RMdM 07 - After Those Day

1.1K 62 42
                                    

Haters keep on hating, cause somebody's gotta do it. - Chris Brown -

My playlist today: One Direction - Night Changes, how yours?
(Ngeliat ini MV bikin aku sadar, I missing them so fuckin' much!)

Perubahan zona waktu dan iklim yang sedang berlangsung padanya, memang harus diakali sepintar mungkin guna bisa beradaptasi. Lingkungan baru pun biasanya memberi suasana baru yang khas pula.

Akan tetapi, entah kenapa untuk kali ini ada perasaan berdebar luar biasa yang dia rasakan. Debaran ini jelas menganggunya. Rasanya seperti akan mendapat doorprize yang dinanti-nantikan, begitulah yang tengah dirasakan David sedari pagi. Namun dia berusaha menepis perasaan itu sebisanya.

Dia kira hal ini wajar, mengingat satu jam ke depan hotel yang merupakan objek konsolidasi dia bersama teman-temannya akan launching perdana di Jakarta. Akhirnya, pemilihan kota yang sempat menjadi bahan perselisihan di antara dia, Allard, Max dan Rio pun berakhir di Jakarta.

Bukan tanpa sebab perselisihan itu terjadi. Melainkan karena Allard dan Max yang berasumsi, jauh lebih bagus mereka menanam saham di kota Bali yang notabenenya adalah kota para turis Indonesia, sehingga di sana tidak akan sepi pengunjung. Sedangkan dia dan Rio bersikukuh dengan pilihan kota Jakarta. Sebagai Ibukota negara Indonesia, David dan Rio yakin jika omset yang ada di Jakarta lebih besar daripada Bali. Maka dari itu mereka mengusahakan bagaimana pun caranya untuk bisa mendapatkan kota Jakarta sebagai ladang bisnis melalui projek hotel bersama ini.

Berbicara tentang Rio, hingga hari ini pun David belum menanyakan ada apa sebenarnya antara Rio dengan El. Saat kemarin Rio meneleponnya dan menganggu tidurnya pun, dia tidak membahas itu. Karena menurut David, akan lebih baik menanyakan langsung face to face.

"Ready?" Allard yang baru saja selesai memasang dasinya menghampiri David yang sedang termanggu di balkon hotel.

"Kau yang terlalu lama bersiap, sudah seperti wanita saja." David bangkit dan sedikit merapikan jasnya yang masih rapi itu- bermaksud menyingkirkan debu yang tidak kasat mata. Kemudian masuk ke kamar hotel untuk menuju ke lift.

"Max membawa wanita malam ini." Celetuk Allard saat mereka sudah di dalam private lift menuju lantai acara tempat menyelenggara pembukaan.

David dan Allard sengaja menginap di hotel mereka. Selain karena malas repot, mereka juga mau menikmati terlebih dahulu fasilitas yang mereka siapkan untuk para pelanggan nantinya. Sekalian uji kelayakan, kata Allard begitu.

Jika membeli mobil saja memerlukan test drive, menginap di hotel seharusnya juga, 'kan? Ya, kurang lebih begitulah perkiraan mereka, meski tidak mungkin juga setiap tamu yang memesan kamar harus menginap secara cuma-cuma dulu seperti test drive. Yang ada malah buntung. Ini hanya sekedar simbolik untuk alibi semata. Berbeda dengan Max yang memilih menginap di salah satu apartemennya. Pria plontos itu bilang, mungkin dia juga akan lama di Indonesia.

"Bukankah Max dan wanita tidak pernah bisa dipisahkan, hum?" Sahut David sambil menyandarkan punggungnya di dinding lift sembari menanti dengan tangan yang bersembunyi di balik saku celana.

Allard mengangguk setuju. "Kau tidak ingin-"

"Jika kau berpikir seperti itu, kau jelas tau itu tidak akan terjadi," tukas David santai. Lagi-lagi menyela kalimat orang. Dia tau apa kelanjutan dari pertanyaan Allard, makanya dia langsung menyela.

Allard mendengkus. Benar, adiknya ini pasti tidak akan membawa wanita. Membuang tenaga saja menanyakan hal itu. "Memangnya kalau tidak rindu rasanya wanita, Dave?"

Reuni Mantan di Manhattan #ODOCtheWWGWhere stories live. Discover now