Episode: Archer (2)

2.3K 235 5
                                    

Baby why i'm so lonely
Na na na na na na na~

Begitulah, sudah beberapa menit Nadya hanya menyenandungkan penggalan lagu korea milik wonder girls yang tidak sengaja menyangkut di kepalanya seperti kaset rusak karena secara kebetulan mendengarnya diputar di salah satu minimarket tadi siang.

Sambil membalik-balikkan buku menunya, Nadya mengerjap beberapa kali dan kembali bersenandung dengan tenang dan pelan tanpa menarik minat pengunjung lainnya untuk memperhatikannya.

Weekend ini, dia terpaksa mengikuti jejak Theon, Chantika juga Iyan untuk syuting di Bali. Nadya adalah salah satu kameramen terbaik yang Theon punya karena selalu bisa mengambil angle dan juga moment yang tepat ketika dia memegang kamera.

Tadi siang setelah mereka kembali ke kamar, rencananya mereka akan berkumpul di restaurant hanya berempat saja tidak dengan kru yang lain, untuk membicarakan scene dan footage yang akan mereka ambil. Project mereka kali ini beehubungan dengan daerah wisata, oleh karena itu mereka harus memilih tempat yang dapat menarik wisatawan.

"Baby why~ i'm so lonely~ na na na na na~..."

"Yah, sendirian sih makanya ngerasa kesepian..."

Lol! Nadya langsung mendongakkan kepalanya ke sumber suara. Dia menggigit bawah bibirnya dan mengikuti pergerakan pria itu dengan matanya yang kecil.

Demi Tuhan. Baru juga satu minggu yang lalu Nadya dan Esa bertemu, kenapa semakin ganteng saja cowok satu ini.

"Lo ngapain di sini, Sa?" Tanya Nadya begitu saja melupakan kaidah basa-basi yang biasanya dia lakukan

Esa hanya terkekeh mendengar nada kebingungan gadis itu. "Nanya tuh harusnya, apakabar? Sehat? Kok ketemu disini ya kita?"

"Ye, basi banget gue nanya begitu. Seger gini makin cakep, gak perlu gue tanyain lo kabarnya gimana"

Sontak saja membuat Esa tertawa dengan kencang. Nadya memang terlalu berbeda untuk ukuran perempuan seusianya. "Iya. Iya. Lo sendiri ngapain? Gue ngelamar kerja di hotel ini, lagi training..."

"Training kok boleh jalan-jalan ngobrol begini?"

Kan. Esa semakin ingin tertawa rasanya. "Yah, ini jam istirahat. Masa kerja mulu, kan capek. Lo ngapain? Sendirian aja? Diculik orang, nyahok ntar..."

"Kasian sama yang nyulik gue, Sa. Mesti keluar modal banyak, ngasi makan gue, gue kan pilih-pilih, alergian. Kalo mau dijual juga gak laku, kan..."

Esa menggelengkan kepalanya. Membuat Nadya semakin terpana karena pesona tampan Esa yang menguat. Gila, apa. Esa makan apa saja kenapa makin ganteng begini?

"Gue tadi sempet gak nandain, lo. Cantik begini, masa gak laku dijual?"

Nadya menyipitkan matanya.

...

Perempuan itu menatapnya dengan curiga. Demi Tuhan. Tadi Esa mengira cewek fans Awkarin atau Anya Geraldine yang sedang meliuk-liukkan badan dan juga mengibas-ngibas rambut di tengan Restaurant dan bersenandung cukup keras begitu.

Ternyata justru Nadya Rahman yang dia temukan. Cukup terkejut juga karena Esa yakin satu minggu yang lalu penampilan Nadya tidak begini. Walaupun Esa tidak menampik kalau Nadya masuk ke dalam jajaran lima cewek yang menjadi incaran di angkatannya untuk dikencani, hanya saja kadang-kadang Nadya suka tidak sadar kalau dirinya itu kelewatan cantik sehingga sering bertingkah laku konyol dan membuat dirinya terlihat standar.

Bukan rahasia kalau banyak yang ingin dekat dengan Nadya, di kalangan cowok tentu saja. Tapi cewek itu seperti memukul rata kedekatannya dengan para cowok dan memilih bersahabat dengan Wulan. Wajar saja rata-rata cowok yang dekat malah tidak ada yang dapat Nadya, toh setiap mendekat, cewek itu bukannya merespon positif malah bertingkah laku konyol.

Hampir saja tadi Esa nyaris mencium Nadya karena melihat perempuan itu menggigit bibirnya sendiri dengan sangat sensual. Dia sampai menelan ludah. Dan apa tadi katanya, dijual tidak laku? Yang benar saja. Esa rela kok mengantri untuk membeli Nadya.

Maksudnya begini! Maksudnya heran saja kenapa Nadya bisa berkata begitu sedangkan Esa saja sudah tidak habis pikir dengan Nadya yang bisa berpenampilan seksi dan manis disaat bersamaan.

Esa memandang dari atas sampai bawah ke Nadya. Semua orang bisa melihat dengan jelas bra hitam dan dalaman dengan warna senada di balik gaun gadis ini.

"Sa lo kenapa sih ngeliatin gue dari tadi? Kacamata ya?" Gadis itu terlihat berpikir dan menyisir rambutnya dengan jemari kecilnya, membuat Esa kembali menegukkan ludah, "Gue kan emang gak minus, Sa. Itu cuma kacamata maen-maen..."

"Oh. Terus lo kenapa sendirian? Bulan madu ya? Lo gendutan sih. Udah isi?"

"Isi lemak sih..." lalu Nadya tertawa dengan cukup kencang, "Gue syuting. Besok ke mana gitu gue gak tau... Lagi nungguin temen gue gak dateng-dateng..."

"Oh... Beda banget lo, Nad. Begini aja ke kampus. Dih, mantap..."

Nadya menggelengkan kepalanya lalu sibuk lagi dengan menu di depannya. "Ha. Lucu banget lo. Lo mau makan juga, gak? Barengan sama temen gue, sih. Enggak apa-apa..."

Esa hanya menghela nafas. Ketika perempuan itu menoleh lagi kepadanya, dia menatap dengan sekilas ke buku menu, "Makan fettucini aja, enak. Eh, lo kosong gak besok? Malem?"

"Kosong, sih. Ajakin gue jalan dong..." Nadya terlihat merajuk sesaat kemudian kembali nyengir, "Becanda, becanda..."

"Loh, serius juga gak apa-apa. Besok gue ajakin jalan. Hehe..." Esa kemudian bangkit dari duduknya begitu saja, "Gue balik, ya. Lo gue tinggal duluan gak apa-apa, kan?"

Bukannya langsung menjawab pertanyaan Esa, cowok itu malah dibuat melongo karena Nadya juga ikut berdiri dan tersenyum kepadanya. Merapikan rambutnya lalu di gelung begitu saja membuat Esa menelan ludah sekali lagi.

"Yoi, dadah..." gadis itu melambai kepadanya

Hilang sudah konsentrasi Esa karena bertemu Nadya. "Bisa gitu ya, anak cewek. Tiba-tiba makin hot aja. Kuatkan iman hamba..."

IPWhere stories live. Discover now