BUKAN MIMPI (Sudah Revisi)

18.8K 847 17
                                    

“Sekarang lo pergi! Barang-barang lo beserta surat cerai bakal gue kirim ke rumah pacar lo itu.” seru Azril sembari melepaskan cekalan tangannya. Azka hanya bisa menganga. Seakan apa yang baru saja terjadi adalah mimpi buruk.

Bercerai, satu hal yang tak pernah ia pikirkan. Meski saat ia masih membenci Azril.

Azril membanting pintu apartemennya, membuat Azka terlonjak kaget. Ia merasakan detak jantungnya yang semakin cepat.

Air matanya mulai turun, lagi. Bukankah ia sudah berusaha meneguhkan hatinya untuk menghadapi semua ini? Namun apa yang ia dapat? Air mata, lemah, dan ketidak berdayaan.

Azka melangkah sempoyongan. Bahkan ia tak bisa menahan beban di tubuhnya.

Banyak pasang mata yang menatapnya heran. Keadaanya sangat kacau. Make-up yang luntur, baju kusut, tampak seperti seorang yang frustasi. Berbagai gunjingan orang memenuhi telinganya. Rasanya ia ingin berteriak pada semua orang, namun ia tak ingin menambah masalah lagi.

Hatinya sudah terlanjut kalut. Ia menuruni tangga dengan tatapan kosong. Tiba di lobi apartemen, tangisannya semakin menjadi. Bahkan alam pun tak berpihak padanya.  Hujan turun dengan lebatnya.

Azka menghapus air matanya kasar. Ia ingin tetap berlari keluar apartemen. Setidaknya air hujan mampu memudarkan air matanya.
Belum selangkah ia beranjak, tangannya sudah di cekal oleh seseorang. Ia diam seribu bahasa.

“Gue tau lo bakalan kayak gini. Ayo ikut gue!” Arkan menarik pergelangan tangan Azka. Azka hanya menurut saja. Ia sudah lelah. Ia hanya butuh ketenangan.

“Kalau lo mau cerita, gue bersedia dengerin. Tapi kalau lo belum siap, gue bisa ngertiin. Gue tau ada sesuatu yang lo sembunyiin,” ucap Arkan. Matanya masih terpaku pada jalanan yang basah terguyur air hujan.

Azka diam sejenak. Ia menimbang-nimbang, haruskah ia menceritakan semuanya? Tapi ia belum siap.

“G… gue udah punya suami,” ucap Azka pada akhirnya.

Cit...!

Arkan menghentikan mobilnya mendadak. Ia terkejut dengan apa yang ia dengar. Azka? Sudah memiliki suami?

“Sejak kapan?” tanya Arkan. Suaranya terdengar bergetar. Jari-jemarinya mencengkeram kuat kemudi hingga buku-buku jarinya memutih. Ia memaksakan senyuman.

“Enam bulan yang lalu,” jawab Azka. Ingatannya menerawang ke arah di mana ia begitu membenci Azril. Mengapa ia menyia-nyiakan kesempatan untuk lebih mengenal Azril? Dan sekarang, ia benar-benar menyesalinya.

“Lanjutin!” ucap Arkan. Ia memaksakan diri untuk tersenyum meski ada rasa sakit yang ia rasakan. Seseorang yang ia cintai selama sepuluh tahun kini sudah bukanlah miliknya lagi. Bahkan membayangkannya saja ia tak mampu.

“Dan sekarang... gue di ceraiin,” 
Hening. Tak ada yang berani membuka suaranya. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Malam ini lo nginep di rumah gue,” putus Arkan. Ia tak mau berkomentar atau bertanya lebih lanjut. Hatinya sudah terlalu sakit untuk mendengar fakta itu. Arkan langsung melajukan mobil menuju rumahnya.

🐥🐥🐥

“Halo! Gimana? Ada kabar?” Wanita itu duduk di single sofa sembari memainkan gelas berisi bir.

Azka (END)Where stories live. Discover now