Episode: Ayu dan Anjar 4

3.4K 381 15
                                    

Ketika ketiga anak mereka meminta dengan tegas kepada mereka untuk pulang sendiri. Baik Anjar maupun Ayu tidak banyak bicara dan memilih untuk mempercayakan ketiga anak itu kepada supir pribadi Ayu.

Anjar memutuskan untuk mengantar perempuan itu pulang ke rumah mantan istrinya itu dan mendengarkan isakan Ayu sepanjang perjalanan membelah macetnya jalan Jakarta ketika menjelang malam seperti ini.

Perempuan itu menerima tisu yang diberikan Anjar ketika akhirnya airmatanya sudah terlalu banyak mengalir. "Thanks..." katanya dengan susah payah

Anjar hanya berdehem. Dia mengetukkan jarinya dengan pelan ke kemudi lalu sesekali melirik Ayu ketika mobilnya sama sekali tidak bergerak di tengah kemacetan ini.

"I'm sorry. Karena sudah bikin Arumi..."

"Jangan..." Anjar mengangkat tangan kirinya mengisyaratkan perempuan itu diam. "Kita berdua yang salah. Benar kata anak-anak. Kita berdua egois, Yu"

Ayu menganggukkan kepalanya. Menelan ludah dan menunduk ketika mengingat cerita putri kecilnya tentang Ayesha. "Jahat banget. Yang bilang Ayesha anak haram..." lalu dia menoleh kepada Anjar, "Anak kita bukan anak haram..." katanya dengan mencoba menahan isakkannya

"Memang bukan..." kata Anjar dengan tegas. Dia menganggukkan kepalanya kepada Ayu sambil mencengkram kemudinya. "Gak ada anak haram di dunia ini. Ayesha anak kita, titipan buat kita"

"Aku gak tau kalo selama ini anak-anak punya pikiran begitu, Jar. Ibu macem apa aku ini... Arumiku..." katanya dengan bergetar

Anjar melihat mantan istrinya menangis seperti ini. Seperti dua tahun lalu ketika akhirnya Anjar mengatakan dia akan menceraikan perempuan ini. Melihat sekali lagi Ayu yang terluka dan lemah di depannya. "Yu..."

"Kamu liat dia ketakutan lihat kita tadi? Jar... Ardan juga... Aku tau kenapa dia masuk pesantren pasti karena..." Ayu menghentikan ucapannya dan terisak lagi. Mengingat anak pertamanya yang tak banyak bicara dan putranya yang memilih di pondokkan dan menjadi pendiam sejak perceraian mereka, "Apa aku harus rujuk sama kamu supaya mereka bahagia?"

Anjar terkesiap. Menatap perempuan yang sedang memandangnya dengan kebingungan. Ini pertama kalinya Anjar dan Ayu membicarakan hal ini. Pertama kalinya karena untuk pertama kalinya putri kecil mereka bertanya seperti itu. Setelah sebelumnya mereka berdua sering berganti pasangan. Ketiga anak mereka akhirnya bertanya seperti itu.

"Apa aku harus diem sendirian jadi yang tahan sakit aku sendirian, balik sama kamu supaya anak aku bahagia dan gak dikatain orang begitu?"

"Yu..." Anjar memanggil nama perempuan itu kemudian menatap dengan sama bingung dan sedihnya. Egonya sedikit terluka ketika Ayu mengatakan hal itu, "Apa sebegitu sakitnya balik sama aku, yu?"

Ayu masih menangis dengan menggenggam tangannya menatap pria itu. Dia tidak mau menjawab karena tidak mau mengatakan kepada Anjar bahwa bersama mantan suaminya itu, Ayu tidak hanya sakit hati tetapi juga bahagia.

"Apa yang sudah aku lakuin sampe kamu sesakit itu, Yu?"

Mantan istrinya masih tidak menjawabnya

Anjar menghela nafas dan memutuskan untuk menepikan mobilnya di salah satu pinggiran jalan yang cukup sepi dan menatap perempuan itu kemudian bertanya lagi. "Apa salah aku?"

"Kamu..."

"Apa aku pernah selingkuh waktu sama kamu?"

Ayu menggelengkan kepalanya

"Apa aku pernah pukul kamu?"

Sekali lagi Ayu menggelengkan kepalanya

"Apa aku kurang menyayangi kamu dan anak-anak?"

Ayu terisak dengan pelan lalu menunduk memejamkan matanya. Dulu, pertengkaran mereka bukan karena semua hal itu. Ayu dan Anjar bahkan tidak pernah menyadari betapa sederhana masalah mereka dulu

"Aku salah, karena aku kurang membagi waktu untuk kalian..."

"Aku juga salah karena terlalu sering kerja, Jar..."

Mereka terdiam kemudian. Menyadari betapa bodohnya ego mereka dulu. Hanya karena besaran nominal gaji Ayu dan gaya hidup perempuan itu membuat ego Anjar terluka sehingga mereka sering bertengkar. Lambat laun semakin menjadi. Sehingga akhirnya, Ayu yang memilih melayangkan gugatan cerai itu kepada Anjar.

"Aku minta maaf"

Ayu mengangkat wajahnya ketika mendengar ucapan tulus Anjar dan senyuman pria itu kepadanya. "Aku juga..."

"Anak-anak..." kata mereka bersamaan dan kemudian Anjar membiarkan perempuan itu bicara lebih dulu

Ayu mengatupkan bibirnya sebelum bicara kemudian menghela nafas, "Nanti aku bicarain sama anak-anak soal, pertunangan kamu. Dan kasih mereka pengertian..."

"Yu..." Anjar memotong ucapan perempuan itu, "Nanti aku aja yang ngomong sama mereka... Mereka masih kecil..."

"Masih kecil, ya?"

"Ya..."

Anjar tidak banyak bicara kemudian kembali menyalakan mobilnya dan kembali menuju jalur rumah perempuan di sampingnya. Tanpa banyak menunggu waktu, dia mengatakannya juga sebelum semuanya semakin salah paham dan terlambat, "Aku cemburu..."

Ayu menoleh, "Sama?"

"Sama kamu..." Pria itu mencoba tersenyum akhirnya, "Sama semua laki-laki itu, Yu"

Ayu membuka mulutnya. Tapi kalimat itu tergantung begitu saja di tenggorokkannya dan perempuan itu kembali menunduk meremasi kemejanya.

"Maaf aku bilang ini tiba-tiba..."

"Aku juga..." kata mantan istrinya memotong ucapannya

Membuat Anjar menoleh beberapa kali ke Ayu dan kembali fokus ke jalanan.

"Aku juga cemburu, Jar" kata mantan istrinya sekali lagi

IPWhere stories live. Discover now