CPNPP Season 2 :2

3.2K 234 3
                                    

Daniel Pratama

Kali ini tindakan yang mereka lakukan sudah kelewatan, sejak masuk sekolah ini aku dan bang Diego sudah membuat perjanjian kalau kami akan berakting bertolak belakang. Bang Diego dengan kebrutalannya sehingga di cap Devil. Sedangkan aku dengan sifat baik dan terkesan jenius yang menjadi kesayangan guru-guru. Namun itu sudah tidak berlaku untuk sekarang. Bagaimana pun kita ini kembar jadi sifat kami sebenarnya tidak beda jauh, semua orang berfikir aku anak baik-baik yang tidak bisa berkelahi, padahal aku 11:12 dengan bang Diego.

Setelah kami selesai membersihkan kekacauan yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab. Aku dan bang Diego menempati bangku kami dan berakting Seolah-olah tidak terjadi apapun. Satu per satu siswa dan siswi mulai masuk. Kulihat raut wajah mereka kaget karena melihat kami sudah di dalam kelas, bahkan mereka juga kaget melihat kelas kami yang sudah bersih.

"Double D. Loe berdua yang bersihin kelas ini sampe kinclong. Tumben? Biasanya loe berdua paling anti sama yang namanya piket, "tanya Wahyu ketua kelas kami.

" Emang kenapa kalau kita berdua yang bikin kelas ini kinclong. Loe mau protes, sini kalau mau protes hadepin gue. Mending kita berdua yang piket daripada loe-loe pada, udah orangnya banyak ga bersih lagi. Dan ngapain loe semua mandangin gue. Cepet duduk!!! Atau loe semua pengen ngerasain pukulan gue. "kata Bang Diego yang membuat semua orang langsung menempati bangku mereka masing-masing.

Rasanya aku ingin tertawa melihat suasana kelas ini, di pagi seperti ini biasanya kelas ini ramai, tapi sekarang mendadak sepi. Tentu ini diakibatkan kedatangan kami yang terlalu pagi, atau karena bang Diego memancarkan hawa dingin yang sangat kuat, membuat beberapa teman sekelas ketakutan. Tidak berselang lama guru kami masuk, kulihat dari raut wajah guru kami, beliau seperti kebingungan dengan suasana kelas kami yang sangat mencekam. "Beri salam" ucapku yang langsung membuat semua orang berdiri.

"Selamat pagi bu" ucap kami serempak yang membuat ketegangan di kelas sedikit mencair.  "Kayak anak tk aja, pake begini segala". Protes bang Diego yang membuatku tertawa kecil.

"Selamat pagi. Oke sesuai yang saya bilang minggu lalu hari ini kita mengadakan ulangan, jadi simpan semua buku kalian. Kalau ketahuan ada yang nyontek. Saya akan mengosongkan nilai kalian. "

Ulangan fisika hari ini lumayan membuat pusing, bayangkan saja baru datang ke sekolah langsung di beri 50 soal essay. Tentu saja semua orang mengeluh kesusahan, termasuk aku yang tiba-tiba blank dalam mengerjakan soal ini, alhasil sampai bel berbunyi soal terakhir tidak sempat ku jawab. Kulirik bang Diego yang tersenyum Seolah-olah dia mengatakan (Loe bisa pusing juga ngadapin soal) sialan sepertinya dia senang melihatku menderita, tapi justru itu yang membuat kami akrab terlepas kami saudara kembar, selesai ulangan fisika kami mendapatkan jam kosong karena guru mapel selanjutnya sedang cuti melahirkan dan beliau hanya memberi tugas kami mengerjakan tugas di Lks.

Bel istirahat berbunyi, kami berdua langsung menuju kantin. Baru saja kami memasuki kantin, sekelompok orang dengan muka kurang bersahabat. Begitu melihat mereka dengan rupa abstrak itu, aku yakin mereka adalah dalang di balik kejadian tadi pagi. "Loe semua mau ngapain, halangin gue ama abang gue. Loe semua mau masuk rumah sakit." kataku yang membuat mereka tertawa.

"Hahaha. Liat ni guys, Daniel si anak baik-baik marah sama kita, mending loe minggir urusan kita semua itu ama abang kembar loe. Kalau loe ga mau, kita yang bakal bikin loe berdua masuk rumah sakit, "kata salah seorang di antara mereka.

"Minggir. Loe ngaco ya. Abang gue ga perlu turun tangan cuman buat ngadepin kroco - kroco kayak loe loe semua. Sini maju gue bakal kirim kalian ke rumah sakit." ucapku yang berhasil menyulut emosi mereka. Dasar bego gampang banget ngejebak kalian.

"Jangan salahin gue, kalau loe luka parah. Keroyok dia. "perintah siswa yang tadi berdebat denganku.

Mendadak aku sudah di kepung 10 orang dengan pandangan meremehkan. Sementara bang Diego malah sibuk menyuruh beberapa siswa membelikan dia makanan. Semua orang di kantin langsung menyingkir ke pinggiran supaya tidak jadi korban kami. Mereka bersepuluh maju secara bersamaan. Namun tidak sulit bagiku untuk berkelit dan menghajar mereka satu per satu. Cih, bertarung cuman menggunakan otot. Mereka cuman tukang bully kacangan, tidak tau cara bertarung yang baik. Dan hanya berani membully orang yang di anggap lebih lemah dari mereka. Aku langsung menjegal 2 orang yang berada di dekatku dan membuat mereka mencium lantai dengan keras. Kemudian 4 orang berikutnya kuhadiai pukulan di wajah mereka yang membuat mereka berteriak kesakitan. 4 orang tersisa dengan teriakan keras berusaha memukulku namun aku berkelit dan langsung menghajar mereka. Oke dalam sekejap sepuluh orang sudah terkapar di sekitarku dan berteriak kesakitan. Cih cuman di tendang dan di pukul segitu saja seperti jadi korban penganiayaan tingkat tinggi. Dasar banci. Aku kemudian mendekati orang yang tadi berkonfontrasi dengan kami dan menginjak tangannya hingga dia berteriak kesakitan.

"Heh. Diem loe. Baru kayak gini aja, udah teriak-teriak ga karuan. Eh kakak kelas songong, sekarang gue tanya sama loe? Siapa yang nyuruh loe semua corat coret kelas gue, pake kata-kata ga pantas buat mama gue? Siapa!!! Jawab sampah!!!  Atau gue buat tangan kanan loe ini ga bisa loe gunain seumur hidup loe. "

"Ja... Jangan, oke gue ngaku. Yang nyuruh gue itu musuhnya Diego. Orang yang lagi di rawat di rumah sakit sekarang," Katanya.

"Beneran? Awas kalau loe bohong. Gue bakal buat loe minta cepet mati, ngerti loe. "kataku yang di balas anggukan lemah.

"Niel, udah cukup. Kelihatannya dia bicara jujur. Loe enggak perlu buang-buang tenaga lagi, eh kalian bawa mereka ke uks dan pastiin mereka di obati. Cepetan!! Atau loe semua mau berhasil kayak mereka, ini baru Daniel. Belum gue yang turun tangan. "ancam bang Diego yang membuat berapa cowo langsung membawa musuh-musuh gue ke Uks.

"Niel, cabut. Gue ga selera buat makan lagi. Eh loe, nih duit buat bayar makanan ini, kalau ada kembaliannya loe ambil aja."

Kami berdua kembali ke kelas, dan merundingkan masalah tadi. Tiba-tiba hp miliku bergetar yang membuat perhatian kami berdua teralihkan.

"Eh, tumben bik Narsih telfon? Ini ada apa ya, kok perasaan gue jadi ga enak bang, "

"Udah, angkat dulu. Siapa tau penting."

Kuangkat telfon dari bik Narti, namun yang kudengar hanya suara tangis.  "Halo bik. Bibik kenapa kok malah nangis, bicara yang jelas bik. Daniel ga ngerti Bibik ngomong apa. Nah gitu pelan.... APA RUMAH KITA DI RAMPOK DAN MAMA JADI KORBAN. OKE OKE DANIEL AMA BANG DIEGO PULANG."

Cinta Putri Nerd dan Pangeran PemulungWhere stories live. Discover now