DELAYOTA Six

13.1K 550 3
                                    

 ~Diam terkadang cara terbaik ketika orang tidak ada yang bisa mengerti hati kita~

Ini adalah weekend pertama gue. Hari ini gue janjian sama Kak Darel buat ke toko buku bareng. Sekitar jam, 9 pagi kami berangkat.

    "Yaya, dicariin temen kamu Nak." Kata papa.
    "Iya Pa, suruh nunggu aja."

Aku berganti pakaian dengan baju lengan panjang dan celana kulot warna maroon panjang. Serta memakai sepatu heels yang ukuran sedang. Tak lupa membawa tas kecil untuk isian dompet dan HP.

Aku keluar dari kamar, membuka pintu lalu menutupnya kembali. Dan kulihat disana ada bocah yang sedang cengar cengir sama Papa.

    "Yaya, jadi ini temen baru kamu? Yang nganterin kamu pulang waktu itu kan?"
    "Iya Pa...tapi kok dia ada di sini Pa?"
    "Lho bukannya kamu mau pergi bareng Nak Bariq ya? Tanya papa sambil menatap Bariq.
    "Iya Om, tapi masih nunggu satu orang lagi Om. Kami perginya bertiga Om."
    "Oh kalau begitu Om tinggal dulu. Sambil nunggu kalian bisa makan cemilan sama minumnya."
   "Iya Pa."

Gue menatap Bariq galak. Dia salting lalu meminum sirup dengan sekali tegukan.
  
  "Kan gue udah bilang gue pergi sama Kak Darel. Lo ngapain kesini segala?"
  "Ya kali gue gabut di rumah. Lagian Kak Darel juga nggak papa kan pergi bertiga?"
   "Gue kan nggak bilang kalo lo nya ikut."

Kami terdiam.
   "Yaudah nanti biar gue aja yang bilang ke ketos lo itu."

Tak lama kemudian, Kak Darel datang. Ia menuruni mobilnya berwarna silver, dan menyapaku di balik pintu.
    "Hai Yay, udah siap?"
    "Udah."
    "Udah izin kan?"
    "Udah kok..."

Lalu Kak Darel mengerutkan dahi ketika melihat Bariq.
   "Itu si curut ngapain pagi pagi di rumah lo?"

Si curut? Maksud dia Bariq?

   "Sorry Kak, Bariq emang suka gitu ngeselin banget. Maaf ya Kak, tu orang tadi tau tau nongol di rumah gue."
   "Kiraiin kamu mau pergi sama si curut."

Bariq menghampiri Kak Darel di ambang pintu.

  "Lo manggil gue curut?"
  "Iya." Jawabnya.
  "Damn!"
  "Lo anak kencur, gue kakak kelas lo, yang sopan dikit napa?"
  "Eeeh stop... stop...berantemnya di jalan aja. Takut papa denger."

Akhirnya kami bertiga menaiki mobil Kak Darel. Aku membuka pintu depan mobil, tapi buru-buru Bariq menerobos ke dalam  akhirnya gue duduk di belakang.

Di dalam mobil...
  "Kok lo yang didepan?"
  "Gue mabuk kendaraan. Cepetan deh mending lo nyetir."

Kak Darel mulai tancap gas. Suasana begitu hening. Bariq dan Kak Darel saling melirik sedangkan gue sendiri malah bingung sama tingkag mereka.

  "Gimana kalau kita muter musik?" Ujarku memecah keheningan.

Kemudian, Kak Darel menyalakan radio mobil, iya memutar musik bergenre mellow. Sedetik saja, Bariq menggantinya dengan musik Pop. Kak Darel melirik ke arah Bariq.

  "Kuno banget lo nyetel gituan."

Karena kesal, Kak Darel menyetal musik yang tadi.

  "Norak tau nggak musik lo!"

Ya mereka begitu selama 3 kali dan itu bikin gue nggak tahan.
  "Oke oke musiknya berisik banget,matiin aja kalau gitu."

Kemudian suasana kembali hening. Ini makin gue nggak tahan.
  "Gimana kalau kita main tebak tebakan?"
  "GAK!" ujar mereka kompak.
  "Kalau cerita horor?"
  "Gak!"

Ini cowok cowok kenapa sih, sensian banget. Kayak anak kecil lagi rebutan, omelku dalam hati.

Tak terasa akhirnya kita sampai ke toko buku. Di toko buku itu, kami menuju ke bagian cerita cerita fiksi.
  "Kakak mau beli cerita fiksi?"
  "Iya. Lo kira apa Dek?"
  "Gue kira buku buat UN Kak."
  "Nggak Yay, gue mikirnya hati lo."

Bariq mendengarnya dengan tatapan jijik ke arah Kak Darel.
  "Nggak usah tebar pesona lo."
  "Sirik aja." Kata Kak Darel.

Kemudian Kak Darel, menunjukan dua buku.

  "Bagus yang mana?"
  "Kanan."
  "Padahal gue suka yang kiri Yay..."katanya setengah kecewa.
  "Yaudah kakak beli aja yang kiri."
  "Oke. Eh Yay, gue mau liat liat tas dulu lo mau ikut nggak?"

Kebetukan toko buku ini juga menyediakan tas bermerk. Ramai dikunjungi anak muda pada akhir pekan seperti sekarang ini.
  "Lo suka mbaca Yay?" Tanya Bariq.
  "Menurut lo..?" Sambim memutar bola kepala gue dengan malas.
  "Gue dari kecil suka buku. Buku itu temen gue. Gue bisa ketawa, nangis, senyum, tegang gara gara baca buku. Buku juga bikin gue bisa ngrasain ke tempat tempat dunia meski gue nggak pernah berkunjung kesana seenggaknya gue bisa bayangin gimana suasananya di sana."
   "Jadi itu...buku jendela dunia ya Yay?"
   "Tumben amat lo nggak ogeb." 
   "Yee enak aja gue emang nggak ogeb kali Yay."
   "Riq...lo suka sama cewek?"
   "Entah...cuman lagi pengen deket deket aja sih sama cewek."
   "Ooohh gitu..."

Kemudian Kak Darel mulai menuju kasir dan kembali menghampiri gue dan Bariq.
  "Gue udah selesai nih. Kalian nggak beli apa apa?"
  "Nggak kok Kak."
  "Yaudah. Habis ini kita kemana?"
  "Makan aja gue laper." Kata Bariq.
  "Ada cafe kopi di sekitar sini. Gimana?" Tanya gue.
  "Oke."

Pukul 12.30 Di Coffe Cafe

Kami memesan dua Coffe America, dan satu ekspreso.
    "Kak Darel suka kopi yang pait-pait?"
    "Nggak juga sih. Ada nikmatnya gitu. Lo mau nyoba?" Jawabnya santai.
    "Nggak deh...katanya itu kopi pait banget."
    "Iya kalo nggak kebiasa emang iya sih Yay."

Melihat Bariq yang dari tadi diem aja, akhirnya gue nyoba ngajak ngomong dia.
   "Lo suka America Coffe juga?
   "Iya."
   "Lo lairan tanggal berapa sih?" Tanya Kak Darel.
   "Sama kayak Yaya."
   "Hah?!! Serius?"

Ia mengabaikan ucapan ku sambil menatap Kak Darel sengit.

  "Lho Yay, kamu ulang taun kapan?"
  "17 Januari."
  "Lo berarti kita bertiga sama?" Kata Kak Darel.

Gue memebelakan mata ketika mengetahui fakta yang barusan terjadi. Fakta yang bikin gue tercengang setengah mati.

   "Kagak,.... mesti jam lair kita beda." Bantak Bariq seolah tidak terima.
   "Gue mah masa bodo, yang penting gue sama Yaya tanggal lair nya sama." Kata Kak Darel.

So what? Nggak ada hubungannya juga kali Kak. Gue juga samaan sama si ogeb. Eh kok gue jadi belain ogeb ya? Gerutuku dalam hati.
   "Gue lahir jam 9 malem. Lo berapa?"
   "Gue jam 12 siang. Eh tapi taun kita beda. "Kata Kak Darel kemudian.
   "Riq, gue juga lahiran jam segitu."
   "Nah lo...siapa yang ulang taunnya bener bener barengan sama Yaya...? Guek kan" ujarnya bangga.

 

 

DELAYOTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang