Episode: Consequences (4)

1.3K 150 2
                                    

Malam ini, tepatnya di salah satu bioskop agak eklusif. Jonas dan beberapa temannya memutuskan untuk menonton film. Genrenya horor, dan Jonas yakin dia akan mati serangan jantung ketika dia melihat sosok setan yang akan muncul di layar besar yang berjarak lebih kurang delapan meter di depannya.

"Misi mas..."

Jonas mengadahkan wajahnya, memberikan jalan kepada dua orang perempuan yang baru saja meminta ijin untuk melewatinya. Dia kembali melirik hpnya. Teman-temannya berderet di belakang sementara dia berdua dengan Fikar harus rela berdua di kursi terpisah.

"Kalo setannya nongol gimana, nih? Gue gak mau di pojokkan gini tapi gue gak mau disitu, ac-nya kenceng banget"

"Bawel..."

Jonas seperti pernah mendengar suara itu. Tapi wanita yang baru saja bersuara terdengar lebih lembut dibanding yang pernah dia dengar. Dia melirik dari ekor matanya.

Bioskop yang remang, membuat penglihatan Jonas semakin tidak jelas. Masa bodohlah.

"Anying!!!!" Teriak Fikar berbarengan dengan beberapa penonton yang terkejut karena adegan barusan

Puluhan menit ini, merubah suasana bioskop semakin mencekam. Jonas sudah menguap beberapa kali dan tidak berhasil menahan kantuknya. Sementara di depan sana, adegan yang terlihat menyedihkan mulai terlihat.

Ada suara isakan di sebelahnya. Jonas tidak tahan untuk menoleh karena jelas-jelas, adegan di film itu tidak sesedih itu. Hanya yah, beberapa orang meninggal. Dengan cara yang kejam tentu saja.

Cowok itu nyaris melotot karena menyadari siapa gadis di sebelahnya. Dia sempat terbatuk tapi kemudian berhasil bingung kembali memandang gadis di sebelahnya.

Kanaya.

Jonas mengerjap. Kakak kandung Shafiya, sedang duduk tepat di sebelahnya. Menonton film horor, menangis. Demi Tuhan, Jonas ingin mengatai perempuan itu sekarang.

Tapi begitu dia berniat merekam perempuan itu, Jonas berhenti. Dipandanginya Kanaya yang tampak memandangi layar bioskop dengan sedih.

Kanaya terlihat berbeda, dan Jonas menyandarkan tubuhnya menyamping. Agar lebih dapat memperhatikan gadis yang pernah menamparnya itu.

Perempuan itu benar-benar memandang ke layar bioskop tapi Jonas merasa, perempuan itu tidak di sana. Seperti jiwa Kanaya sedang berada di tempat lain. Bahkan sepertinya perempuan itu tidak sadar sedang meneteskan air mata dengan begitu cantik.

Cantik?!

Jonas memegangi dadanya sambil mengerjap. Otaknya sudah rusak sepertinya. Kenapa dia bisa berpikir Kanaya cantik?! Perempuan itu lebih tua darinya, bahkan pernah menamparnya.

Cowok itu menegakkan tubuh dan menarik nafas.
Menarik perhatian Fikar yang sedari tadi sibuk berteriak.

"Pst!" Fikar mendekati Jonas dan berbisik, "Kenapa lo anying? Gak ada adegan setan, gak usah serangan jantung..."

"Berisik!" Omel Jonas setengah berbisik. Dia kembali melirik sedikit ke arah sebelahnya.

Kanaya masih di sana, menghela mafas dan menunduk. Mengeluarkan lembaran tisu dan kemudian menyeka wajahnya.

Jonas mengerjap. Kalau perempuan itu ada masalah dan ingin menangis, kenapa menonton film horor?

Aneh.

Tapi dia lebih aneh karena memperhatikan perempuan itu. Jonas menjadi was-was sendiri. Walaupun setengah bersyukur karena terhindar dari serangan jantung, tapi pusing sendiri karena dia masih saja memperhatikan Kanaya.

"Kar..." Jonas berbalik dan melotot kepada Fikar

"Apa salah gue sampe lo melotot nyolot gitu?" Tanya Fikar dan menyuapkan pop corn ke dalam mulutnya

Jonas bersandar, mendekat kepada Fikar dan kembali bertanya, "Gue harus ngapain sekarang?"

"Hah?" Fikar mengunyah kembali popcornya sambil menatap bingung Jonas, dan cowok itu kembali mengambil popcorn sambil mengerjap kepada sahabatnya yang terlihat panik, "Kebelet pipis lo abis liat setan?"

"Nah!!!!!" Jonas berteriak

"Sssssh!!!!!" Tegur hampir seisi studio kepada Jonas dan Fikar yang sudah melotot kepada Jonas. Memalukan anak satu ini.

Fikar menampar pelan wajah Jonas sambil berkata, "Ngapa lu boy, astaghfirulloh... Ya, Allah..."

Jonas butuh ke toilet. Menenangkan dirinya yang tiba-tiba saja takut kalau Kanaya menyadari kehadirannya.

Sialan?! Kenapa juga dia takut Kanaya menemukannya? Memangnya salah dia apa? Jonas sudah selesai berurusan dengan adik perempuan itu, sudah tidak mengatainya lagi.

"Gue ke toilet. Minggir!" Jonas menepuk keras lengan sahabatnya yang kembali melotot lalu memberikan jalan kepada Jonas

Cowok itu menggelengkan kepala ketika berjalan di lorong.

IPWhere stories live. Discover now