CPNPP 2:4

4K 207 13
                                    

Fajar pov.

Oke, hari ini dimulai dengan kejadian janggal. Bagaimana tidak! Mama entah kenapa tiba-tiba marah sendiri. Bahkan papa dan kedua kakakku diamuk secara tiba-tiba. Belum selesai di situ, di meja makan bahkan tidak tersedia apapun untuk sarapan. Dan saat di tanya, mama menjawab dengan sewot 'Lagi malas masak' yang membuat kami berempat melotot. Tapi, bukanya takut mama malah mengambil sapu, bersiap memukul kami. Yang pada akhirnya membuat papa, kedua abangku dan aku lari terbirit - birit. Bagiku dan kedua abangku, ini pertama kalinya melihat mama dalam mode seperti itu. Tapi, papa malah tertawa dan berkata. "Sepertinya harapan papa akan tercapai. Mood swing itu, sepertinya mama kalian berhasil papa hamili." Katanya sambil tertawa yang membuat aku dan kedua abangku saling lirik. Masa, orang hamil seekstrem itu. Bisa-bisa kami babak belur setiap hari, dan... Mungkin hari ini sangat surprise, karena mama datang ke sekolahku sambil membawa bekal dan menyuapi aku di kantin.

"MA, udah dong. Fajar malu, di lihatin ama temen-temen. Masa, udah segede gini. Masih di suapin. Mending, mama pulang aja deh, "kataku. Namun sepertinya aku salah langkah karena wajah mama seperti hendak menangis.

"Jadi, kamu ngusir mama, kamu tega sama mama... Huaa, di usir anak sendiri, rasanya sakit, padahal mama cuman lagi ngidam mau suapin kamu... Huaa." kata mama sambil menangis yang membuatku menjadi bahan tontonan di kantin.

"Fajar, loe tega ama. Mama loe lagi ngidam, masa loe usir, gila loe, "kata Arvan teman sebangku.

"Iya, gila loe jar, tante, udah jangan nangis. Nanti Nita bakal jitak Fajar, udah Diem ya." kata Nita tetangga kami.

Langsung, semua penghuni kantin menyalahkanku. Bahkan guru-guru yang baru datang ke kantin, juga sama. Apes-apes. Kalau begini hari ini, bakal jadi hari yang panjang. Belum berakhir sampai di situ, mama juga ikut masuk ke dalam kelas. Kebetulan bu Nur, guru matematika yang sedang mengajar, juga sedang hamil anak pertamanya. Alhasil bu guruku memahami perasaan mamaku dan mengizinkan mama masuk dalam kelas. "Hemm... Kamu, kok kelihatan bingung ama soal di depan, apa kamu belum paham." kata mama yang membuatku meringis malu.

"Iya, Fajar belum paham ma, maklum Fajar kan, ga sepintar abang Diego ama Daniel, "

"Coba, sini, mama yang kerjakan. Soal ini, kayaknya mama masih ingat, gimana caranya."

Mama dengan cekatan mengerjakan soal itu, setengah jam, beliau berhasil mengerjakan ke sepuluh soal itu, di sertai dengan cara mengerjakannya. Yang juga bisa Ku mengerti secara mudah, ini asik. Kalau Mood mama seperti ini, aku bisa dapet nilai perfect terus. Kalau di rumah boro-boro. Mama selalu di kudeta papa, dan tidak bisa menemani kami belajar.

Pulang sekolah, mama membagikan kue untuk teman sekelas dan juga guru-guru, penjual di kantin dan pekerja sekolah. Mama bilang, beliau berterima kasih, karena mereka berhasil membuatku jadi anak pintar. Dan tentu saja semua orang senang dengan hal ini.

"Fajar, kita mampir ke mall dulu ya, mama pengen beli sesuatu. Kamu, mau kan? "

"Memang, papa ga bakal marah ma, tau sendiri papa seposesif apa sama mama. Bisa-bisa Fajar kena amuk,"

"Ga bakal, orang mama udah kasih tau papa, kalau lagi ngidam, dan tenang saja, dua berondong mama, juga bareng kita kok. Ini pasti, bakal seru." kata mama girang yang membuatku tersenyum.

Benar saja, kami sampai di mall, dan 2 kakak ku sudah menunggu di sana, tapi, kenapa mimik muka mereka takut begitu. Satu-satunya yang bisa membuat kedua kakakku mati kutu, adalah... Mampus! Papa ada di sana. Bakal di sidang nih. "

"Bagus, jalan-jalan sama 3 berondong kamu ya, hemm... Aku ga di ajak," tanya papa.

"Ya... Ga bisa jalan-jalan bebas, Bodyguard paling serem, udah dateng, sedih hayati. Tapi, kenapa papa ada di sini, bukanya papa ada meeting di kantor. Atau... Papa, "kata Mama sambil tersenyum menggoda. Yang membuat aku dan kedua kakakku tertawa, melihat wajah papa yang sudah agak takut, namun sesaat kemudian kembali datar.

"Papa apa? Udah papa bilang, papa ga bakal biarin mama jalan, sama cowok manapun termasuk anak kita, so papa akhirnya ke sini. Kita itu sepaket jadi jangan coba-coba bertingkah, mama. "

"PA, MA, kalau mau pacaran, di rumah, jangan di sini, malu, di lihat orang." kataku yang membuat papa memandangiku tajam, sementara mama hanya tersenyum.

Setelah itu, kami pulang ke rumah, mama langsung ke kamar mandi, biasa efek hamil. Sementara aku bergegas masuk ke kamar, beristirahat.

Cinta Putri Nerd dan Pangeran PemulungUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum