TIDAK ADIL (Sudah Revisi)

28.7K 1.5K 13
                                    

Azka mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia mencoba menyeimbangkan cahaya yang masuk ke matanya. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ini bukan kamarnya, lalu di mana ia berada. Ia mencoba mengenali tempat dimana ia berada sekarang. Tembok bercat putih, ranjang empuk, dan apakah itu selang infus. Ahh... semuanya terasa membingungkan baginya. Sekali lagi ia mencoba menggerakkan badannya. Kenapa tidak bisa? Ah! Bahkan kakinya terasa seperti mati rasa.

"Argghhh..." ringis Azka. Seseorang yang tengah tertidur disampingnya seketika terkesiap mendengar rintihan Azka.

"Azka! kamu sudah bangun? Akan kakak panggilkan dokter." Seru Ridwan. Ia memencet tombol yang khusus digunakan untuk memanggil perawat.

Tak berselang lama, dua orang perawat berbaju serba putih muncul dari balik pintu. Mereka datang beserta kotak obat di tangannya. Mereka memasang wajah bertanya-tanya. Nampak sekali raut kepanikan di dalamnya.

"Ada yang bisa dibantu? Kami mendengar ada alarm darurat dari kamar ini." Tanya salah seorang perawat. Perawat itu masih mencoba mengatur nafasnya akibat tergesa-gesa menghampiri kamar Azka.

"Azka sudah sadar." Ridwan menunjuk ke arah ranjang Azka. Perawat itu mengerti isyarat yang di berikan Ridwan. Mereka segera melangkah mendekati Azka.

"Alhamdulilllah, Azka. Kamu sudah sadar!" Seru salah seorang perawat. Perawat itu segera memeriksa keadaan Azka. Mereka melepaskan alat-alat medis yang sudah tidak dibutuhkan lagi

"A-ir." ucap Azka terbata-bata.

"Kamu ingin minum?" Tanya perawat tersebut. Azka mengedipkan matanya sebagi jawabannya. Perawat itu segera menuangkan air ke dalam gelas dan menyendokkan air itu sedikit demi sedikit ke dalam mulut Azka.

"Azka, kamu jangan banyak bergerak dulu. Kamu harus banyak istirahat agar luka-luka mu cepat sembuh." Salah seorang perawat memberi nasihat. Azka menganggukan kepalanya tanda mengerti.

"Ke-kenapa aku tidak bisa menggerakkan badanku?" Tanya Azka sekaligus menyampaikan keluhannya.
Kedua perawat itu saling berpandangan. Haruskah mereka menyampaikan kabar tak mengenakkan itu? Tentu saja iya. Tapi ini masih terlalu dini bagi Azka untuk mengetahui hal itu.
Salah seorang perawat menganggukan kepalanya mengiyakan. Salah satu dari mereka harus menyampaikan kabar ini. Cepat atau lambat, Azka pasti akan mengetahui kabar ini.

"Se-sebenarnya ka-kamu lumpuh." Volume suara perawat itu kian mengecil. Ia dilema antara harus menyampaikan atau tidak. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Kabar itu baru saja ia ucapkan.

Azka tertegun mendengar penuturan sang perawat. Benarkah ia lumpuh? Pasti para perawat iti hanya bercanda kepadanya kan? Tidak mungkin ia lumpuh. Tidak!.

Ribuan pertanyaan berkecamuk di fikirannya. Masih sangat sulit baginya untuk mencerna semua ini. Ia tak mampu lagi mengatakan sepatah katapun. Bahkan untuk bernafas saja sangatlah sulit. Kenyataan berat ini memukul Azka habis-habisan, tanpa menyisakan ruang bagi Azka untuk berpikir. Mengapa?

Sebegitu kejamnya kah Allah menghukumnya? Apakah Allah sangat membencinya? Kenapa? Apa salah gadis itu? Ia masih sangat muda. Tapi mengapa ia harus menghadapi cobaan seberat ini?

Azka tau jawaban semua ini. Ini pasti karena takdir. Takdir, takdir, dan takdir. Mengapa takdir yang ia terima begitu berat? Bahkan sebulan lalu ibunya pergi meninggalkannya. Kini ia kesepian, dan harus menanggung beban seberat ini. Ck! Takdir memang begitu kejam.

🐥🐥🐥

Dua hari berselang sejak Azka siuman. Gadis itu lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melamun. Entah apa yang gadis itu lamunkan. Dari raut wajahnya, nampak sekali bahwa gadis itu sangat terpukul oleh fakta yang menimpanya.

Azka (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu