"Kebetulan aja Mama lagi gak terlalu sibuk hari ini, jadinya dipakai buat mampir ke sana." Jelasnya membuat Julian menatapnya.

Kini ganti Julian yang menampilkan senyum tengilnya, "Mama boleh kok ke sana asal..."

"Asal apa?" Tanya Riana bingung.

"Asal aja Mama jangan lupa ngomongin yang baik-baik tentang Lian. Biar nanti Tante Diana ngelihat Lian cocok jadi mantunya kelak." Ia menaik turunkan alisnya membuat Riana menggeleng tak percaya.

"Kamu ini, mirip banget kayak Papa. Selalu percaya diri dan paling pintar mengambil kesempatan." Ungkapnya merasa bahwa selain wajah, sifat suaminya turun mewarisi kepada seorang Nandish Julian Schmidt.

"Oh, iya dong." Ia tersenyum bangga sambil merapikan kerah kaus hijaunya.

**

Olyn setengah berlari saat melihat seluruh murid angkatannya sedang berbaris sesuai kelas dan jurusan. Tas ransel dan tas di genggamannya membuat Olyn merasa tetap lambat walau sudah berlari. Hari ini ia hanya membutuhkan waktu satu jam mulai dari mandi hingga sarapan. Ini semua ia lakukan karena mengejar waktu persiapan keberangkatan pukul 07.45 WIB.

Ternyata, hari baik tidak berpihak kepadanya. Sekitar satu kilometer dari sekolah, sebuah truk mogok di tengah jalan menyebabkan macet panjang. Tapi, selagi ia menggunakan motor semua bisa diatasi.

"Kenapa terlambat? Begadang semalaman ya?"

Langkah Olyn terhenti ketika Kania muncul dihadapannya. Gadis itu hanya memamerkan deretan gigi rapi nya. "Nonton drama Korea yang disaranin Milly kemarin, Ka."

"Terus tidur jam berapa?"

"Gak pagi-pagi banget kok, jam dua aja." Jawabnya polos.

Kania menghela napas pelan, "Yaudah, nanti di bus lanjutin tidurnya. Barisan lo dekat gedung kelas sepuluh." Tunjuk Kania pada barisan kelas dari jurusan IPA tersebut.

"Oke, makasih ya." Balasnya segera berlalu.

Satu suara dipimpin oleh Kepala Sekolah dengan ketua kelas setiap jurusan membantu barisan yang mereka pimpin. Posisi mereka sekarang memanjang mengikuti instruksi yang disuruh. Disamping mereka dengan jarak yang tidak terlalu jauh, telah terparkir rapi bus pariwisata yang akan membawa mereka melaksanakan penelitian rutin yang diadakan sekolah.

Setiap kaca bus bagian depan telah diberi tanda kepemilikan kelas berserta jurusan masing-masing.

"Astagfirullah, mata gue gak salah lihat 'kan, Josh?"

Joshua dan Julian yang berbaris di bagian belakang sedikit aman bila mereka tidak mendengar petuah yang terasa memekakan telinga.

Joshua mengernyit melihat Julian mengucek matanya, "Kenapa lo?"

"Itu," Joshua mengikuti arah telunjuk Julian yang memperlihatkan Eva sedang mendata suatu hal yang diucapkan Rafa.

"Sejak kapan dia ada di OSIS, kok gue gak tau." Bingung Joshua mengusap dagunya.

"Gue yakin, ini pasti ada udang dibalik bakwan."

"Iya, gue juga yakin seratus persen kalo ini ada udang dibalik tepung." Sambungnya menatap tajam Eva yang berjalan menjauh.

Keduanya pun menoleh merasakan sesuatu, lalu tersenyum tengil. "Jadi laper." Ucapnya bersamaan.

.

.

.

"Baiklah anak-anak sebentar lagi kita akan berangkat ke tempat tujuan. Sebelum itu, marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Bedoa, di mulai..."

SOMPLAK PLUS GESREK (SELESAI)Where stories live. Discover now