1. He's The Boss

42.9K 1.7K 72
                                    

Suara decitan keyboard yang berpadu dengan kesepuluh jari membuat perpaduan suara yang unik menggema diseluruh ruangan. Seorang gadis tengah sibuk mengetik salinan tulisan tangan yang ada didepannya. Kaca mata tebal bertengger dipangkal hidungnya. Melindungi mata sang gadis dari pantulan cahaya monitor yang terang.

Jihyo meregangkan seluruh otot dan sendinya setelah berhasil menyalin 50 lembar lirik lagu kedalam draf komputernya. Ia menoleh kearah pria yang tengah sibuk menekan tuts piano. Mengulang beberapa nada dan menyusunnya menjadi sebuah melody yang mengalun indah.

Jihyo menguap lebar. Matanya terfokus pada jam dinding yang tertempel di sudut ruangan. Jam menunjukkan pukul 11.45 malam. Dia mendengus kesal kearah pria yang sedang duduk membelakanginya.

"PD-nim ini sudah hampir jam 12 malam. Bisakah kau lanjutkan menyusunnya besok saja?"

Pria itu menoleh pada jam dinding yang tergantung. Dia mendesah. Sebenarnya dia juga ingin menyudahi ini, tapi tuntutan deadline yang mengejar tidak bisa memberi kelonggaran waktu. Dia harus menyusun musik untuk rencana comeback terbaru group asuhannya. Demi mendapat lagu yang terbaik. Dia harus rela memotong jam tidurnya hanya untuk menyusun musik agar mendapat lagu yang sesuai ekspetasinya.

"Tunggu sebentar lagi. Aku masih menyusun beberapa not yang belum sempurna."

Jihyo berdecak sebal. Bukan tanpa alasan karena dia sudah cukup hafal jika bosnya mengatakan sebentar lagi sudah pasti itu bukanlah rentang waktu 10 atau 15 menit saja. Bisa dipastikan mata Jihyo akan terjaga untuk dua atau tiga jam kedepan. Yang artinya gadis ini harus menahan kantuk lebih lama lagi.

"Sebenarnya not apa yang belum sempurna? Kau dari tadi sibuk mengulang melody yang kau buat dua jam yang lalu. Bahkan aku sampai hafal karena kau terlalu banyak mengulangnya."

"Kau mengaturku? Jadi siapa yang berprofesi sebagai producer disini? Aku atau kau Park Jihyo?" Sebuah kalimat terlontar dari mulut pedas pria didepannya. Kalau sudah seperti itu tak ada pilihan lain selain bungkam.

"Tentu saja Min Yoongi PD-nim." Jawab Jihyo dengan nada sedikit di lebih-lebihkan.

"Daripada kau sibuk mengurusi urusanku lebih baik kau lanjutkan mengetik lirik itu. Apa kau sudah mengerjakan semuanya?"

"Tentu saja aku akan mengerjakannya. Aku cepat dalam hal ketik mengetik. Aku menggunakan 10 jariku secara bersamaan. Bukan seperti dirimu. Mengetik dengan dua jari." Balas Jihyo tak mau kalah. Dia benar-benar sudah sangat kesal dengan bosnya ini.

Sebuah decakan kasar terdengar dari mulut Yoongi. Dia memutar kursinya 180 derajat menghadap gadis cerewet itu. "Hentikan celoteh tidak bergunamu itu gadis bodoh. Kau ingat siapa aku? Aku bosmu dan kau bawahanku. Jadi belajarlah untuk menjaga batasanmu." Mulut pedas Yoongi mulai bekerja. Menyuarakan isi kepala dinginnya.

"Ya,Ya, kau benar PD-nim. Harusnya aku bisa menempatkan diriku. Apalah arti diriku yang hanya sebagai alat pelunas hutang." Sarkasnya lalu melanjutkan kembali aktivitas mengetiknya tanpa melihat tatapan bengis Yoongi yang sedari tadi tengah mengintimidasi nya.

"Salahkan dirimu sendiri yang terlalu ceroboh sampai membuatmu terjebak disini Jihyo. Jadi jangan pernah kau melimpahkan semua kesalahanmu pada orang lain. Ini semua terjadi atas dasar dirimu sendiri."

Jihyo terdiam. Secara langsung mengiyakan perkataan Yoongi. Memang dirinya sendiri yang membuat kesalahan ini. Ingatannya menerawang pada dua tahun yang lalu. Andai saja waktu itu dia tidak melakukan tindakan ceroboh, Jihyo yakin saat ini dia tidak akan berada disini.

Jihyo terpaksa harus bekerja disini demi melunasi hutang patung yang ia pecahkan. Miris memang hanya karena patung kecil dirinya harus terkungkung didalam neraka jahanam ini. Mungkin bagi sebagian orang, dapat bekerja dibawah naungan MIN Entertaiment adalah sebuah keberuntungan. Tapi tidak dengan Jihyo.

The Devil Producer (Min Yoongi) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang