DEMAM (Sudah Revisi)

32.3K 1.6K 7
                                    

Ariq berlari tergesa-gesa menaiki tangga. Baru saja ia mendapatkan kabar bahwa Hasna demam. Bagaimana bisa? Padahal baru kemarin ia bermain bersama di atas rumah pohon. Dan sekarang, tidak ada hujan pun tak ada angin, gadis kecilnya di serang demam.

Ia menatap Hasna nanar. Kabar itu memang benar, Hasna sakit. Tanpa harus di beri aba-aba, ia berjalan menghampiri gadis kecilnya. Ia meletakkan tangannya di atas dahi Hasna, 'Panas' batinnya. Hasna demam. Instingnya mengatakan agar Ia tak tinggal diam. Ia harus melakukan sesuatu. Hasna harus sembuh.

Ariq berlari menuju dapur. Ia menatap sekeliling dapur dengan pandangan bingung. Apa yang harus ia lakukan? Kalau orang demam, obatnya apa? Otaknya terus saja berputar mencari jawaban. "Kalau di film sama sinetron, kalau sakit pasti di kasih air sama handuk kecil," pikirnya. Pandangan Ariq tertuju pada termos air yang termos air yang terletak di atas lemari dapur.

"Termosnya pakai acara nangkring di atas situ lagi." Ariq berdecak sebal. Otaknya berputar mencari cara untuk mengambil termos itu.

"Aha!" Seru Ariq. Ia seakan mendapat ide brilian untuk mengatasi masalahnya. Ia segera mengangkat kursi meja makan dan meletakkannya tepat di bawah termos itu berada. Kaki pendek Ariq mencoba menaiki kursi itu, tangannya menggapai-gapai termos tetapi tepat saja ia tak sampai.

"Ariq! Kamu lagi ngapain?" Tegur Vira, bunda Hasna. Ariq tersentak ke belakang karena terkejut. Beruntung, Vira segera menopang kursi Ariq sehingga tubuhnya tak akan mencium lantai dapur.

"Astagfirullah bunda, bunda ngagetin Ariq aja." Protes Ariq.

"Habisnya Ariq naik-naik kursi kayak gitu. Kalau Ariq jatuh gimana?" Terang Vira dengan nada penuh kasih sayang.

"Hehe.. maafin Ariq bunda." Ucap Ariq. Ia menampilkan deretan giginya.

"Emangnya Ariq mau nyari apa?" Tanya Vira

"Ariq nyari air hangat bun, buat kompres kening Hasna. Badannya panas banget bun." Ucap Ariq dengan polosnya. Vira tersenyum hangat. Bocah laki-laki yang ada di depannya selalu saja bisa membuatnya tersenyum.

"Ariq, tadi hasna sudah minum obat. Jadi Ariq nggak usah kompres keningnya Hasna lagi. Kan Hasna udah minum obat." Terang vira dengan nada lembut. Ia tak ingin menyinggung perasaan Ariq. Ariq menggelengkan kepalanya kuat.

"Nggak bun! Kalau orang sakit demam itu harus dikompres bun. Kalau di tipi-tipi, orang demam biasanya di kompres keningnya. Kan Ariq mau jadi dokter. Jadi Ariq harus mulai belajar dari sekarang bun." Jawab Ariq. Vira tertawa pelan. Ia mengusap kepala Ariq dengan penuh rasa kasih sayang.

"Inshaa allah nanti kalau Ariq udah besar Ariq bakalan jadi dokter kok." Kata Vira. Beliau lalu mengambilkan sebaskom kecil air hangat beserta handuk kecil di dalamnya.

"Nih air hangatnya!" Vira menyodorkan baskom berisi air hangat itu kepada Ariq. Ariq menerimanya dengan senyum sumringah.

"Terima kasih bunda." Ucap Ariq sebelum meninggalkan dapur. Vira tersenyum sembari menganggukan kepalanya. Tingkah bocah kecil itu selalu saja bisa menghadirkan senyuman di wajahnya.

🐥🐥🐥

Bersambung...

Jangan lupa vote dan comment

Azka (END)Where stories live. Discover now