"Aku gak mau dengar," Maki menutup telinganya.

"Kau seharusnya mendengarnya karena seru!" bentak Taehyung. "Jika yang seperti itu saja kau kalah darinya, gimana bisa kau percaya diri untuk memuaskanku!"

"Kita hanya belum mencobanya, Taehyung," Maki menggelayutkan kedua lengannya di leher Taehyung. "Kita hanya belum mencobanya. Aku bisa buktikan padamu, besar cintaku padamu," isak Maki. Matanya berkaca, ia tulus mencintai pria didepannya ini hingga ingin memilikinya.

Taehyung tertegun dengan jarak wajahnya yang menjadi dekat. Sebagai laki-laki normal, ia tidak perlu berbohong, kalau Maki memang menggoda, tubuhnya yang langsing, wajahnya yang cantik, bibir tipisnya yang sexy, semuanya itu menggoda.

"Berikan, cintamu Taehyung-ah," Maki beralih untuk mencium bibir Taehyung. "Tapi kau bukan Soeun," ucap Taehyung yang menarik diri dan melepaskan tangan yang mengelayut dilehernya.

"Kau bukan Soeun, itu masalahnya," ulang Taehyung.

"Apa aku perlu operasi wajah untuk mirip dengannya," Maki kesal.

"Tapi didalamnya tetap saja kau bukan Soeun-ku,"

Maki menatap jengkel dan ingin menampar tapi Taehyung berbalik menamparnya. "Itu bayaran karena kau hampir menghilangkan nyawa anakku dan kau tahu, niatku hari ini...."

Taehyung mendekat. "Aku ingin membunuhmu, jalang!"

Maki terkejut dengan tatapan menajam Taehyung dan sepertinya memang itu niat Taehyung menemuinya. Taehyung ikut terkejut dengan hapenya yang berdering dan melihat nama Soeun. Mengingat pengalaman pahitnya dulu, ia segera mematikan telepon dari Soeun itu, ditelepon lagi, tetap ia matikan. Hapenya tetap berdering dan sekali lagi dimatikannya.

Taehyung menghela napas lalu menatap Maki. "Kau, kalau kau masih memiliki perasaan cinta, berikan pada Seungyoon, dia mencintaimu, dia bisa memberikan apa yang kau inginkan, anyyeong,"

Taehyung segera meninggalkan gadis itu lalu setelah agak jauh ia mencoba menelepon balik Soeun. "Nampyeon, berani sekali kau matikan telepon dariku, kau bakal kena hukuman!!" pekik Soeun kesal.

"Nee, bakpao, hukum aku sepuasmu," ujar Taehyung sambil tersenyum. Yah, Soeun memang perlu menghukumnya lagi karena ia membiarkan Maki menyentuhnya tadi.

♡♡♡

Malam itu, di rumah Appanya Soeun yang sudah dibeli Taehyung, tampak Soeun mengarahkan Taehyung agar memilih jalan dengan benar, dimana Taehyung ditutup matanya oleh pita hitam, tidak bisa lihat apapun.

"Nampyeon, kanan, ani, kiri,"

"Sso, apa harus begini hukumannya, gelap nih,"

"Nee, itu hukumannya, agar kau bisa rasakan gimana kondisiku jika kau tidak mengangkat telepon dariku, gimana aku, jika kau tidak ada, seperti itulah yang kulihat Nampyeon. Gelap, membuatku cemas, takut, kalau kau benar-benar meninggalkanku,"

"Sso, aku gak bakal meninggalkanmu," Taehyung melemas.

"Aku pegang janjimu, ah, apa mau gantian, aku yang berjaga?"

"Ani, ani, itu bahaya,"

Taehyung tetap berjalan dengan mata yang ditutup pita hitam. Ia memang tidak melihat apapun. Jadi seperti inikah pikiran Soeun jika ia tidak ada. Yang dirasakannya saat ini adalah merana dan kesengsaraan karena tak bisa menjangkau apapun dalam situasi gelap.

Sementara itu, Soeun terus menghindar setiap Taehyung hampir mendekat. "Bakpao, jangan ngindar terus, aku tahu kau sudah dekat tadi," Taehyung terus menjangkau.

"Nampyeon, kalau aku gak ngindar, permainannya jadi gak seru, masa iya aku rela ditangkap?"

"Tapi perhatikan sekitarmu, jangan menabrak juga,"

LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJK]Where stories live. Discover now