•THIRTY FIVE•

187K 11K 563
                                    

Do not bother holding on to that thing that does not want you,

you cannot make it stay -rupi kaur
__________

Kamila berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Jam menunjukkan pukul dua belas lewat lima. Sudah waktunya beristirahat untuk Kamila. Pekerjaannya akan digantikan dengan dokter lainnya.

Kakinya melangkah memasuki lift. Saat hendak memencat tombol untik menutup pintu lift, seseorang ternyata ingin memasuki lift tersebut juga. Kamila mengurungkan niatnya menutup pintu lift tersebut dan membiarkan orang tersebut masuk ke dalam lift.

"Davin?" Kamila mengernyitkan alisnya saat melihat ternyata Davin yang memasuki lift yang sama dengannya itu.

Cowok itu tersenyum manis seraya melepas hoodienya.

"Hai, dokter cantik!" sapanya.

Kamila mendengus geli.

"Ngapain ke rumah sakit? Narin sakit lagi?" tanyanya.

Davin menggeleng.

"Gue yang sakit." balas cowok itu.

Kamila mengangkat alisnya.

"Serius? Udah periksa?" tanya Kamila dengan nada khawatir.

"Ciee, perhatian." ledek Davin membuat Kamila memasang wajah datarnya.

"Iya, gue sakit hati nih. Ditolak cewek yang gue sayang." ucap Davin membuat Kamila menoleh ke arahnya cepat.

"Demi apa lo ditolak cewek?" tanya Kamila seakan tak percaya.

"Iya, lo nolak gue. Sakitnya tuh disini," ucap Davin sambil menunjuk ke arah dadanya.

Kamila mendengus lagi lalu berdecak pelan. Dipikirnya ucapan cowok itu serius.

Kapan juga gue nolak lo, kayak udah nembak aja... eh?

Kamila menggelengkan kepalanya karena merasa batinnya mulai ngelantur.

"Mau makan siang ya?" tanya Davin sambil menatap Kamila.

Gadis itu mengangguk.

"Yuk, sama gue." ucap Davin lalu meraih tangan Kamila dan berjalan keluar lift.

Kamila mendadak kaku. Matanya menatap tangannya yang sedang digandeng Davin. Pipinya bersemu, ia melipat bibirnya kedalam, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Gak boleh baper! Gak boleh baper!
batinnya berusaha menahan diri agar tidak kembali luluh dengan perlakuan manis Davin.

Namun tak dapat dipungkiri, ia sungguh bahagia. Berdamai dengan cinta pertamanya, walau tidak memiliki.

Flashback on

"Ayo Mil, tampar gue!" seru Davin membuat Kamila menggeleng keras dengan mata berkaca-kaca.

"Ayo Mil!"

Bagaimana mungkin ia menyakiti seseorang yang sudah menempati ruang kosong di hatinya.

"Gak Dav! Enggak!" balas Kamila dengan suara tinggi.

"Kenapa Mil? Ayo bales gue, biar gue rasain sakit yang dulu-dulu lo rasain."

Kamila menggeleng lemah.

"Sampai kapanpun, gak akan pernah." ucapnya.

Davin menatap dalam mata Kamila dengan sendu.

"Is it too late now to say sorry?"

Kamila menetralkan kembali detak jantungnya. Sebisa mungkin ia tersenyum.

VinkaWhere stories live. Discover now