tak tahu bagaimana cara menyampaikan kabar ini kepada keluarga Azka. Apa yang harus ia katakan? Haruskah ia mengatakan 'Azka mengalami kelumpuhan, tapi kondisi itu jauh lebih baik dari pada meregang nyawa.' Yang benar saja! Bisa di pastikan keluarga Azka akan mengalami serangan jantung mendadak.

"Bagaimana keadaan adik saya dok?" Lelaki bertumbuh jangkung menghampiri Azril saat dirinya baru saja melangkah keluar dari ruang operasi. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran dan terlihat sendu. Pancaran matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam.

Azril menatap wajah lelaki itu dalam. Ia tersenyum samar. 'Kak Ridwan masih terlihat sama.'

"Dokter bisa denger suara saya kan?" Lelaki itu mencoba menarik perhatian Azril.

"Kak Ridwan!" Lelaki bertubuh jangkung itu tersentak. Bagaimana bisa dokter itu mengetahui namanya?

"Dokter kenal saya?"

"Ini aku kak, Azril!" Seru Azril. Ridwan mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat.

"Azril? Temen Azka waktu kecil kan?" Tanya Ridwan memastikan. Azril tersenyum sumringah, ia menganggukan kepalanya mengiyakan.

"Sekarang kamu sudah besar. Ah, kakak nggak percaya kamu jadi dokter." Seru Ridwan dengan senyum sumringah.

"Iya kak. Alhamdulillah." Jawab Azril.

"Jadi tadi yang menangani Azka juga kamu?" Tanya Ridwan. Azril menjawabnya dengan senyum singkat.

"Lalu bagaimana Azka sekarang?" Tambah Ridwan. Raut wajahnya mulai terlihat serius.

"Hmm..." Azril menggantungkan kalimatnya. Ia mencoba mencari kalimat yang pas untuk di sampaikan kepada Ridwan.

"Operasinya berjalan lancar kak. Tetapi..." Azril menggantungkan kalimatnya lagi.

"Tetapi apa?" Tanya Ridwan tidak sabar.

"Azka lumpuh." Azril menelan salivanya susah payah. Akhirnya yang dua kata yang bisa ia ucapkan. Namun, dua kata itulah yang membuat Ridwan terdiam seketika.

"Masih ada harapan agar Azka bisa sembuh, kak." Ucap Azril mencoba menenangkan Ridwan. Ridwan menatap Azril penuh harap yang di sambut dengan anggukan mantap oleh Azril.

🐥🐥🐥

Bersambung..

Jangan lupa vote and comment

Azka (END)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum