4. Pergi Dan Tidak

1.7K 58 3
                                    


Anya duduk di kasur UKS di temani Yara teman sebangkunya juga teman suka duka nya. Dia memegang selembaran kertas, semua impiannya ada dalam kertas itu. Dia menatap bingung dan telihat sangat gelisah akan 2 pilihan.

"An kalo lo mau pergi, pergi aja. Jangan pikirin yang lain, ini mimpi lo kan?" Yara jengah melihat sahabatnya itu gelisah karena sebuah kertas

"Gue bingung, mau pergi atau enggak, nanti Agas--" ucapannya terpotong karena seseorang langsung datang menyela.

"Nanti Agas kenapa? Dan lo mau pergi kemana?" tanya suara itu datar, tidak secempreng biasanya. Anya menggigit bibir bawahnya untuk menyembunyikan kegugupannya.

Agas lalu lebih mendekat ke arah Anya, Yara yang mengerti posisi nya tak tepat segera beranjak dari kursinya dan diapun sedikit menjauh dari sana. Agas mendudukan diri nya di kursi yang tadi di duduki Yara, dia menatap tajam ke arah Anya, sungguh dia tidak suka jika Anya menyembunyikan sesuatu darinya.

Tangan Anya bergetar hebat karena gugupnya, sehingga kertas yang dia pegang pun ikut bergetar, dia begitu bingung antara mengutarakan keinginannya atau tidak kepada Agas. Tapi dia sama sekali tidak bisa berbohong pada Agas, karena pemuda itu selalu dapat mencari kebohongan di wajah Anya jika dia sedang berbohong.

"Lo mau nyembunyiin sesuatu dari gue?" tanya Agas kemudian, Anya lalu menarik nafas nya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara kasar.

"Agas, gue..." Anya belum sempat melanjutkan kalimatnya, karena Agas mengambil selebaran kertas di tangan Anya yang membuat gadis itu tercengang.

"Apa ini alasan lo gugup kayak gini?" Agas mengangkat kertas itu di hadapan Anya dan gadis itu hanya bisa mengangguk kecil dan pasrah. Agas lalu membaca isi selebaran itu, matanya membulat kaget melihat isi di dalamnya.

"Lo mau ikut ini?" Agas bertanya dengan setengah tak percaya.

"I..iya" Anya menjawab nya dengan takut dia bahkan tidak berani menatap Agas.

"Lo pokoknya ga boleh pergi" Agas menatap tajam ke arah Anya yang sontak mendongkakan kepalanya, dia sudah mengira inilah jawaban Agas atas permintaanya.

"Tapi Gas..." Anya tak melanjutkan kata-katanya karena Agas langsung melenggos pergi, Anya menatap nanar punggung pemuda tersebut, haruskah dia kubur dalam-dalam impiannya atau sahabat nya yang sudah seperti seorang kakak untuknya. Anya paham betul jika ini karena Agas tidak ingin anya jauh darinya.

Agas melangkah kan kakinya dengan cepat di lorong-lorong kelas tangannya mengepal kuat kertas yang diambilnya tadi dari Anya, dia lalu memilih kebun belakang sekolah untuk tempatnya sendiri.

Pemuda itu lalu duduk di atas batu dibawah pohon yang cukup besar

"RUSIAN DANCE COMPETITON" gumam Agas

"Lo mau pergi ke rusia untuk ini lusa, dan gue ga akan biarin lo pergi sejauh itu sendiri. Gue takut kejadian yang dulu terulang lagi an" Agas mulai berkaca-kaca mengingat masa lalunya
Anya memang sangat mencintai seni drama/teater , terutama dalam bagian tari. Dia mencintai modern dance, dance sudah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Mimpinya adalah menjadi dancer terbaik sepanjang masa, Agas selalu mendukung apapun yang anya lakukan, dia bahkan sering mengantar anya pergi ke studio latihan.

Tapi jika anya ingin pergi jauh dia harus selalu mengajak Agas, karena Agas takut terjadi apa-apa pada gadisnya itu, terdengar berlebihan memang tapi itu semua berawal sejak kecelakaan mobil 3 tahun lalu tepatnya saat mereka masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Kecelakaam itulah yang hampir merenggut nyawa Anya dan membuat trauma besar kepada Agas dan seluruh keluarganya, Agas sangat terluka melihat sahabatnya terbaring lemas di ICU, sendirian.

AYGAS (END✔️)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant