Episode: 88,56,32 (1)

3.2K 197 0
                                    

Di sudut lain beranda gedung A kampus fakultas ekonomi di universitas paling keren sepanjang masa Indonesia. Sekumpulan orang sedang berkumpul sambil berbicara kepada satu sama lain.

Lima orang lainnya membentuk grup sendiri dan membicarakan pilihan makanan yang mereka inginkan untuk makan siang hari ini. Lima meter dari tempat mereka berdiri, delapan orang lainnya sedang berbicara mengenai project dan pekerjaan mereka.

Tapi mereka memiliki tujuan yang sama berkumpul di sini. Bertemu salah satu perempuan cantik yang selalu menjadi cinta dalam hati laki-laki jurusan bisnis dan primadona kampus yang terkenal ramah dan baik hati. Hanya saja tidak pernah memberikan kesempatan bagi teman kampusnya untuk melewati batas sebagai teman.

Lena, sudah keluar dengan anggun dan cantik ketika beberapa wisudawati lainnya terlihat lelah. Dia sama sekali tidak terlihat terganggu dengan keramaian dan kemudian menghampiri teman-temannya.

Lima orang tadi, mendekat dengan heboh ketika Lena melihat mereka. Dua dari mereka, pernah menaruh hati kepada Lena, yang perempuan itu balas dengan penolakan halus. Dua lainnya, sahabat Lena, yang menemani Lena sejak menjadi mahasiswa baru hingga mereka lulus. Satu lagi adalah laki-laki yang Lena sudah anggap kakak sendiri.

Delapan orang lain yang mendekat bersamaan adalah teman Lena semenjak smp dan sma. Mereka datang dari berbagai kota tempat mereka ditugaskan. Lima dari mereka adalah laki-laki dan tiga lainnya perempuan.

"Lena selamat ya, akhirnya selesai juga perjuangannya menuntut ilmu..." Tere, sahabat Lena, memeluk gadis itu dan memberikan pelukan hangat ke pada Lena

Bergantian dengan Tere, Danisha, gadis lainnya yang sama-sama menuntut ilmu dengan Lena di jurusan bisnis juga melakukan hal yang sama, "Good job, honey. Semoga berkah ya, ilmunya"

"Amin..." Jawab Lena dengan mantap lalu beralih kepada tiga laki-laki dengan buket bunga dan juga kotak berwarna hitam dengan hiasan pita di tengahnya, "Repot amat. Dibilang kasih kue aja jangan kado. Kan gak bisa dimakan ini..." canda Lena namun tak urung menerima pemberian sahabatnya, "You are the best, guys..."

Fathir, sahabat Lena yang sampai saat ini masih mengharapkan Lena menjadi miliknya kemudian menyerahkan buket bunga, "Udah, ambil aja. Udah dibeli nih..."

"Thank you..."

Devan melakukan hal sama dengan kotak hitam miliknya, "This, you gotta need this girl. Kalo kondangan pergi sama gue..."

"Sepatu ya?" Tebak Lena sambil menerima kotak tersebut. Laki-laki itu hanya tersenyum kepadanya. Seolah tebakan Lena benar, nyatanya Lena memberikan wajah kecewa ketika mengintip isi dari kotak tersebut, "Coklat..."

"Tapi bentuknya sepatu..." sahut Devan

Elang yang sedari tadi mengamati hanya menambahkan dengan tenang, "Tapi handmade dari kita. Dimakan ya, Len. Gak ada racunnya..."

"Iya..." Lena tersenyum kemudian beralih ke delapan orang yang sudah menunggu giliran untuk disapa dirinya.

Ada guratan kecewa ketika dia hanya melihat delapan orang di sana. Tetapi detik berikutnya Lena sadar, dia harus tersenyum agar semua sahabatnya tidak kecewa.

"Kenalan-kenalan dulu dong... Mereka sahabat gue, baru sempet datengin temennya pas wisuda doang..." setengah menyindir, Lena tertawa dengan pelan lalu memperkenalkan satu persatu temannya kepada teman kampusnya.

"Selamat ya anak kecil akhirnya bisa wisuda doang..." laki-laki bertubuh tinggi tegap, Adam, menjabat tangan Lena

Maya, dan Rena melalukan hal yang sama, selanjutnya Ilyas, Raka, Theon, Oktav menyelamati Lena.

Berbeda dengan ke tujuh orang lainnya, Janet, berdiri cukup lama dengan tatapan sedihnya kemudian memeluk Lena. "Gue tau lo pasti kecewa karena dia gak dateng, Len..."

Lena menganggukkan kepalanya. Menguraikan pelukan Janet dan tersenyum dengan manis, "Udah, ah. Mau foto kan kalian sama gue? Hayuk? Keburu luntur make upnya..."

Semua orang sibuk mengantri foto bersama Lena dengan berbagai pose milik mereka. Mulai dari pose anggun bak putra-putri kerajaan, hingga pose memalukan. Sampai banyak pasang mata menoleh kepada mereka hanya untuk sekedar melihat dan tertawa.

Selanjutnya, mereka sudah berganti untuk mengabadikan momen antara grup perempuan dan laki-laki. Tidak banyak yang Fathir dan Devan harapkan selain berdiri di sebelah gadis cantik itu. Hanya saja, hanya menjadi harapan karena Adam dan juga salah satu teman Lena bernama Raka sudah berdiri di sana.

Beralih menjadi foto grup Lena dengan lima sahabatnya di kampus. Sampai beberapa orang lainnya yang juga teman Lena ikut untuk berfoto. Setelah itu, kembali dengan bersama delapan orang lainnya.

Lena menoleh kepada Adam dan kemudian menatap dengan sedih kepada pria yang notabene mantan kekasihnya itu. "Thank you..."

Adam menggenggam tangan Lena, "It's okay. Lena, semoga lo bahagia. Dapet rejeki yang banyak dan cowok baik-baik, okay? Lo kuat... Dan pasti akan jadi perempuan yang bisa menginspirasi anak-anak lo nanti..."

"Dam, i don't know how to..."

"Jangan kalo gitu. Cukup lo hidup dengan baik aja..." Adam memotongnya kemudian menoleh kepada istrinya, Janet, "Jan, ini temen kita mau nangis masa"

"Lebay, wisuda doang..." canda Janet lalu mendekat dan berbisik kepada Lena, "Nanti aja nangisnya, lo harus ketemu seseorang dulu..."

Janet melepaskannya, kemudian ketika Lena menatap lurus ke depan. Pria itu sudah berdiri di sana dengan buket bunga juga satu paper bag besar di tangan kirinya.

Lena membekap mulutnya. Matanya sudah berair namun masih terpaku pada satu sosok yang terus berjalan menghampirinya.

Fathir yang melihatnya terdiam. Begitu juga dengan beberapa orang disekitarnya. Devan juga menatap dengan intens kepada pria yang berhasil mengambil seluruh perhatian Lena.

"Is that him?" Tanya Danisha kepada Tere dengan setengah berbisik dan membuat Fathir juga Devan menajamkan pendengaran mereka

"Ya..." jawab Tere dengan pelan, "Itu dia. Yang selama ini ditunggu Lena..." lanjutnya ketika melihat Lena menangis dalam pelukan pria itu

Lena yang sudah tidak bisa berpikir banyak kemudian melepaskan pelukannya

"Hai..." pria itu memandangnya. Ada sorot kerinduan dan tidak ingin kehilangan dari pandangan pria itu kepadanya, "Hai, Lena. Jangan nangis..."

"How could you, Than? Gimana kamu bisa ada disini? I miss you..." setengah terisak Lena mengatakannya

Ethan memandang kedua manik mata yang selama ini dia rindukan. Gadis itu sudah dewasa dan sekarang semakin terlihat cantik di matanya. Dia menghela nafas sampai akhirnya menjawab pertanyaan Lena, "Lena, aku juga kangen. Sesuai janji kita, i'm here for your graduation..."

Lena menganggukkan kepalanya kemudian kembali menarik Ethan kedalam pelukannya

Pria itu hanya membalaskan dan sesekali mengusap pelan punggung Lena. "Aku disini, Lena..." katanya pelan dan mengecup puncak kepala Lena dengan hangat, "Mana anak kita?"

Lena menegang mendengar pertanyaan terakhir Ethan

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang