Satan Temptation

Começar do início
                                    

Seperti saat ini, ia memperhatikan Jeonghan yang memotong dan menggigit sirloinnya dengan anggun, masih seperti dulu memotong-motong menjadi bentuk dadu-dadu kecil sebelum masuk ke dalam mulut.

Seungcheol melanjutkan aktivitas memakan smokey ribs, tetap memberikan fokusnya kepada Jeonghan yang kali ini menceritakan kalau Axel dan Wendy sudah berpacaran dan fakta tersebut masih mengganggunya.

"Sungguh, kau harus melihat mereka yang selalu berpelukan dan berciuman di dalam flat, aku tidak cemburu atau iri, hanya saja aku tidak butuh melihat PDA." cibir Jeonghandan mengacung-acungkan garpunya, membayangkan hampir setiap hari Wendy datang ke flat tempat tinggalnya hanya untuk menemui Axel.

Oh yeah, dia sedikit iri.

Melihat sahabatnya kali ini lebih memperhatikan Axel daripada dirinya.

Seungcheol meliriknya sambil tertawa kecil, "Kau kekanakan sekali, Jeonghan."

"Aku tidak!" seru Jeonghan jengkel, merasa Seungcheol tidak membelanya.

Setelah menghabiskan main course, Jeonghan memesan strawberry sorbet with waffel and cheese cream sebagai dessert dan menyuruh Seungcheol untuk memesan chocolate crème brûlée.

"Kamu masih lapar?" tanya Seungcheol, menatap lelaki manis di depannya yang terlihat lahap memakan sorbet dan crème brûlée.

Jeonghan mendongak, tersenyum lebar memamerkan gigi-giginya. "I have sweet tooth, liebling." jawab Jeonghan, menyendokkan sepotong crème brûlée ke dalam mulut. "Dan pacar sepupuku kemarin membawakan egg tart, benar-benar sangat enak dan aku jadi ingin makan makanan manis."

Seungcheol mengangguk, menatap Jeonghan melanjutkan acara makannya dan sesekali menyuapi dirinya crème brûlée atau sorbet.

"Jeonghan," panggil si editor buku setelah ia memiliki konflik batin untuk bertanya.

"Kenapa?" sahut Jeonghan, menyuapi dirinya dengan crème brûlée dalam satu potongan besar.

Seungcheol mengunyah crème brûlée yang terasa sangat manis untuk dirinya, sebelum ia mencondongkan tubuhnya ke arah Jeonghan. "Kamu akan tinggal disini?"

Jeonghan mendongakkan kepala, "Hmm?"

"Apakah kamu tinggal secara permanen di Korea?"

Lelaki tersebut menyudahi acara makan makanan manisnya, menelungkupkan sendok ke pinggir piring dan menatap Seungcheol lekat-lekat.

Selera makannya mendadak hilang.

"Tidak," sahutnya sambil lalu. "Aku hanya berlibur disini, lusa akan kembali ke Jerman."

Ia lalu menarik tubuhnya perlahan hingga bersandar kembali ke kursi. Menatap Jeonghan yang masih menatapnya dengan tatapan yang terlihat asing.

Seungcheol mungkin mengharapkan jawaban yang lain.

Seperti, ya aku akan menetap di Korea.

Seperti itu.

---x---

Joshua Hong tidak pernah berkata kasar dan selalu terlihat bijaksana memberinya label sebagai orang idiot tolol yang mau saja diperdaya oleh anak muda untuk menjadi supir berkeliling Seoul. Mengatakan kalau Seungcheol seperti mengalami gejala psikologis akibat masa muda yang tidak bahagia.

Lucu sekali. Joshua boleh memberinya label apa pun tetapi dia sendiri tidak tahu kenapa masih saja menjadikan dirinya terlihat konyol dengan bertemu Jeonghan, seseorang yang sudah menolaknya dengan alasan yang masih tidak ia pahami sampai detik ini.

[✓] From 5317 MilesOnde histórias criam vida. Descubra agora