DELAYOTA Seventeen

6.6K 335 0
                                    

            ~Jujur ini menyakitkan~

Yaya POV

Pagi. Gue nunggu Bariq yang biasa menjemput dirumah untuk berangkat bersama, namun kali ini lain. Dia tidak datang. Entah kesiangan atau karena kemana.

📨Manalaya :Bariq kamu sakit?
📨Manalaya :Kamu nggak masuk?

Gue mengirimkan pesan itu, tapi nggak ada respom dari Bariq. Bahkan sekadar membacanya saja pun tidak. Padahal hari sudah semakin siang. Akhirnya aku berjalan kaki.

Bisa dibilang setengah kesal karena tak memberitahuku dahulu.

Semoga aja pintu gerbang masih kebuka buat gue.

****

Ketika sampe di pintu gerbang sekolah, ternyata sudah ditutup. Pilihanku hanya dua. Kembali ke rumah atau masuk lewat belakang. Meski aku tau pagarnya tinggi dan tidak akan bisa menerobos tanpa bantuan Bariq.

Aku berjalan menuju gerbang belakang, untung saja ada pintu kecil yang terbuka di sana. Setelah dirasa lolos, aku berjalan menuju kelas.

"Eh, siapa itu yang terlambat!" Teriak seseorang yang kutebak itu adalah guru BP.

Aku menoleh.

"Oh kamu terlambat rupanya. Sini ikut saya dulu, jangan langsung masuk kelas. "

"Ya,Bu."

Membayangkan seandainya aku telat bersama Bariq. Pastilah dia udah merayu guru BP agar tak dihukum. Setidaknya yang gue pikirin adalah , dia ada di sini buat nemenin gue.

"Kamu hormat disini sampe jam istirahat pertama!"

Ya, gue disuruh hormat ke tiang bendera yang ada di lapangan sekolah. Panas .

Kemudian aku menghadap bendera dan hormat seperti yanh diperintahkan.

Lalu , seseorang menyusul di samping gue dengan melakukan hal yang sama. Aku menoleh. Bariq? Ah ternayata bukan.

"Jadi lo tukang telat juga." Ujarnya lalu tersenyum.

Aku menghela napas kesal.

"Kenapa telat? Bariq nggak jemput?" Tanyanya lagi.

Dia Kak Darel. Pria psiko menurut gue. Yang baik ke gue, terus ngunciin gue di gudang dan nembak gue. Cowok gila.

"Nggak usah dipikirin yamg lalu lalu. Gue minta maaf sama lo soal di gudang. "Ujarnya.

"Kak Darel denger?"

Pertanyaan terbodoh yang pernah kutanyakan.

"Hah? Maksudnya?"
"Ah, enggak Kak."

Dia terkekeh.

"Soal gue suka sama lo itu beneran." Ujarnya lagi.

Serasa ingin melarikan diri dari sini,takut Bariq melihat dan salah paham.

"Tapi...."

Gue menatapnya.

"Gue nggak bakal ngejar lo lagi karena lo bakal suka sama gue dengan sendirinya. "Kata Kak Darel.

"PD amat Kak."

"Eeh kalian jangan ngobrol terus , hormat yang bener !" Kata guru BP yang kebetulan lewat dan melihat kami mengobrol.

****

Jam istirahat pertama.

Gue menuju kelas, disana ada Olla.

"Lo habis darimana?"
"Habis dihukum."
"Lo telat?"
"Iya."
"Tadi Bariq juga nggak masuk, gue kira lo ikut nggak masuk." Kata Olla.
"Dia sakit? "
"Lo nggak tau?"

Gue menggeleng.

"Lo nggak chat?"
"Gue chat tapi belum di bales."
"Yaudah tunggu aja mungkin dia lagi sakit terus pas lo chat dia lagi istirahat." Jelas Olla.

****
Hari sudah semakin petang. Gue buru  buru pulang sebelum hujan turun membasahi bumi, tapi sayang hujan lebih cepat dari langkah kaki ku menuju gerbang.

Gue meunggu hujan di teras lobby. Kemudian ada seseorang yang datang dengan suara motor yang khas. Memakai mantol kelelawar warna biru.

"Kamu nunggu hujan?"

Ya ," kamu" adalah kata jarang aku mendengar kata itu. Karena memang tak pernah kami gunakan selama pacaran.

"Kesambet apaan pake aku kamu?"
"Sekali kali gue jadi romantis sama lo."
"Kamu serius nunggu hujan?"
"Iya."
"Yah kecewa gue. " ujarnya sambil mengulurkan helm.
"Kenapa?"
"Gue kan berharapnya lo nungguin gue bukan hujan."

Aku tertawa.

"Akhirnya lo bisa ketawa. Yaudah gih naik. Atau masi mau nunggu hujan?"

Aku menggeleng dan tersenyum. Kemudian aku segera menaiki motornya.

"Mantolnya kecil ya?"tanyanya ketika melihatku dari kaca spion sedang berusaha menutupi kepalaku dengan mantolnya.

"Iya."
"Yaudah kalo gitu."

Dia melepaskan mantolnya kemudian menyuruhku memegangkannya.

"Kok dilepas?"tanyaku.
"Aku pengen main hujan hujanan sama kamu. " jawabnya.

Aku terdiam.

"Siap? "
Aku mengangguk.
"Kalo dingin peluk gue aja."
"Iya."

Akhirnya kami menerjang hujan deras itu, dengan motornya. Pandangan yang hanya berjarak beberapa meter karena hujan sangat deras membuatku hanya bisa memandangnya saja, ya hanya dirinya.

"Kamu kenapa nggak masuk?"
"Pengen bolos."
"Kenapa nggak bales chat?"
Dia terdiam.
"Gue hari ini pengen njauh dari HP sebentar aja. Gue lagi pusing sama kepala gue."

Aku terdiam , jadi dia sedang ada masalah.

"Mbem..kalo ternyata gue saudara lo , gimana?"
"Ehm...gimana ya,"
"Lo mutusin gue?"
"Nggak, gue yang minta lo buat mutusin gue. "
"Yah nggak gentle dong gue. Gue yang mulai gue yang akhiri."
"Seenggaknya berakhir dengan baik."
"Kenapa nggak lo yang mutusin?"
"Ya kali gue, kalo sayang ngapain diputusin."
"Ya kan tadi kalo saudara. Kalo gue minta lo yang mutusin gimana?"
"Ya nggak papa."

Vote! Baca juga ya jangan di scroll scroll. Ceritanya masih panjang.
Belum klimaks juga

DELAYOTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang