8. He's Back

13.5K 1.1K 43
                                    

Jihyo berjalan menunduk sambil terus memukul-mukul kepalanya. Saat ini dia tengah berada di luar. Bermaksud mencari makan siang. Biasanya Jihyo akan mengajak Chan makan siang bersama. Tapi sejak kejadian kemarin Jihyo bertekad menjauh dari si brengsek itu.

Dia menggerutu sepanjang jalan. Mencoba mengingat kembali kejadian tadi pagi. Entah apa yang terjadi, Jihyo mendapati dirinya tidur sendiri di sofa ruang kerja Yoongi. Kepalanya berdenyut nyeri. Seingat Jihyo kemarin dia bersama Yoongi sebelum kesadarannya hilang karena menenggak minuman aneh itu. Setelah itu Jihyo tidak ingat apapun. Aish..... Terkutuklah minuman sialan itu. Gara-gara meminumnya Jihyo jadi mabuk.

Jihyo menyadari pasti ada yang terjadi semalam. Melihat pagi itu Yoongi seakan menghindar darinya. Pasti ada sesuatu yang salah. Jihyo mengutuk dirinya sendiri yang bisa-bisanya mabuk di depan bosnya.

"Aisshh.. Kenapa aku tak ingat sama sekali kejadian semalam? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa PD-nim jadi bersikap aneh kepadaku? Jangan-jangan aku menyumpahinya? Atau mengutuknya? Atau mengata-ngatainya dengan kata-kata kotor? Ah.. Aku sungguh tidak ingat." Jihyo menggeram kesal. Dia sungguh takut jika mulut ceplosnya ini melontarkan kalimat yang menyinggung perasaan Yoongi. Jangan sampai itu terjadi. Jika benar, sudah dipastikan riwayat Jihyo akan tamat.

"Apa aku tanyakan saja padanya? Tapi bagaimana kalau dia tiba-tiba marah dan langsung memarahiku? Atau lebih parahnya lagi dia memecatku? Oh.. bagaimana ini? Aku belum siap jadi pengangguran." Jihyo meremas rambut ikalnya. Sungguh dia tak ingin jika pikiran buruknya menjadi kenyataan. Dipecat? Memikirkannya saja sudah membuatnya pusing. Memang dulu gadis ini ingin sekali keluar dari perusahaan terkutuk itu. Tapi setelah bekerja selama kurang lebih dua tahun disana, membuatnya tanpa sadar mulai mencintai pekerjaannya itu. Meski perlakuan Yoongi serta rekan kerjanya bisa dianggap jahat terhadap Jihyo, tapi entah kenapa ada perasaan tidak rela jika Jihyo memikirkan akan keluar dari perusahaan tersebut. Mungkin tanpa dia sadari, dia mulai merasa nyaman bekerja disana.

Saat Jihyo sedang asik dengan pemikirannya, tiba-tiba saja sebuah tangan mencekal erat lengan Jihyo. Menarik gadis itu kesebuah gang kecil diantara bangunan-bangunan tinggi yang menjulang. Orang itu menghempaskan tubuh Jihyo dengan kasar. Tangan yang dipenuhi dengan tato tersebut mendorong tubuh Jihyo hingga membentur dinding pada gang sempit itu.

"Setelah sekian lama aku bisa menemukanmu Park Jihyo." Seorang pria muncul dari balik topi hitamnya. Menunjukkan smirk tajam yang mematikan.

Tubuh Jihyo seketika menegang saat pertama kali pandangan mereka bertemu. Pria yang selama ini Jihyo hindari tiba-tiba saja muncul tepat di hadapannya.

"Kakak..!!" Suara Jihyo bergetar. Keringatnya bercucuran. Kali ini dia sungguh ketakutan.

"Sudah ku bilang jangan panggil aku kakak Jihyo. Aku bukan saudara kandungmu. Kita tidak ada ikatan darah apapun. Panggil aku Lee Bongsoo. Bukankah terdengar lebih akrab. Hem?"

"Apa yang kau lakukan disini?" Jihyo menarik nafasnya perlahan. Mencoba mencari keberanian yang tersisa didalam dirinya. Menghadapi pria brengsek ini harus memerlukan kekuatan ekstra.

Pria yang bernama Lee Bongsoo itu tertawa. "Kau bertanya kenapa aku disini? Tentu saja untuk mencarimu manis? Hampir empat tahun tidak bertemu, kau makin cantik saja." Dia memegang dagu Jihyo seolah meneliti setiap inci wajah gadis itu. Dia kemudian melirik kearah dada Jihyo.

"Punyamu juga semakin besar. Aku tahu itu, meski kau tutup dengan seribu pakaian sekalipun, kau tak akan pernah bisa menutupinya dari mataku. Wah.. Sungguh kau tumbuh dengan baik. Sayang sekali aku tak dapat melihat punyamu itu tumbuh. Apa sekarang aku boleh memegangnya?" Ucapan Bongsoo membuat Jihyo tersentak.

The Devil Producer (Min Yoongi) - ENDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant