"Eomma boleh ikut?" tanyaku sambil lepas pelukan.

"Tentu saja,"

"Eomma tetap tinggal disini," teriak eomma yang bisa dengar percakapan kami.

"Eomma, gimana bisa aku meninggalkanmu disini," omelku tanpa susah payah harus menemuinya.

"Harga diriku!" oceh eomma sambil melonggok ke dalam kamar kami. "Tidak akan kubiarkan besan menginjak harga diriku, sudah iparku di penjara kemarin, lalu aku harus tinggal di rumah keluarga suamimu itu, idih, tidak sudi,"

"Eomma," Aku mengerti perasaan sakit hatinya tapi aku juga tidak mungkin meninggalkannya.

"Sso, jangan dibantah," cegah Taehyung saat aku ingin menjawab lagi.

"Eomma," panggil Taehyung. "Kalau gitu balik lagi ke rumah Appa ya, aku tidak jadi jual rumah itu, mau ku renovasi, lagian kan sudah tidak serem lagi wilayah sana,"

Eomma tampak berpikir.

"Eomma, jeball, itu rumah menantumu, bukan rumah besanmu eomma, rumah ini terlalu sempit, aku tidak mungkin biarkan eomma lama-lama disini, selama ini eomma kan bilangnya tinggal di rumah teman eomma yang besar jadi aku tidak khawatir,"

"Tidak usah, kau jual saja rumah itu, lagian kalian tidak bakal balik ke sana lagi kan?"

Aku dan Taehyung saling menatap ragu. "Eomma serius, tidak ada masalah eomma tinggal disini, orang-orang disini juga lebih ramah dibandingkan di sana yang suka bergosip. Bawa saja Soeun ke dorm Heechul Ahjussi-mu itu! eomma akui rumah ini memang sempit, eomma tidak mau Soeun malah jadi stress, atau kau yang jadi stress karena rumah seperti kandang ayam ini, ckckck, kasihannya pangeran ini," decak Eomma.

Aku lihat ekspresi Taehyung bete diejek eomma. Usai eomma keluar lagi, aku memegangi tangan Taehyung, berharap bisa mencairkan kekesalan dihatinya. Kupeluk lagi tubuhnya.

"Sso, sepertinya mobilku juga harus kujual,"

"Jangan dulu, kau hanya buat orang tuamu membenciku, tenanglah Nampyeon, kita akan pikirkan gimana ke depannya, pasti akan ada kemudahan dibalik kesulitan, percayalah." Aku memeluk semakin erat tubuhnya. Kasihan juga, ia sampai rela menjual mobil kesayangannya itu yang seingatku dikatakannya adalah hadiah kelulusan dan mengibaratkan mobil sedannya itu sebagai kekasih pertamanya.

"Astaga, kalian, bikin kesal," Eomma terlihat jengkel dan keluar kamar lagi. Aku melepaskan pelukan dan menatap Taehyung. "Kita memang harus pindah," putusku dengan wajah kesal. Eomma kalau sudaj sakit hati sulit untuk berdamai dengannya.

"Gomawo," Taehyung menakup pipiku lagi dan aku menghalagi bibirnya yang ingin mencium. Bisa kena lempar teflon eomma nanti.

Usai membereskan segala pakaian dalam tas, Taehyung bakal lebih dulu pergi ke dorm pamannya yang kosong untuk mengecek. Passwordnya sudah diberitahu jadi Taehyung bisa langsung masuk ke dorm itu.

Aku bersiap ke Choi Hotel lebih cepat untuk minta jam shiff-ku ditambah. Yah, walau pada akhirnya gajiku nanti tetap bakal dipotong Siwon Oppa karena uangnya sudah kupakai untuk biaya semester kemarin. Tapi aku butuh uang lebih. Tidak bisa hanya mengandalkan Taehyung yang juga tampaknya masih syok dengan resiko yang diterimanya sekarang.

Aku menatap langit yang berawan di pagi hari. Akh, kuharap cuaca selalu seperti ini untuk selamanya. Membuatku merasa dilindungi oleh Sang Kuasa. Tapi tetap saja aku selalu wajib memakai body lotion dan segala vitamin agar alergiku tidak timbul jika matahari tiba-tiba saja nongol. Payung pun juga tak pernah lupa kubawa, walau ini lebih merepotkan dibandingkan aku memakai coat, celana training dan masker.

"Kajja," seruku sambil melangkahkan kaki menuju halte bus. Aku berpisah dengan eomma karena eomma naik bus yang lain. Katanya eomma bekerja di sebuah supermaket sebagai kasir berkat bantuan temannya. Sekali-kali aku harus mampir ke tempatnya kerja untuk memijitnya.

LOVE ME RIGHT [KTH ❤ KSE ❤ JJK]Where stories live. Discover now