DELAYOTA Two

29.7K 1K 3
                                    

       ~Yang dirindukan itu kenangannya bukan orangnya~

Selasa.
Hari kedua di bulan Januari 2018, agenda gue sama kayak biasanya nggak ada yang beda sama sekali. Berangkat jalan kaki lewat jalan yang bener bener lurus tanpa liku.

Tin tin suara klakson dari arah belakang. Mobil itu berhenti disamping gue, spontan gue noleh ke sana.
    "Hallo mantan..mau bareng nggak?"
Ya nama mantan, mengingatkan gue sama masa lalu gue waktu SMP. Dia Reynaldio Putra anak kelas 10 yang satu sekolah sama gue. Sekarang dia jadi adik kelas gue.
    "Ntar lo bisa telat kalo jalan kaki."
    "Ciih..sok tau banget."
    "Gue lagi berbaik hati sama lo ni Kak."
Kak? Di manggil gue kak? 
    "Jangan manggil gue gitu."
    "Kenapa? Lo kakak kelas gue. "
    "..."
Aku memutar bola mataku kesal.
    "Lo kenapa? Suka ya dipanggil mantan?"
    "Gue bisa jalan sendiri dan nggak bakalan telat."
    "Oke gue cabut..see you.."
Ia melajukan mobilnya dengan cepat. Melesat seperti angin. Gue mandang jam di Handphone gue..oh shit!jam 07.00. Gue telat gara gara obrolan gue sama dia. Dasar mantan gila!. Gue pun lari sampai ke depan gerbang sekolah.
 
    Dari arah yang berlawanan gue liat Bariq lari juga. Kami sampai dalam waktu yang bersamaan dengan napas yang terengah engah.
   "Lo...Ya-ya?"
Satpam yang jaga udah mulai nongol dari balik lobby. Gue sama Bariq akhirnya sembunyi di tembok samping sekolah.
   "Lo tau jalan ke taman belakang sekolah nggak? Kayaknya di sana pagernya nggak tinggi tinggi banget."
   "Terus kita naik pake apaan..?"
   "Nanti lo naik ke pundak gue."
   "Apa lo-----"
   "Sttt...diem dong. Ketauan nanti kalo lo berisik."

    Akhirnya kami menuju gerbang sekolah yang langsung menghubungkan dengan taman belakang sekolah. Bariq menjongkokkkan badannya..dan aku mulai menginjak bahunya perlahan. Lalu dia menaikkan badannya. Gue kemudian melangkahkan kaki gue ke pager sekolah dan menurunkan kaki gue perlahan ke tanah. Enggak sih enggak perlahan lebih tepatnya gue lompat.
    Nah setelah gue bisa masuk, Bariq dengan gesitnya masuk. Kami berjalan menyusuri lorong kelas.
Tak!!!
    "Aduh!"
    "Kalian ini!!!"
Telinga gue dan Bariq di jewer di saat yang bersamaan.
    "Sakit Pak..adduuuh"
    "KALIAN INI TELAT! TAU NGGAK?!"
So, gue sama Bariq di seret ke lapangan tempat dimana kami biasa olahraga di sana.

Lapangan olahraga.

   "Sekarang kalian lari, 20 KALI plus kalian minta sama guru piket surat izin masuk kelas. Ngerti?"
   "Ngerti, Pak."

Dia namanya Pak Haryono, dia bagian kedisplinan siswa. Ya berkat kepekaan bapak itu, gue sama Bariq terpaksa lari lapangan olahraga yang merupakaan gabungan dari lapangan basket dan futsal.

Puteran pertama. Diem.
Puteran kedua. Diem.
Puteran ketiga.
     "Lo tadi telat kenapa?" Tanya Bariq
     "Gara gara ada makhluk yang gue nggak ngerti dia ngomongin apa."
     "Lo pikir dia alien. Lo jalan kaki?"
     "Kok lo tau ?"
     "Betis lo yang gede gede kayak batako gitu buktiin kalo lo emang biasa jalan kaki."

Sialan.Dia ngatain betis gue. 
   
     "Jangan bilang ada yang ngajak lo nebeng tapi lo nolak dan debat."

Aku mendengus kesal.
     "Lo sendiri kenapa telat?"
     "Yah...gue mah udah biasa. Waktu gue di SMA Kartini juga emang tiap hari gue telat. Gue tuh nggak suka berangkat pagi selagi sepi nggak ada orangnya."
     "Oooohh.."
     "Waktu itu di kelas lo ngapain diem aja, padahal semua temen lo yang cewek pengen tau gue."
     "So, apa pentingnya buat gue untuk tau itu?"
     "Ya enggak ada sih, cuman ya lo beda aja. Lo kayak anak kurang asupan kasih sayang."
    "Maksud lo gue anak broken home gitu?"
    "Lo tu pemurung. Tapi gue ngrasa lo anaknya asik. Lo banyak hal yang dipendem ?"
    "Enggak. Hidup gue lagi datar aja."
    "Mau gue bantuin warnain nggak."
    "Ngomong apa sih lo. "

Puteran ke 10.
    "Yay, lo kalo nggak kuat mending berhenti deh. Gue aja yang nglanjutin."
   "Gue bisa."
   "Nggak usah sok kuat. Pohon yang kuat aja kena angin bisa tumbang, apalagi lo."
   "Gue bisa Riq"

Puteran 16
Puteran 17
Puteran 18
Puteran 20

Akhirnya puteran 20 selesai juga. Gue sama Bariq duduk di bangku pinggir lapangan. Seketika itu lewat di lorong. Rey sama Dela sedang berjalan bersama. Rey membantu Dela membawa banyak buku.
   "Lo ngapain liatin mereka? Itu anak kelas 10 kan? Tanya Bariq.
   "Iya."
   "Lo kenal?"
   "Kenal."
Ya gue kenal mereka, mereka bagian dari masa lalu gue. Masa bahagia? Enggak masa kelam gue. Gue nggak benci mereka cuman nggak suka aja karena mereka buat masa lalu gue jadi ada bagian sad nya. Oke lupain mereka.
 
Bel istirahat kedua berbunyi. Gue menuju ke kantin berdua sama Olla.
   "Olla lo pesen apa ?"
   "Jus mangga, kentang goreng, gado gado"
   "Eh buset ni orang...tangan gue cuman dua."
   "Mager banget gue Yay. Plis..."
   "Yaudah deh. "

Kantin gue ini apa apa ambil sendiri,kayak modelan prasmanan. Makanan udah disediain dan banyak macemnya. Oke, kentang goreng, jus mangga, jus alpukat, gado gado, terus apalagi ya...gumamku dalam hati.
    "Ayam bakar enak juga nih."

Melihat nampan gue udah penuh sama makanannya Olla,gue jadi bingung gimana bawanya.
 
    "Sini gue bawain nampannya, lo ambil jusnya terus ayam lo ditaruh di nampan ini. Lo duduk dimeja nomer berapa?" Tanya laki laki berkulit putih dan berparas blasteran Jerman.

   "Eh...Kak Derel?"
   "Biar gue bantuin lo."

Kak Darel ini kakak kelas gue , kelas 12 sekaligus mantan ketua osis sekolah gue. Kakak supercool yang punya banyak penggemar.

    "Lo duduk di meja berapa?"
    "16 Kak."

Di meja nomer 16.

    "Lo lama banget Yay." Ujarnya lalu mendongak ke atas. Kak Darel melempar senyumnya.
    "Eh ada Kak Darel."
    "Nih kasian ni temen lo bawa makannan banyak sendirian"
    "Btw gue gabung kalian boleh?"
    "Boleh banget Kak. " ujarku.

Kami makan bertiga.
    "Kak Darel nggak pesen makanan?"
    "Nggak, gue lagi nggak laper aja"
    "Kak Darel, tumben nggak sama temen temen kakak?"
    "Enggak papa sih. Oh iya Yay, gue minta nomer wa lo dong."
    "Nggak id line aja kak?"
    "Line gue udah gue hapus. "
    "08xxxxxxxxxxx"
    "Thanks."

  

DELAYOTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang