AJAL (Sudah Revisi)

26.2K 1.4K 22
                                    

I miss you when you are far away from me...

~L.R~

🐥🐥🐥

"Saya terima nikahnya Azka Nurul Hasna binti Arif Nashrudin dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

Akhirnya kalimat yang selama ini di damba-dambakan oleh kaum hawa terucap untukku. Yah, aku memang seperti kebanyakan wanita di luar sana. Aku juga menginginkan kaimat itu terucap untukku, namun bukan dengan lelaki menyebalkan di samping ku. Mengapa nasib ku bisa seburuk ini, menikah dengan seseorang yang tak ku tahu sama sekali asal usulnya. Aku hanya tahu namanya dan profesinya. Bahkan, ketika ia selesai mengucapkan kalimat itu, keluarganya menangis. Sebegitu menyedihkannya kah aku?

Para saksi mengucapkan kata 'sah'. Semua orang mengucapkan selamat dan mendoakan yang terbaik bagi pernikahanku. Namun, aku hanya bisa tersenyum simpul. Mereka mendoakan kebaikan bagi pernikahanku, tetapi aku malah menginginkan agar keburukan terjadi pada pernikahanku. Sungguh bertolak belakang.

Dengan gampangnya lelaki itu memaksaku untul menikah dengannya. Bodohnya aku dengan tidak menolak keinginnanya. Bahkan, mungkin jika aku menolaknya ia akan dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Terlebih lagi ia sama sekali tak menghiraukan ku saat diriku hendak protes ataupun menolak. Banyak orang mengatakan bahwa cinta dalam pernikahan adalah cinta yang murni. Namun bila menikah karena paksaan, apakah ada unsur cinta di dalamnya? Sungguh sangat arogan.

Dia menyeretku pada masalah yang sampai sekarang belum menemukan titik terang. Masalah yang teramat sangat membebaniku. Memaksaku berpikir lebih keras untuk mencari jawabannya. Namun tetap saja aku tidak mendapatkannya.

Begitu banyak fikiran yang terlintas di kepalaku hingga membuat sekujur tubuhku merasa ngilu. Tubuhku melemas dan pasokan oksigen di sekitarku seakan menipis. Bahkan alam pun ikut menindasku. Wahai alam, tolong jelaskan kepadaku! Dimana letak kesalahanku?

Sejujurnya saat Kak Ridwan meminta ku untuk mencium tangannya, sungguh diriku tak sudi mencium tangan lelaki itu. Bahkan aku segan untuk menyentuhnya, apalagi berdekatan dengannya. Para manusia yang tak tau belas kasihan itu seakan ikut menindasku. Mereka menyuruhku untuk mencium tangan lelaki itu dengan kondisi badanku yang semakin melemas. Bahkan keringat dingin mulai keluar dari tubuhku. Bukan. Bukan karena perasaan gugup yang biasa wanita alami saat berada di dekat lelakinya. Namun karena rasa sakit yang menyerangku secara tiba-tiba.

Aku mengulurkan tanganku dengan gemetar. Aku sudah tak kuat lagi menopang tubuhku. Tubuhku seakan ikut menindasku. Berat dan semakin berat yang ku rasa. Keringat dingin semakin deras mengucur dari tubuhku. Ia menyambut uluran tanganku dengan hangat. Rasa hangat di tangannya seakan memberiku sedikit tenaga untuk menahan rasa sakitku. Namun apalah dayaku, kehangatan itu tertutup rapi oleh rasa sakit yang ku alami.

Telingaku mulai berdengung. Suara-suara di sekelilingku mulai memudar terganti oleh suara dengungan yang memekakkan telinga. Lelaki menyebalkan itu justru menbisikkan kalimat yang tak jelas di pendengaranku.

Pusing di kepalaku semakin menjadi. Kepalaku serasa di tusuk ribuan belati. Ku pejamkan mataku untuk menahan rasa sakit itu. Tubuhku serasa mati rasa. Aku tak bisa mendengar, kepalaku serasa ingin pecah, tubuhku melemas. Sempurna bukan?

Tak terasa, sesuatu mengalir dari hidungku. Bau amis menguar. Darah itu jatuh dari hidungku dan menetes ke gaun pernikahan yang ku kenakan. Aku bahkan tak peduli sama sekali dengan gaun itu. Bahkan jika gaun itu rusak aku tak kan peduli. Aku hanya bisa pasrah. Aku sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakit ini. Hingga kesadaran merenggutku. Aku terjatuh ke dalam pangkuan lelaki itu. Suara orang-orang meneriakan namaku mengisi telingaku. Namun aku tak sanggup membalasnya dan mengatakan 'aku baik-baik saja'. Sungguh kebohongan yang sangat kentara jika aku mengatakan itu.

Kesadaran perlahan-lahan meninggalkanku bersama rasa sakit di tubuhku. Hingga semuanya berubah menjadi gelap dan sunyi. Inikah ajalku? Jika memang benar, aku akan sangat bahagia jika ajal menjemputku. Karenannya aku bisa terlepas dari cengkraman laki-laki menyebalkan itu.

🐥🐥🐥

Malam ini seharusnya menjadi malam yang spesial bagi Azril. Bahkan mungkin menjadi malam yang tak akan pernah terlupakan. Namun, malam ini ia harus menemani istrinya di rumah sakit. Ia sama sekali tak keberatan dengan hal itu karena itu termasuk kewajibannya sebagai seorang suami. Terlebih lagi sekarang istrinya sedang dalam keadaan semi koma. Dimana istrinya sedang berjuang di antara hidup dan matinya.

Waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Namun, mata Azril tak mampu terpejam. Seisi kepalanya di penuhi oleh Azka. Sebagai seorang suami ia menyalahkan dirinya sendiri karena tak mampu menjaga istrinya dengan baik. Terlebih lagi, sebagai seorang dokter ia merasa tak mampu menyelamatkan pasiennya.

Tak terasa air mata mengalir dari pelupuk mata Azril. Ia terisak pelan. Sungguh sangat memilukan mendengar isak tangisnya. Ia tak ingin kehilangan istrinya lagi. Sudah cukup ia harus menahan pedihnya kehidupan. Sudah cukup, ia tak mau melihat istrinya tertekan. Ia rela melakukan segala cara untuk menyelamatkan isrinya. Bahkan bila harus mengorbankan jiwanya, ia rela.  Terdengar sangat bodoh bukan? Memang. Azril memang bodoh karena telah mencintai Azka yang bahkan Azka saja tak membalas cintanya. Sungguh tragis sekali.

Azril memutuskan untuk mengambil wudhu dan menjalankan sholat malam. Di sujud terakhirnya ia terisak pelan. Tangisan dengan isak yang lebih keras dari sebelumnya. Azril bukanlah tipikal lelaki cengeng. Ia sudah mencoba segala cara agar tidak menangis, namun tetap saja hatinya terasa sangat pedih apabila melihat istrinya terbaring tak berdaya di atas ranjang.

"Ya rabb, yang maha menciptakan. Hambamu ini menghadapmu dengan segala keluh kesah yang hamba rasakan. Hamba sangat berterima kasih dan beryukur atas nikmat yang engkau berikan. Hamba sangat berterima kasih untuk itu. Namun, sebagai seorang makhluk, hamba ingin berkeluh kesah kepada mu wahai pencipta seisi alam."

"Ya rabb. Hamba sangat mencintai istri hamba. Hamba tau istri hamba tak mencintai hamba. Engkaulah sang maha pembolak-balik hati. Hamba memohon kepadamu, berikanlah naunganmu kepada istri hamba, agar istri hamba mampu mencintai hamba karena-Mu."

"Ya rabb, hamba tak tega melihat istri hamba terbaring di atas ranjang putih itu. Hamba mohon kembalikan keadaan istri hamba seperti sedia kala. Hamba siap menerima konsekuensinya walaupun itu sangat menyakitkan. Hamba siap ya allah.
Ya allah ya rahman ya rahim. Engkaulah maha pengabul do'a. Kabulkanlah doa hambamu ini"


🐥🐥🐥

Selamat malam senin. Jangan lupa besok upacara...

Selamat menempuh UAMBN bagi kakak kelasku. Selamat teman teman anak fullday ips yang lagi liburan. Dan selamat bagi temen fullday ipa yang masuk. Ntar pas UN biarkan kita libur dua minggu.

Yang mau tau dan kenal lebih dekat bisa follow ig ku @lathifa_rosyida

Jangan lupa vote and comment.

Azka (END)Where stories live. Discover now