DELAYOTA NINETEEN

6.7K 362 4
                                    

     ~Sayang, hubungan ini adalah hububgan terlarang untuk kita ~

Mendengar hal itu, gue langsung mengerti sekarang. Rey, dia bukan nyelingkuhin gue, dia sengaja karena dia sayang. Dan gue baru sadar bahwa Dela pengen ngasih tau sesuatu ke gue, menyangkut hubungan gue sama Bariq. Dia pengen bongkar semua ini saat gue sama Bariq masih di awal awal pacaran. Tapi bodoh. Gue nggak pernah mau dengerin mereka.

"Gue mau pulang, kalian semua pembohong." Ujarku.

"Biar gue anterin lo pulang Yaya." Pinta Bariq.
"Nggak."
"Yaya, please!"

Bariq masih memohon, dengan wajahnya yang penuh rasa bersalah. Wajahnya yang begitu rapuh. Bahkan mama sedari tadi masih menangis sambil mengatakan maaf berkali kali.

"Yaya, untuk terakhir kalinya gue nganterin lo pulang."

Akhirnya gue nurut.  Bariq pun mengantar gue pulang dengan motornya.

Dijalan bahkan kami cuman saling diam. Tidak ada  percakapan di antara kami setelah kejadian tadi. Dan gue bingung, bahkan gue belum mengakhiri apapun ke dia. Gue bingung sama status gue sekarang.

****

Kemudian gue sampe rumah, dan masuk melalui pintu depan tanpa melambai atau senyum ke arahnya lagi. Seolah semuanya sudah berhenti dan cukup sampai di sini.

Di ruang tamu, Papa sudah pulang dan menatapku heran. Dia pasti bertanya dalam batinnya. Ada apa dengan putriku? Dia pasti bertanya seperti itu.

Gue jadi kasian sama Papa seketika itu. Mengingat apa yang mama katakan tadi, bahwa ia tidak pernah mencintai Papa. Papa bahkan mengurusku dari kecil seorang diri ditinggalkan oleh seorang wanita yang telah ia nikahi. Wanita itu meninggalkan anaknya dan dirinya. Pilu.

Aku jadi teringat tawaran Papa untuk ikut ke Jerman. Gue nggak mau Papa sendirian lagi karena gue memilih di sini bersama kakakku atau mamaku atau aku hidup sendirian tanpa Papa di sini. Gue pengen ikut menemani Papa.

"Pa..aku ikut ke Jerman" kataku padanya.

Papa masih menatapku, dia nunggu gue cerita.

"Tadi aku ketemu Mama."

Sorot matanya membulat terkejut.

"Kata mama aku anaknya." lanjutku.
"Dan Bariq itu kakakku Pa." Kataku pelan.

Gue nahan tangisku supaya tidak pecah. Papa terdiam dan masih mendengarkanku. Gue yakin Papa sama terkejutnya denganku.

"Mama bilang aku anak dari lelaki yang tidak ia cintai. Lalu mama pergi." Jelasku yang mulai menangis.

Papa mengelus bahaku, seolah ia sangat paham bagaimana rasanya ditinggalkan.

"Apa Papa tau itu?" Tanyaku.

Ia hanya mengangguk.

"Tidak harus kita mencintai seseorang dan orang itu mencintai kita. Tidak semua seperti itu."

"Ketika dia memilih pergi, biarkanlah. Mungkin kita bukan alasannya untuk bisa bahagia. Mungkin juga bahagiannya berada pada orang lain."

Gue masih nangis sesenggukan.

"Kalau sangat menyayanginya,jangan di benci karena dia pergi. Doakan saja. Seseorang yang tulus mencintai akan senantiasa mendoakan orang yang dicintainya dengan ikhlas." Jelas Papa panjang lebar

****

Pagi harinya,berangkat sekolah seperti biasanya. Tapi aku dan Bariq memang sengaja untuk saling menghindar terlebih dahulu. Olla menyapa,aku hanya tersenyum.

"Lo kenapa sih, berantem sama Bariq ya?" Kata Olla.

Aku menggeleng.

"Terus kenapa? Kok kayak saling menghindar sih! Beranten kan?"
"Enggak Olla."
"Terus?"
"Gue pengen putus sama dia." Kataku pelan.

Olla menganga kaget. Ya putus dan mengakhiri adalah pilihan yang tepat untuk sebuah hubungan terlarang kami. Bahkan terkadang juga mengakhiri semuanya ini jauh lebih baik daripada melanjutkannya.

Cukup satu kata, semuanya akan berubah. Hanya dengan satu kata itu, gue harus bisa nerima keadaan yang nggak ngerti juga kenapa harus akhirnya kayak gitu.

"Lah kenaapa? Tanyanya.
"Gue bakal pindah ke luar negri. Gue nggak mau LDR an."
"Lha LDR juga nggak papa kali Yay. Banyak kok pasangan LDR yang berhasil." Olla menyemangati.

Aku menggeleng.
"Lo mau kemana? Kapan berangkatnya"
"Jerman. Heem seminggu lagi."jawbaku.
"Yaudah tapi jangan nyesel loh!" Kata Olla.

Aku tersenyum.

Kemudian gue ke balkon, benar saja dia ada di sana nikmati angin sepoi sambil megang kameranya. Dia menoleh ke belakang, menatapku dan tersenyum tipis.

Rambutnya bahkan bergoyang karena terkena angin, dasinya? Berkibar kibar seperti bendera.

"Nyariin gue?"tanyanya.
"Iya."

Aku menarik napas panjang. Dan menatapnya lekat lekat.

"Gue udah mikir, sejauh ini dengan banyak yang gue pertimbangin."

Dia menungguku berbicara.

"Kalau hubungan kita sampai di sini aja Kak."

"KAK" itu pertama kalinya gue manggil dia "Kak". Pertama kalinya manggil kakak gue.

"Gue tau kok, nggak seharusnya semua ini diterusin." Katanya pelan.

Bahkan perasaanku saja nggak karuhan, tapi dia sangat tenang. Dan aku tahu dia juga sama sakitnya denganku.

"Lo bisa dapetin yang kayak gue,tapi bukan gue. Lo bisa dapetin yang lebih dari gue." Katanya.

"Kakak juga."ujarku.
"Kalau besok lo udah punya pacar, kasih tau gue. Gue pengen liat orang yang berani pasang komitmen ke adek gue." Lanjutnya.

Aku mengangguk.

"Kalau ada yang nyakitin lo. Bilang ke gue, langsung gue bikin dia kapok!" Katanya.

"Dan...jangan suka nangisin gue. Gue mau lo bahagia, karena lo adek gue. Gue kakak yang bakal selalu jaga lo." Jelasnya

Astaga! Bahkan gue hampir nangis saat dia ngomong gitu. Bahkan ketika gue nggak tau lo kakak gue, lo udah bisa jagain gue dan sayang ke gue.

STOP! Jangan baper Yay,!

"Dan gue pengen ngucapin selamat tinggal buat perasaan gue ke lo dan lo juga harus gitu Dek" kata Bariq.

"Iya. Selamat tinggal Kak Bariq." Kataku.
"Selamat tinggal Yaya , adiku." Ujarnya.

Kami tersenyum dan aku meninggalkannya.

Gimana nih part yang ini? Tapi ini belum ending loh, masih jadi teka teki nama Delayota ini belum terpecahkan!!...Nantikan publish selanjutnya, jangan lupa vote dan comment.😚




DELAYOTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang