THE WEDDING (Sudah Revisi)

27.1K 1.4K 5
                                    

Have you ever dreamed... finding a true love and soulmate?

~G.H~

🐥🐥🐥


'Saya akan menikahimu!' Kata itu terus saja terngiang di kepalanya. Seperti psikopat yang terus saja meneror korbannya. Ia mulai di dera rasa takut. Takut akan masa lalu yang akan kembali meneror dirinya. Bukankah ia berhak memutuskan apakah ia bersedia menikahi Azril ataukah tidak. Betapa rendah harga dirinya. Ia terlihat seperti wanita murahan yang dengan mudahnya dapat dipermainkan seenaknya. Ia merasa bahwa ia seperti barang yang dapat dimiliki. Kejam sekali bukan?

Tidak. Ia bukan wanita murahan. Ia bukan barang. Otaknya menolak, tapi mengapa hatinya menginginkan lelaki itu. Bahkan pernikahan laknat itu akan terselenggara lusa. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia kabur dari semua masalah ini? Tapi itu bukanlah dirinya. Ia tak akan pernah lari dari masalahnya. I know. She will face those problem.

Suara ketukan pintu terdengar tiga kali. Tak lama, suara deritan pintu terdengar setelahnya. Seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Namun gadis itu sama sekali tak menggubrisnya. Ia hanya ingin menunggu. Menunggu apa yang akan dilakukan orang itu. Azka menatap ke luar jendela, menatap pemandangan hiruk pikuk kota yang sama sekali tak menarik.

Satu detik...
Tiga detik...

Hingga satu menit orang itu tak juga bersuara. Entah apa yang dilakukan orang itu.

Azka memberanikan diri menengok ke arah belakang. 'Dia lagi.' Azka tak terkejut sama sekali. Ia sudah mulai terbiasa akan kehadiran laki-laki itu. Laki-laki yang akhir-akhir ini sering mampir ke bangsalnya.

"Ngapain lo kesini?" Azka menghembuskan nafas berat. Ia tak ingin menatap wajah lelaki itu.

"Saya ingin menjenguk kamu." Jawab Azril.

"Untuk apa lo menjengyk gue setiap hari? Nggak ada gunanya!" Sengit Azka.

"Apa salahnya menjenguk calon istri sendiri?" Tanya Azril dengan senyuman. Ia melangkahkan kakinya menuju sofa di sudut kamar.

"Calon istri?" Azka tertawa sinis.

"Ya." Jawab Azril mantap.

"Bahkan lo aja sama sekali nggak nanya pendapat gue." Sembur Azka.

"Jika saya menanyakan pendapatmu, sudah pasti kamu tidak akan bersedia menikah dengan saya." Ucap Azril.

"Dengar ya Tuan 'saya', lo pasti masih punya akal sehat kan? Mana ada orang yang mau dinikahi bahkan dirinya sendiri nggak kenal sama orangnya." Azka mengatur nafasnya. Ia tak ingin terbakar emosi. Entah mengapa setiap Azril datang menjenguknya, pasti akan selalu berakhir dengan pertengkaran atau bahkan pengusiran.

"Kamu bisa kenal dengan saya lebih dekat setelah kita nikah." Jawab Azril enteng.

"Gue nggak mau nikah sama lo." Tegas Azka.

"Tidak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama saya." Potong Azril.

"Nikah itu harus di dasari dengan cinta. Bukan dengan pemaksaan. Apa pantas seorang lelaki memaksa wanita untuk menikah dengannya?" Bantah Azka.

Azka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang