PENGACAU (Sudah Revisi)

24.2K 1K 8
                                    

Azka's POV

Akhirnya kembarannya jin masuk kerja lagi. Gue seneng banget sumpah. Tuh anak ganggu gue mulu. Kayak nggak ada kerjaan lain aja. Wuah…! Gue seneng banget. Nggak hanya itu. Hari ini gue dinyatakan udah bisa jalan, ya walaupun masih tertatih-tatih. Coba bayangin aja, lah, jalan gue itu kayak zombie. Tapi bukan zombie yang di Plant vs Zombie itu. Amit-amit, deh.

Gue ingin cerita sedikit, nih. Kemarin waktu Azril ngasih hadiah liontin ke gue, sejujurnya hati gue menghangat. Gue nggak tau apa sebabnya, padahal gue udah pernah dapat hadiah liontin puluhan kali. Entah kenapa, hadiah liontin dari Azril terasa sangat spesial hingga membuat hati gue menghangat. Gue juga mengakui kalau si kembarannya jin itu baik. Dia juga selalu bantu dan kasih support biar gue cepet pulih. Mungkin dia termasuk tipe suami idaman. Eh!

For your information, sebetulnya hari ini titisannya jin masih ambil cuti. Katanya, sih, mau ngejagain gue. Dia juga nggak mau melihat gue celaka. Elah, pret! Bilang aja kalau dia mau modusin gue. Secara, gue kan cantik. Maybe, dia jadi terpesona sama gue. Atau bahkan, mungkin saja Azril tergila-gila sama gue. Omo!

Pagi tadi gue bikinin dia sarapan sebagai ucapan terima kasih. Gue juga usir dia dari apartemen ini. Buat apa seorang lelaki yang mampu kerja tapi dia nggak mau kerja? Kan lumayan, gue bisa dapet fulus. Eits! Tapi jangan pernah men-judge gue sebagai 'cewek matre'. Seorang Azka anti dengan gelar itu.

Gue bukannya matre, tapi gue hanya berpikir ke masa depan. Secara, dia kan suami gue. Dia juga bertanggung jawab atas gue. Dia juga berkewajiban menghidupi gue, kan? So, kalau dia nggak kerja, terus bagaimana caranya dia mau kasih makan gue, coba?

Sejujurnya hari ini gue gabut banget. Gue bosen setengah hidup. Gue merasa seperti ada sesuatu yang hilang dari diri gue, tapi gue nggak tau apa itu. Mungkin semacam rasa kehilangan atau patah hati. Ya, begitulah pokoknya. Apa jangan-jangan, gue kangen ya sama si kembarannya jin? Masa iya gue kangen sama dia? Kan freaky banget.

Ah udah, lah. Mending gue melakukan aktifitas yang lebih bermanfaat, yaitu boker,  bobok keramat. Tapi sebelumnya gue peringatin : nggak ada satupun yang boleh ganggu gue saat gue lagi boker!. Itung-itung sebagai cara gue buat semadi. Bye!

🐥🐥🐥

Third POV

Gadis itu menggeliat pelan saat mendengar keributan dari lantai bawah. Azka mengerjapkan matanya. Kesadarannya belum pulih sempurna.Terdengar jelas suara seorang wanita berteriak memanggil nama Azril. Namun, suara itu juga diselingi dengan suara Bi Titin yang mencoba menenangkan si wanita.

“Mana Azril? Gue mau ngomong sama dia!” Suara teriakan itu terdengar sangat jelas di gendang telinga Azka. Apa-apaan ini?

“Mbak, maaf! Tapi Mas Azrilnya sedang tidak ada di rumah.” Suara Bi Titin terdengar frustasi, sepertinya bi Titin sudah kewalahan menangani wanita itu.

Mau tak mau Azka harus bangun dan mengecek keadaan di bawah sana. Padahal tadi hampir saja ia akan dipeluk oleh Shawn Mendes, tapi pelukan itu gagal karena suara teriakan yang sangat nyaring. Azka berjalan pelan ke arah tangga. Ia menuruni tangga satu persatu dengan gemulainya bak seorang putri Solo. Bukan karena sosok Azka yang lemah lembut, tetapi lebih tepatnya karena keadaan kakinya yang belum sempurna sembuh.

Ketika sampai di lantai bawah, Azka disuguhkan pemandangan yang tak mengenakkan. Wanita yang berpakaian minim itu langsung mendatangi Azka bersama tatapan membunuhnya. Sejurus kemudian ia mendorong tubuh Azka hingga ia terjatuh di atas lantai. Azka meringis pelan akibat luka di kakinya yang belum kering, dan sekarang luka itu harus berbenturan dengan lantai.

Azka (END)Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα