•THIRTY FOUR•

185K 11.1K 560
                                    

🎼 Is it too late now to say sorry? 🎼
___________

"Narin, makan ya?" pinta Davin di sebelah adik perempuannya yang kini tengah asyik membaca komik, padahal jelas sekali, mata gadis itu masih sayu, tubuhnya masih lemas.
Tapi ia tetap memaksakan diri membaca komik kesukaannya yang baru dibelikan oleh Davin.

Narin berhenti sebentar menoleh ke arah Davin, lalu kembali membaca komiknya.

Davin menghela napasnya sabar.

"Emangnya Narin gak denger tadi kata dokternya apa? Disuruh makan sama minum obat kan?" tanya Davin.

Narin hanya bergumam tidak jelas.

"Kalau Narin mau jadi dokter cantik kayak dokter Kamila, Narin harus nurut. Biar cepet sembuh." ucap Davin lagi.

Akhirnya, Narin kembali meletakkan komiknya dan menatap Davin penuh pertimbangan.

"Hmm..Narin makan tapi abang kasih Narin hadiah lagi, oke?" tawar Gadis kecil itu.

Davin mengernyitkan alisnya.

Eleh bocah, pake nawar.

Cowok itu tersenyum kecut.

"Yaudah, Narin mau apa?"

"Hmm..Narin mau..Main di rumah Oma!" seru Narin pada akhirnya.

Davin terdiam sesaat.

"Tapi kan Narin masih sakit?"

"Enggak! Narin udah sembuh kok." elaknya.

"Yaudah, tapi di sana jangan lari-larian terus jangan minta yang aneh-aneh sama Oma, oke?"

                       -•••-

"Daaah Abang!"

Davin mengangguk seraya tersenyum dan memasuki mobil kembali setelah menyalami Omanya yang kini juga tengah menatapnya dari teras rumah.

"Jangan ngebut-ngebut ya Dav!" pesan Omanya.

"Oke, tenang aja Oma." balas Davin lalu mulai menjalankan mobilnya.

"Assalamualaikum." pamitnya.

"Waalaikumsalam."

                      -•••-

Kamila tersenyum hangat kala merasakan dinginnya hujan. Dirinya kini tengah berdiri di halte depan rumah sakit, menunggu taksi.

Mobil sedan yang sehari-hari dipakainya kini sedang berada di bengkel. Maka dengan terpaksa, Kamila harus menunggu taksi dan merasakan dinginnya hujan seperti sekarang.

Namun justru gadis itu nampak bahagia. Hujan tak selalu menyakitkan, ada kalanya hujan membawa kebahagiaan.

Kamila terus memandang lurus ke depan, melihat setiap rintik hujan yang turun.

"Sendiri aja Dok?"

Hingga suara itu membuyarkan lamunannya dan ia menatap si pemilik suara.

Betapa terkejutnya Kamila saat mendapati Davin sedang berdiri di sampingnya dan memandanginya lekat serta senyum yang tak kunjung memudar dari wajahnya.

Kamila kembali menatap lurus ke depan, berusaha tak memedulikan lelaki disampingnya. Walau sebenarnya, jantungnya sedang ketar-ketir tak karuan.

Suara berat itu membuatnya kembali memutar memori lamanya.

"Dok, kalau jantung saya suka berdebar lebih kencang dari biasanya, itu tanda-tanda apa ya?" tanya Davin tiba-tiba.

Kamila mengernyitkan alisnya, aneh.

VinkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang