5. Pertemuan Keluarga

Começar do início
                                    

"Aku juga mencari kalian," kata Eugene. Matanya sembab. "Aku tidak tahu apa yang terjadi pada kalian sehingga kebingungan harus mencari ke mana!"

Elisa mengamati pemandangan mengharukan itu. Dia menahan diri agar tidak ikut hanyut. Semua ini terasa seperti mimpi. Seminggu lalu Eugene masih yakin dia tidak punya siapa-siapa di dunia ini selain Elisa, sahabatnya sejak kecil, tapi kini dia menemukan ibunya dan saudara kembarnya sekaligus.

"Maafkan ketidaksopananku," kata Lady Samantha. "Aku begitu terharu oleh kunjungan ini sampai tak menyadari kehadiran raja dan ratu Calondria."

"Halo bibi," sapa George pendek.

"George dear, bisakah kau mengizinkan aku memeluk Eugene?" kata Lady Samantha memelas. "Dia sudah dewasa sekarang dan oh, betapa tampan dirinya! Aku merindukannya siang dan malam tapi tak bisa berbuat apa-apa karena terkurung di dalam sel ini."

"Aku tidak bisa melakukannya," tolak George datar.

"Oh, tolonglah," rengek Lady Samantha. "Kau Raja Calondria sekarang. Tak bisakah kau melunakkan peraturan untuk keluargamu sendiri, meski hanya sekali saja?"

"Bibi bisa memeluk Eugene," tukas George datar, "seandainya bibi tidak memasukkan diri bibi sendiri dan Edward ke dalam sel itu."

"KAULAH YANG MENGIRIM KAMI KE TEMPAT TERKUTUK INI!"

Ledakan emosi Lady Samantha yang begitu tiba-tiba mengejutkan semua orang, termasuk Eugene. Wanita itu melotot dengan marah dan mulai berteriak-teriak seperti orang gila. Sosoknya berubah seratus delapan puluh derajat dengan wanita anggun dan tenang beberapa detik yang lalu.

George mengatakan sesuatu tetapi Janesse menarik Elisa dan membawanya pergi.

"Ada apa?" protes Elisa. "Apa yang terjadi?"

"Elisa, jika kau tidak mengerti apa yang telah terjadi empat tahun lalu." Mata Janesse melebar penuh arti. "Aku khawatir kau akan punya persepsi yang keliru tentang Samantha L'alcquerine."

Elisa mengakui Lady Samantha memang aneh. Apa yang sebenarnya terjadi empat tahun lalu? "Kata Eugene, keluarganya mencoba mengkudeta ayah George yang menjadi raja waktu itu."

Janesse menggeleng pelan. "Bukan mencoba, tetapi mereka betul-betul melakukannya secara paksa. Mereka juga meracuni Raja Robert dan Ratu Raquelle, serta menghajar George sampai dia hilang ingatan lalu membuangnya ke Bucharest, Rumania."

Suara seorang pria lain yang bukan suara Eugene, Edward, George atau bahkan Mores muncul dari ruangan itu. Suara ini licin dan terdengar seperti ditarik-tarik seolah pembicaranya sedang merengek.

"Siapa lagi yang ada di sana?" tanya Elisa.

"Reginald Lambert, mantan perdana menteri Calondria sebelum Alfred. Lambert bersekutu dengan keluarga L'alcquerine untuk melakukan kudeta dengan imbalan separo kerajaan." Entah mengapa menceritakan ini membuat Janesse kelihatan lelah. "Singkat cerita, ada yang menyelamatkan George dan membantunya mengklaim kembali posisinya di Calondria."

"Oh ya? Siapa si penyelamat ini?"

"Bukan siapa-siapa, hanya seorang penduduk desa."

Ada suara langkah kaki yang berderap dari koridor. Eugene berlari melewati mereka menuju ke luar disusul George yang memanggilnya. Lady Samantha menjerit-jerit dari dalam sel.

"George!" Elisa ikut lari mengejar mereka. "Apa yang terjadi?"

Di halaman depan, George mempercepat larinya dan menarik kemeja Eugene. "Eugene, dengar. Aku minta maaf kalau pertemuan ini tidak sesuai harapanmu. Penjara mengubah orang, termasuk keluargamu."

"Aku tidak tahu George," jawab Eugene lirih. Dia tidak menatap sepupunya. "Aku hanya ingin bertemu mereka. Maksudku, aku mencari mereka seumur hidupku dan ketika akhirnya bisa bertemu, aku bahkan tidak bisa menyentuh mereka."

George kelihatan serba salah. Dia mencoba merangkul Eugene dengan hati-hati. "Kurasa sekarang waktunya tidak tepat. Kau lihat, ibumu dan Edward sangat emosional sekarang. Aku berjanji akan membujuk Mores untuk mengatur pertemuanmu dengan mereka."

Eugene mengangkat wajahnya perlahan-lahan dan memandang George. Dia tidak mengatakan apa-apa. Ekspresinya kosong seperti langit di musim panas. Lalu dia menghampiri mobil dan masuk ke dalam.


...



"Elisa, kau sudah selesai?"

Elisa menyambar sebuah jubah mandi yang harganya sama dengan harga sewa apartemennya di Paris dan mengintip dari balik pintu kamar mandi.

"Sedikit lagi. Ada apa?"

Mata Kitty mendelik. Lalu dia terbatuk-batuk sampai mengeluarkan airmata, "Kau baru menyemprot obat nyamuk?"

"Uh. Ini parfumku." Elisa mengendus dirinya sendiri. Harganya cuma sepuluh Euro, sih.

"Di lemari itu ada tiga puluh jenis parfum," kata Kitty galak. "Harga yang paling murah enam ratus Euro. Mengapa kau malah memakai parfum itu?"

"Memangnya apa yang salah dengan parfum ini?"

"Kau akan membunuh George. Mandilah sekali lagi dan pakai Nomor Lima!"

"Nomor Lima?"

"Botol putih pucat kecil. Chanel No.5."

"Wow, apa ada di antara parfum-parfum ini?"

"Tentu saja. Jangan bilang kau tidak tahu. Kau menyebut dirimu Parisian!"

"Baiklah, baiklah!" Elisa menyerah dan masuk kembali ke kamar mandi. Chanel No.5 mungkin memang parfum wanita beraroma terbaik sejagat, tetapi tetap saja Elisa tidak kepikiran untuk memakainya.

"Kau punya sisa waktu sepuluh menit!"

Kitty kembali menjadi stopwatch yang terus-menerus merongrong Elisa. Apa pelayan pribadi Eugene juga seperti itu? Aku akan bertanya padanya nanti!

Selesai dari shower, Elisa memakai setelan yang dirasanya paling keren dari lemari pakaian. Terakhir dia menyemprotkan Chanel No.5 untuk mengusir aroma parfum murah miliknya yang menurut Kitty mirip aroma obat nyamuk.

Begitu selesai, Kitty segera menarik-nariknya (lagi) menuju Royal Chamber. Hatinya berdebar-debar. Apa yang akan dibicarakan George dengannya?

The Lost Prince [TAMAT]Onde histórias criam vida. Descubra agora