Episode: Archer (4)

2K 219 0
                                    

"Eugh, Nad. Mau gak lo jadi cewek gue?"

Nadya menatap Esa dengan mengerucutkan bibirnya, "Becanda mulu sih, onderdil kapal..."

Bisa-bisanya Esa bercanda seperti ini. Padahal Nadya sedang kebat-kebit, sebenarnya tidak terlalu. Karena tiba-tiba saja bertemu Esa lagi dan sebentar lagi sore.

"Lho, serius gue. Mau gak?"

Ini mau mengajak pacaran atau mengajak perang? Nadya membatin dalam hati sejak Esa mengeluarkan pertanyaan itu. Demi apa? Esa Pradana yang incaran cewek-cewek dan idola itu mengajak dirinya pacaran? Pasti ada yang tidak beres dengan pusat tatanan surya sampai Esa mengatakan kalimat itu.

Tidak mau ambil pusing. Nadya mengibaskan tangannya kemudian menatap Esa, "Boleh. Satu hari doang ya, besok udah enggak loh..."

"Yah, masa sehari?"

Lalu Esa mendekat kepadanya, merangkul lengannya dan kemudian menoleh ke segerombolan kawanannya yang masih saja meretake adegan menceburkan diri ke pantai

"Yah, boleh deh. Kuy, mau kemana kita pacar? Mau makan? Apa mau jalan-jalan? Naik banana boat? Tenang aja kalo tenggelem gue yang selamatin, lo bolehnya tenggelem di lautan cinta gue..."

"Gak waras lo, sinting" Nadya menggelengkan kepalanya. Dia berteriak memanggil Chantika dan kemudian gadis itu melambaikan tangannya

"Udah paham gitu lo mau pergi?"

Nadya menoleh kepada cowok itu. "Iyalah. Kan ada hp. Nanti gue yang kabarin. Mau kemana kita? Eh, eh, Sa. Ada ice ice baby ah yang gue pengen..."

"Gelatooooo"

Gadis itu mengerucut kembali, Esa baru saja memotong ucapannya dengan cepat, "Iya, itu. Yuk..."

"Baru kan makan sayang. Makan yang lain aja, minum air putih..."

Saking gemasnya, Nadya sampai mencubit pipi Esa dengan gemas dan kemudian membekap mulut cowok itu dengan cepat. "Bawel banget. Ih!!!!! Jangan dijilat tangan gue, Esa!"

Esa tertawa lalu memegangi perutnya sementara Nadya sudah memberikan pandangan marah-semarah-marahnya yang dia miliki. Nadya menarik kemeja cowok itu dengan cepat mencengkramnya dan kemudian menggeram pelan

"Adoh! Ganteng-ganteng jorok banget sih, Esa. Gila lo..."

Esa berjalan menyelaraskan langkahnya yang kecil dan tidak menolak ketika Nadya masih saja membersihkan tangannya dengan kemeja Esa. "Makanya ngapain pake bekep segala? Lo juga dulu pernah tuh jilatin tangan gue pas gak sengaja gue bekep..."

"Serah lu aja, deh sarap. Gilak..."

"Kok kocak sih, pacaran sama luuuu" Esa merangkul sekali lagi Nadya dan mengacak rambut Nadya dengan gemas

"Sehari loh ya, sehari. Jangan keterusan. Gue gak mau jadi mainan, lo..."

Esa terlihat menyetujui ucapannya. Nadya menggelengkan kepala saja. Cowok ini ternyata benar-benar sinting bukan hanya gosip belaka. Tapi seingat Nadya, Esa kan bukan playboy seperti cowok pada umumnya. Kenapa tiba-tiba mengajaknya pacaran?

Pusinglah, mending dia masuk ke dalam mobil lalu mengademkan diri dan pergi ke tempat makan enak dan membuat Esa menraktir dirinya.

Belum juga sukses masuk ke dalam mobil. Nadya berusaha membuka pintu, sayangnya cowok itu sudah berdiri di belakangnya dan satu tangan Esa meraih gagang pintu, "Pelan-pelan naiknya jangan bar-bar. Sini gue bukain..."

Meleleh. Nadya menurut saja masuk ke dalam mobil. Setelah duduk, Esa bukannya langsung beralih naik ke pintu supir, dia malah memasangkan seatbelt milik Nadya kemudian tersenyum.

Deg-degan. Tapi mau tersenyum malah gagal. Nadya malah menepuk tangan Esa dan kemudian menatap tajam, "Duh, kebanyakan gaya. Naek buruan. Gue haus banget, Sa. Ya Tuhan. Serius deh ini panasssss"

"Jangan ngedesah. Ntar aja waktu kita masih banyak..."

"Aduh, gue tunggu lo, Sa..." Nadya bergidik ngeri kemudian. Dia melihat Esa dengan setengah berlari ke pintu kemudi dan menyalakan mesin mobil.

"Mau minum banget?"

Nadya menganggukkan kepalanya, "Iya. Beli di minimarket aja ntar, gue seret abis nge eskrim..."

Esa terlihat mengangguk kecil. Cowok itu, sayang saja kalau hanya dijadikan pacar satu hari. Tapi Nadya sadar tadi. Esa tidak mungkin ramah kalau dia berpenampilan seperti biasanya dia ke kampus. Dandan begini saja karena dia dapat peran jadi cameo di dalam video klip. Kalau tidak, mungkin Nadya sudah berakhir dengan kaos oblong longgar dan celana jins pendek juga sneakersnya. Yah, mana mungkin Esa naksir kepadanya. Lucu.

"Bentar, jangan turun sendirian. Bareng aja..."

Nadya melongo sekarang. Buat apa Esa membuka kemejanya segala dan kemudian menciumi kemejanya sendiri. Kelainan ini cowok ganteng, tidak apa-apalah daripada homo.

"Nih..." Esa menyodorkan kemejanya, "Sorry deh, kalo bau. Tadi di dashboard ada parfum, kok. Itu daleman mau dipamerin sampe kapan?"

"Ih, apaan sih? Lo mah. Terus lo pake apaan? Kaosan gitu?" Nadya memandang naik turun ke Esa, badannya bikin Nadya panas dingin.

"Ada jaket..."

"Nah, gue aja yang pake jaket..."

"Gak bisa. Jaket gue cuma bisa nutupin sampe pantat lo, gak boleh seksi-seksi nanti banyak yang naksir, bahaya bisa-bisa gue lo putusin sejam lagi..."

Nadya langsung menyentil kening cowok itu. Mau tidak mau dengan sukarela membuka kimononya dan melirik Esa yang menatap ke arah lain lalu memakai kemeja cowok itu. Kebesaran. Sampai lutut panjangnya.

"Yuk..." ajak Esa kepadanya

"Bukain pintunya..." Nadya senyum begitu saja

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang